oleh Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Hoax atau berita bohong,
palsu, dan dusta memang dibuat untuk menyesatkan manusia. Dari zaman ke zaman
hoax ini meresahkan dan mengacaukan pikiran manusia yang ujungnya menghalangi
manusia untuk menuju ke jalan “kebenaran”. Ada banyak penyebab mereka membuat
hoax yang semuanya bermuara pada kepentingan politik dan ekonomi.
Kisah-kisah Nabi Muhammad saw pun dibuat hoax yang awalnya
diakibatkan oleh rasa terancam oleh Islam dan kaum muslimin di mana saja
berada. Muhammad Husein Haekal dalam Prakata
Sejarah Hidup Muhammad (2000) merekam
beberapa karya penulis barat yang melakukan banyak fitnah kepada Nabi Muhammad.
Semua tulisan itu jika diperhatikan, sama sekali tidak menggunakan metode
ilmiah, pendekatan riset, dan langkah-langkah penelitian yang akademis. Mereka
membuatnya berdasarkan kebencian yang sangat memalukan. Mereka hanya menulis
karena terdorong hawa nafsu rendah yang senilai dengan gosip-gosip murahan
tanpa bukti dan hanya menghabiskan waktu tanpa ada manfaat sedikit pun.
Berikut beberapa tulisan tidak ilmiah para penulis barat tentang
Nabi Muhammad.
Dalam Dictionaire
Larouse disebutkan, “Dalam pada itu Muhammad masih tetap sebagai tukang
sihir yang hanyut dalam kerusakan akhlak, perampok unta, seorang kardinal yang
tidak berhasil menduduki kursi Paus, lalu menciptakan agama baru untuk membalas
dendam kepada kawan-kawannya.”
Di dalamnya terdapat pula ceritera-ceritera cabul yang
penuh dengan khayalan.
Reinaud dan Francisque Michel pada 1831 melukiskan kepada
kita pandangan orang-orang yang hidup dalam Abad Pertengahan itu tentang dia.
Pada abad 17 Bell menuliskan Al Quran dengan sifat-sifat yang merendahkan.
Guibert de Nogent menyebutkan bahwa Muhammad mati karena
krisis mabuk yang sangat jelas. Tubuh Muhammad kedapatan terdampar di atas
timbunan kotoran binatang dan sudah dimakan babi. Oleh karena itu, lalu
ditafsirkan bahwa sebab itulah minuman keras dan daging binatang itu
diharamkan.
Selain itu, ada juga nyanyian-nyanyian yang melukiskan
Muhammad sebagai berhala dari emas serta masjid-masjid sebagai kuil-kuil kuno
yang penuh dengan patung-patung dan gambar-gambar. Pencipta “Nyanyian Antakia” (Chanson d’Antioche) membawa ceritera
tentang adanya orang yang pernah melihat berhala “Mahom” (Muhammad) terbuat
dari emas dan perak murni sedang duduk di atas seekor gajah di tempat yang
terbuat dari lukisan mosaik. Adapun “Nyanyian Roland” melukiskan
pahlawan-pahlawan Charlemagne menghancurkan berhala-berhala Islam dan mengira
bahwa kaum muslimin di Andalusia menyembah Trinitas yang terdiri atas
Tervagant, Mahom, dan Apollo. Di samping itu, “Ceritera Muhammad” (Le Roman de Mahomet) menganggap bahwa
Islam membenarkan wanita melakukan poliandri.
Innocent III pernah
melukiskan Muhammad sebagai musuh Kristus (Antichrist). Abad Pertengahan
menganggap Muhammad seorang heretik (pelanggar ajaran Kristen).
Droughty pada 1876 membicarakan Muhammad sebagai orang
Arab yang kotor dan munafik. Foster pada 1822 juga mencaci Nabi Muhammad.
Cara-cara berpikir tidak ilmiah dan penuh kebencian para
penulis barat itu tetap menguasai para pendukungnya hingga hari ini. Haekal
mengatakan bahwa sejak zaman Rudolph de Ludheim sampai saat kita sekarang ini,
orang-orang semacam Nicolas de Cuse, Vives, Maracci, Hotinger, Bibliander,
Prideaux, dan yang lainnya menggambarkan Muhammad sebagai penipu, sedangkan
Islam dan kaum muslimin sebagai sekumpulan bidat. Semua itu perbuatan syetan.
Kaum muslimin adalah orang-orang buas dan Al Quran adalah suatu gubahan yang
tak berarti.
Kita sudah melihat bahwa para penulis barat itu
merendahkan dirinya sendiri karena menulis tanpa menggunakan metode ilmiah.
Mereka tidak memiliki fakta, data, sumber pustaka, narasumber primer dan
sekunder, analisis yang tepat, baik menggunakan metodologi kualitatif maupun
kuantitatif. Mereka menulis sebagaimana para penulis hoax zaman ini yang
bertebaran di What’s Up, Facebook, Twitter, dan berbagai media sosial lainnya.
Nilainya sama dengan orang yang “menguap” saat bangun tidur, tak berarti apa
pun dan hanya mempengaruhi orang-orang bodoh.
Penulis
Barat Yang Agak Jujur
Meskipun banyak penulis karatan
yang tak berpengetahuan, banyak pula para penulis barat nonmuslim yang agak jujur
tentang Nabi Muhammad dan Islam. Beberapa dari mereka adalah Comte
Boulanvilliers, Scholl, Caussin de Perceval, Dozy, Sprenger, Barthelemy
Saint-Hilaire, de Casteries, dan Carlyle. Mereka bukan saja jujur, melainkan
menaruh hormat terhadap Nabi Muhammad dan Islam.
Salah seorang penulis barat yang agak jujur dalam
menganalisa Nabi Muhammad adalah Prancis Emile Dermenghem.
Ia mengatakan kepada para penulis yang tidak jujur
seperti ini, “Sesudah pecah perang
Islam-Kristen, dengan sendirinya jurang pertentangan dan salah pengertian
bertambah lebar, tambah tajam. Orang harus mengakui bahwa orang-orang Barat-lah
yang memulai timbulnya pertentangan itu sampai begitu memuncak. Sejak zaman
penulis-penulis Bizantium, tanpa mau bersusah payah mengadakan studi—kecuali Jean
Damascene—telah melempari Islam dengan pelbagai penghinaan. Para penulis dan
penyair menyerang kaum muslim Andalusia dengan cara yang sangat rendah. Mereka
menuduh bahwa Muhammad adalah perampok unta, orang yang hanyut dalam foya-foya,
mereka menuduhnya tukang sihir, kepala bandit dan perampok. Bahkan, menuduhnya
sebagai pendeta Romawi yang marah dan dendam karena tidak dipilih menduduki
kursi Paus…. Sebagian mengiranya ia adalah Tuhan Palsu yang oleh pengikutnya
dibawa sesajen berupa korban-korban manusia.”
Begitulah penulis barat yang agak jujur membuat analisa
dengan mengkritik para penulis barat sendiri yang menulis tanpa pengetahuan dan
penelitian yang jelas.
Islam
Memberikan Tantangan
Dari dulu hingga hari ini
Islam memberikan tantangan kepada siapa saja, baik kepada nonmuslim maupun
kepada kaum muslimin sendiri jika meragukan ajaran Islam dan sosok Muhammad.
Silakan teliti dengan menggunakan metode ilmiah, gunakan cara-cara akademis
untuk mendapatkan kesalahan dan keburukan Islam. Silakan, ditunggu sekali.
Sayangnya, hingga hari ini tak pernah ada yang berhasil
membuktikan kesalahan dan keburukan Islam. Islam baik-baik saja, bahkan semakin
diminati dunia. Paling banter, kita akan menemukan banyak kesalahan dan
keburukan dari umat Islam dan bukan dari ajaran Islam. Umat Islam itu manusia
yang tak lepas dari kesalahan dan keburukan. Oleh sebab itulah, ajaran Islam
menuntunnya kembali untuk kembali baik dan suci.