Tuesday 16 September 2014

Demokrasi Bikin Orang Jadi Bodoh

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Keyakinan orang-orang atas kehebatan demokrasi sudah menjadi-jadi, keterlaluan sekali, berlebihan sehingga orang tidak mau dan tidak mampu lagi berpikir untuk merancang atau menggagas sistem politik yang lebih hebat daripada demokrasi. Mereka yakin seyakin-yakinnya hingga ke dalam Qolbu bahwa demokrasi itu sistem politik terhebat yang tak ada bandingannya.

Itu adalah keyakinan aneh yang menggelikan. Hal itu disebabkan demokrasi sudah menunjukkan jati dirinya membuat manusia menjadi keruh lahirnya dan sumpek batinnya. Demokrasi itu cuma alat yang sudah rusak parah, barang rongsokan yang harus segera dibuang. Kalau tidak dibuang, kita bakalan kusut samut selama-lamanya.

Karena yakin terhadap demokrasi yang rongsokan itu, hampir semua orang jadi bloon. Lihat saja sekarang. Orang-orang ribut tentang sistem pemilihan kepala daerah. Ada yang ingin langsung, ada pula yang ingin tidak langsung alias dipilih oleh DPRD. Itu kan jadi lucu. Dulu kita pakai sistem pemilihan tidak langsung, lalu karena banyak keburukannya, diganti pake sistem pemilihan langsung. Sekarang pengen diganti lagi dengan pemilihan tidak langsung. Kan itu kayak setrikaan yang bolak-balik nggak ada ujungnya. Soal alasan ataupun dalil tentang pemilihan langsung ataupun tidak langsung, itu mah bisa dibikin dan dirancang sebaik-baiknya. Kedua pihak yang berseteru pun punya alasan-alasan yang logis. Akan tetapi, bagaimanapun juga kelakuan seperti itu tetap saja kayak setrikaan, bolak-balik-blekok.

Itulah yang saya maksud bahwa demokrasi itu bikin orang jadi bodoh. Mereka tetap kukuh menggunakan demokrasi, tetapi ribut di dalam demokrasi itu. Alasannya adalah supaya demokrasi menjadi maju, bermartabat, meningkat, berkembang, logis, ... bla ... bla ... bla ... pret!

Demokrasi yang bermartabat itu yang bagaimana? Yang berkembang, logis, dan meningkat itu yang bagaimana?

Pernah terjadi di negara mana?

Perrnah sih, tetapi cuma dalam mimpi, khayalan, lamunan. Melak sugan dina lamunan diceboran ku boa-boa nu buahna leubeut ku meureun, ‘menanam benih coba-coba di tanah khayalan disirami air mungkin yang ranum oleh buah siapa tahu’.

Ayah saya dulu pernah ngajarin saya dalam bahasa Sunda, yaitu ulah kurung batokkeun, ‘jangan terkurung dalam batok kelapa’. Nah, demokrasi itu adalah batok kelapa. Kita terkurung atau mengurung diri dalam batok demokrasi itu. Akibatnya, kita jadi bodoh, terpenjara oleh pikiran dan perilaku kita sendiri. Terus saja berputar-putar di dalam batok kelapa yang gelap dan menyulitkan itu. 

Coba kita kreatif, keluar dari batok demokrasi itu, niscaya kita akan menemukan banyak hal. Pasti kita akan menemukan jalan keluar yang menyenangkan karena kehidupan ini berkembang dari zaman ke zaman dan setiap zaman membawa masalah sekaligus penyelesaiannya sendiri. Coba keluar dari perangkap demokrasi, hirup udara segar di luar batok demokrasi, ada banyak keindahan di luar sana.

Apa? Mau bikin negara otoriter?

Ngaco!

Mau bikin Negara Islam?

Negara Islam itu apa? Bagaimana?

Gak jelas!

Indonesia sudah dianugerahi Pancasila dan tujuan berbangsa dengan sangat jelas, yaitu mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Utuh itu adalah makmur lahirnya dan makmur batinnya.

Cari cara bagaimana kita bisa melaksanakan Pancasila tanpa harus menggunakan demokrasi. Itu yang terpenting.


Daripada menghabiskan energi ribut kayak setrikaan di dalam batok kelapa demokrasi yang gelap gulita, mendingan berpikir berdasarkan sejarah dan budaya bangsa untuk membentuk sistem politik mutakhir Indonesia.