oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Istilah ilmu umum dan ilmu
agama sampai hari ini ternyata masih terus digunakan dengan sangat lucunya.
Masih teramat banyak orang yang memisahkan antara ilmu umum dengan ilmu agama
yang ditandai dengan ilmu umum didapat dari sekolah umum atau konvensional,
sedangkan ilmu agama didapat dari madrasah atau pesantren. Hal yang sungguh
menggelikan dan menyesatkan adalah banyaknya pendapat bahwa ilmu umum adalah
untuk kepentingan duniawi dan ilmu agama adalah untuk kepentingan akhirat
dengan harapan bahwa orang-orang akan lebih memilih lembaga pesantren
dibandingkan sekolah biasa.
Kalimat semacam ini masih sering saya dengar, “Buat apa
sekolah umum, tetapi tidak tahu agama? Lebih baik masuk pesantren karena akan
menjadikan anak-anak kita menjadi ahli agama dan masuk surga.”
Membedakan ilmu umum dengan ilmu agama adalah sungguh
membingungkan dan menyesatkan. Sesungguhnya, tidak ada itu ilmu umum dan ilmu
agama karena semua ilmu berasal dari Allah swt. Soal ilmu itu untuk kepentingan
duniawi atau akhirat sangat bergantung pada pemilik ilmu tersebut. Misalnya,
seorang dokter yang membaktikan hidupnya untuk kemanusiaan dengan niat untuk
mengabdikan diri kepada Allah swt sama sekali tidak bisa dibilang ilmunya hanya
sebatas kepentingan duniawi. Dia akan mendapatkan bagian pahala yang besar di
akhirat kelak. Hal itu berarti ilmu kedokteran yang jelas tidak ada di
pesantren dan didapat dari perguruan tinggi umum akan membawanya ke surga.
Sebaliknya, lulusan pesantren yang menggunakan ilmunya hanya untuk kepentingan
duniawi, ingin dihormati orang lain, ingin dipuja-puji, ingin dipatuhi sebagai
orang paling suci, bahkan menyesatkan orang dengan memutarbalikkan fakta,
ilmunya jelas digunakan hanya untuk kepentingan duniawi dan akan membawanya ke
neraka.
Sesungguhnya, bangsa ini sudah melakukan banyak hal untuk
mendamaikan hal tersebut dengan adanya Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah,
termasuk SD Plus, SMP Plus, SMA Plus, atau SMK Plus. Di dalam lembaga-lembaga
pendidikan tersebut diajarkan apa yang disebut-sebut sebagai ilmu umum dan ilmu
agama. Demikian pula pada banyak pesantren dilengkapi dengan keterampilan
wirausaha, pertanian, peternakan, atau yang lainnya. Akan tetapi, masih saja
ada pihak-pihak yang berpikiran kuno bahwa lembaga-lembaga tersebut pun masih
lebih rendah dibandingkan pesantren murni dalam arti masih termasuk lembaga
pendidikan umum dan berorientasi duniawi.
Sungguh, saya merasa ngeri dengan hal ini, apalagi jika
sudah berpengaruh pada generasi muda yang juga pada akhirnya berkecenderungan
berpikiran sama kolotnya. Mereka sama sekali tidak berpikir bagaimana mungkin
kita, bangsa Indonesia, bisa memiliki masjid sehebat Istiqlal jika hanya
mengandalkan pesantren. Masjid itu berdiri megah bukan karena ilmu dari
pesantren, melainkan dari ilmu arsitektur.
Di samping itu, jika yang disebut ilmu agama itu hanya sebagaimana
yang diajarkan di pesantren, sangatlah sempit arti dari ajaran Islam itu
sendiri. Dalam kata lain, ilmu Islam hanyalah yang didapat dari pesantren. Di
luar itu bukan ilmu Islam. Hal ini harus dibenahi karena ilmu Islam itu
meliputi seluruh ilmu, baik ilmu yang sudah ditemukan maupun ilmu yang belum
ditemukan. Kita bisa lihat sejarah bahwa pendekar-pendekar ilmu pengetahuan di
muka Bumi ini dipenuhi orang-orang Islam yang saleh. Ilmu kedokteran,
matematika, fisika, kimia, astronomi, aerounotika, dan lain sebagainya yang
disebut-sebut ilmu umum dikuasai orang-orang Islam dan menjadi dasar ilmu
pengetahuan di lembaga-lembaga pendidikan umum di seluruh dunia.
Tidak perlulah mendikotomikan ilmu umum dengan ilmu agama
karena itu akan mempersempit arti Islam sendiri. Kalau mau, gunakan istilah ilmu umum dan ilmu khusus. Kedua ilmu itu berasal dari Allah swt dan harus saling
melengkapi. Ilmu umum untuk membekali manusia agar bermanfaat bagi manusia lain
dan seluruh alam semesta dengan segala keterampilannya, sedangkan Ilmu khusus sangat berguna untuk
memagari manusia agar ilmunya tidak digunakan untuk melakukan kejahatan kepada sesama
manusia dan alam semesta. Sesungguhnya, pesantren dan sekolah konvensional
seharusnya saling mendukung agar manusia semakin sempurna mengabdikan diri
kepada Allah swt. Tidak perlu ada persaingan di antara lembaga pesantren dengan
lembaga pendidikan lainnya.