oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Janji palsu atau sumpah
palsu sebenarnya sama saja. Mereka memalsukan janji dan sumpahnya. Apa yang
dijanjikan dan disumpahkan sama sekali dusta dan tidak pernah datang dari
hatinya, tetapi dilakukan hanya untuk mengelabui orang lain.
Para politisi, mereka yang sedang terlibat hukum, para
pengusaha, dan lain sebagainya kerap mengumbar banyak janji dan melakukan
sumpah. Mereka harus membuktikan sumpah-sumpah dan janji-janjinya. Jika tidak,
kepalsuan yang mereka lakukan akan melindas diri mereka sendiri, baik di dunia
ini maupun di akhirat nanti. Hal yang lebih berbahaya adalah jika mereka
berjanji atau bersumpah dengan bersandarkan pada janji-janji Allah swt, tetapi
sesungguhnya mereka sedang berdusta karena berharap mendapatkan keuntungan duniawi
yang rendah dari janji-janji yang diucapkannya dan sumpah-sumpah yang
dilakukannya.
Mungkin mereka akan mendapatkan keuntungan dari janji dan
sumpah palsu itu di dunia ini jika Allah swt membiarkannya. Akan tetapi, mereka
akan mengalami kerugian yang amat menyedihkan di akhirat nanti. Bisa saja Allah
swt membiarkan mereka mendapatkan hal-hal yang diinginkannya di dunia ini agar
bertambah dosa mereka, bertambah kesesatan mereka, serta bertambah pula kegelisahan
dan kesulitan hidup mereka. Di akhirat nanti, Allah swt tidak akan menolerir
mereka. Jangankan mengurus mereka dengan baik, menyapa mereka pun Allah swt
tidak akan melakukannya.
“Sebenarnya, siapa
yang menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai orang yang
bertakwa.
Sesungguhnya, orang-orang yang
memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah,
mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka
pada Hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka, azab yang
pedih.” (QS Ali Imran 3 : 76-77)
Mungkin di antara pembaca ada yang menganggap ancaman ini
sebagai “ancaman remeh” karena tidak merasakan benar kepedihan jika “tidak
disapa” Allah swt. Mari kita coba merasakannya di dunia ini.
Jika kita seorang pelajar atau mahasiswa, bagaimana
rasanya jika guru kita atau dosen kita tidak menyapa kita dan selalu
memalingkan wajahnya dari kita?
Bagaimana rasanya jika teman-teman kita tidak menyapa kita
dan selalu memalingkan wajahnya ketika bertemu dengan kita?
Enak?
Jika kita sebagai karyawan, bagaimana rasanya jika
pemimpin kita tidak mau berbicara kepada kita dan selalu memalingkan wajahnya
dari kita?
Nikmat?
Jika kita adalah anggota sebuah keluarga, bagaimana
rasanya jika keluarga kita tidak mau menyapa kita, bahkan mendengus kesal dan
memalingkan wajahnya ketika bertemu dengan kita?
Nyaman?
Jika pemimpin di kantor kita sudah tidak mau berbicara
dengan kita dan selalu memalingkan wajahnya dari kita, bisa diduga tidak lama
lagi karir kita akan berakhir. Itu adalah bencana.
Sekarang, ketika tidak ada lagi orang yang dapat menolong
kita di pengadilan akhirat nanti, kecuali Allah swt, tetapi Allah swt tidak mau
menyapa kita, bagaimana jadinya kita?
Jangankan menolong kita, menyapa kita saja Allah swt
tidak mau, padahal hanya Allah swt yang berkuasa mengampuni, memaafkan, dan
mengasihi kita. Jika itu terjadi, sudah pasti tempat kita adalah di tempat yang
teramat buruk dan mengerikan.
Allah tidak akan
menyapa mereka pada Hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka,
azab yang pedih.
Ketika kita melihat
orang lain yang melakukan kesalahan di dunia, tetapi Allah swt mengampuni
mereka dan menyucikan mereka, kita benar-benar akan tersudut dan sedih luar
biasa karena kita tidak diampuni dan tidak disucikan. Hal itu disebabkan karena
di dunia kalian sering melakukan janji-janji yang diingkari kalian sendiri dan
melakukan sumpah-sumpah palsu hanya untuk mendapatkan keuntungan yang rendah.
Jangan menjanjikan sesuatu yang tidak bisa ditepati dan
jangan melakukan sumpah palsu. Bahaya.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment