oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sekarang bertambah lagi
pengetahuan kita tentang orang yang tidak meyakini Isra Miraj dengan segala dongengnya itu. Dalam tulisan yang
lalu-lalu berjudul Bukan Al Aqsha Yang
Itu, Melainkan The Real Al Aqsha, saya menuliskan bahwa para akademisi masa
lalu pun sudah meragukan Isra Miraj dan kisah Masjid Al Aqsha di Palestina.
Kemudian, kita tahu bahwa Prof. Fahmi Basya melakukan penelitian tentang
Borobodur yang mengakibatkan kehancuran dongeng-dongeng tentang Isra Miraj dan
Masjid Al Aqsha. Saya sendiri pun mengalami pengalaman spiritual yang sulit
dijelaskan sampai hari ini ketika saya ditugasi melakukan peliputan di Candi
Borobudur sekitar 1998.
Para akademisi masa lalu memberikan kesimpulan bahwa
pengagungan terhadap Masjid Al Aqsha di Palestina adalah disebabkan oleh
berkembangnya genre sastra Al Fadhail yang mengisahkan sejarah
kota-kota. Kisah-kisah itu diminati banyak orang dan dianggap sebagai kebenaran
sehingga mengakibatkan naiknya derajat Al Aqsha dan Yerusalem melebihi
keterangan dari Al Quran sendiri. Hal itu pun diduga adanya kesengajaan dari Dinasti Umayah untuk memperkokoh posisi
politiknya. Jalur yang digunakan para akademisi masa lalu itu adalah melalui ilmu politik dan ilmu pemerintahan.
Adapun Fahmi Basya memaparkan pembuktian bahwa Candi
Borobudur dibangun oleh Nabi Sulaeman as adalah menggunakan jalur lain. Jalur
yang digunakan Fahmi Basya adalah melalui ilmu
Matematika Islam. Hasil penelitian ini tentu saja menghancurkan
dongeng-dongeng tentang Isra Miraj dan Masjid Al Aqsha karena dalam
penelitiannya, Fahmi Basya mengatakan bahwa Candi Borobudur-lah yang
dimaksudkan Allah swt sebagai Masjid Al Aqsha (Masjid Terjauh). Semua yang menentangnya hanya menggunakan bahasa
emosional dan tidak menggunakan pengetahuan yang memadai, apalagi melakukan
penelitian ulang untuk membantah Fahmi Basya.
Presiden ke-1 RI Soekarno meragukan kisah-kisah Isra
Miraj yang selama ini beredar luas. Soekarno menginginkan penjelasan yang bisa
diterima oleh akal dan tidak bisa hanya diterima oleh rasa “percaya” saja.
Jalur yang ingin dilalui Soekarno adalah menggunakan ilmu psikologi dan parapsikologi.
Saya sendiri karena
mengalami pengalaman spiritual luar biasa di Candi Borobudur, sulit sekali
menjelaskannya dengan kalimat-kalimat yang baik sampai hari ini. Akan tetapi,
pelajaran yang saya dapatkan dari Borobudur adalah relief-relief di Candi
Borobudur itu merupakan pengajaran shalat
khusyuk dan pengajaran peningkatan kualitas hidup setahap demi setahap
untuk menjadi insan kamil, ‘insan
paripurna’. Di samping itu, sebagai
wartawan, saat itu, dalam setiap perjalanan saya ke mana pun, kerap menemukan
hal-hal yang menguatkan keyakinan bahwa memang benarlah Borobudur itu adalah bangunan Islami. Hal yang lebih
menguatkan lagi adalah adanya data-data sejarah yang tak bisa dibantah,
misalnya, Isra Miraj terjadi pada 620 M, sedangkan pada tahun itu di area Al
Aqsha belum ada masjid dan masih dijaga ketat oleh pasukan Romawi. Pasukan
Romawi yang gemar mabuk-mabukan dan berpesta itu baru pergi dari sana setelah
dikalahkan oleh Umar bin Khattab ra pada 636 M. Kemudian, di tempat itu
dibangun Masjid Umar pada 638 M. Masjid itu diperlebar dan diperluas pada
dinasti-dinasti berikutnya. Namanya pun diganti menjadi Masjid Al Aqsha.
Ada hal yang menarik antara Fahmi Basya dengan Soekarno.
Fahmi Basya mengakui ketika dirinya dipenjara di Sukamiskin Bandung, kamar
tahanannya bersebelahan dengan kamar tempat Soekarno ditahan dulu. Ia mengakui
bermimpi bertemu Soekarno dan diperintahkan untuk “menggali Borobudur”. Ia pun melakukan penelitian di Borobudur dan
hasilnya seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Candi Borobudur dibangun
oleh Nabi Sulaeman as. Di samping itu, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Candi Borobudur-lah yang sebenarnya dimaksud Allah swt sebagai Masjidil Aqsha. Tentu saja hasil
penelitiannya menghancurkan dongeng-dongeng Isra Miraj dan dongeng tentang
Masjid Al Aqsha di Palestina.
Ternyata … eh … ternyata Soekarno pun memang meragukan
kisah-kisah Isra Miraj yang selama ini berkembang luas di seluruh dunia. Ia
mengatakan keraguannya itu ketika dibuang di Endeh, Flores kepada tokoh
Persatuan Islam A. Hasan di Bandung melalui suratnya.
SOEKARNO.Foto: baeksoo11.blogspot.co.id |
“ Di dalam daftar
buku, saya baca, Tuan ada sedia Djawahirul
Bukhari. Kalau Tuan tiada berkeberatan, saya minta buku itu, di situ banyak
pengetahuan pula yang saya bisa ambil. Kalau Tuan tak keberatan pula, saya
minta Keterangan Hadits Miraj sebab
saya mau bandingkan dengan saya punya pendapat sendiri dan dengan pendapat Essad Bey yang di dalam salah satu
bukunya mengasih gambaran tentang kejadian ini. Menurut keyakinan saya, tak
cukuplah orang yang menafsirkan miraj dengan ‘percaya’ saja, yakni dengan
mengecualikan akal. Padahal,
keterangan yang rasionalistis di sini ada. Siapa kenal sedikit ilmu psikologi
dan parapsikologi, ia bisa mengasih keterangan yang rasionalistis itu.
Kenapa sesuatu hal harus digaib-gaibkan kalau akal sedia
menerangkannya?”
Soekarno telah wafat.
Ia mungkin belum mendapatkan jawaban yang benar tentang Isra Miraj. Meskipun
demikian, ia telah menjadi salah seorang pemimpin besar yang memperkuat
keyakinan bahwa bukanlah Masjid Al Aqsha di Palestina itu yang dimaksud Allah
swt, Borobudur-lah sesungguhnya yang dimaksud Allah swt seperti yang ia
perintahkan dalam mimpi Fahmi Basya untuk menggali Borobudur.
Jadi, masihkah kita percaya dengan dongeng sebelum bobo
bahwa Nabi Muhammad saw pergi terbang menggunakan cewek berbadan kuda bersayap itu?
Dulu poster cewek kuda bersayap itu ada di mana-mana. Di
gedung pemerintahan, di perkantoran, di sekolah-sekolah, pesantren-pesantren,
di rumah-rumah pejabat, orang kaya, kiyai, guru agama, sampai ada di
rumah-rumah orang miskin. Pokoknya, poster cewek terbang berbadan kuda yang ada
sayapnya adalah poster paling populer saat
itu. Akan tetapi, sekarang hilang tiba-tiba, entah kenapa.
Di mana poster-poster itu saat ini?
Kenapa tidak pada dipasang lagi?
Malu, ya?
Harus malu atuh karena
itu cuma dongeng dan sama sekali bukan kenyataan.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment