oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Di dalam teori ini, masalah
sosial adalah interaksi yang terjadi antara orang yang bermasalah dengan orang
yang tidak bermasalah. Dalam interaksi yang terjadi, orang yang bermasalah mempengaruhi
orang yang tidak bermasalah sehingga menjadi ikut bermasalah seperti dirinya.
Perilaku orang yang tidak bermasalah menjadi ikut berperilaku sama dengan orang
yang bermasalah sehingga semuanya menjadi bermasalah.
Ketika dalam interaksi yang terjadi kedua belah pihak
memiliki pemikiran yang sama, suasana interaksi itu akan berada dalam suasana
menyenangkan. Akan tetapi, sebaliknya, jika dalam interaksi itu terjadi
perbedaan penafsiran paham, situasi akan menjadi tegang dan sangat tidak
menyenangkan. Kedua belah pihak akan berada dalam posisi tidak bersahabat.
Di dalam teori ini ada teori lainnya yaitu labeling theory, ‘teori pelabelan’. Maksudnya,
ada suatu kelompok masyarakat yang sudah dilabeli atau dicap sebagai kelompok
yang bermasalah karena kondisinya bermasalah. Ada lagi teori konstruksivisme
sosial, yaitu adanya pihak-pihak yang melihat dunia dan sekitar dalam
konstruksi realitas sosial. Dalam
interaksi yang terjadi, kerap terjadi bahwa orang-orang yang bermasalah
menganggap bahwa suatu kejahatan adalah suatu kebenaran dan itu akan
menimbulkan masalah yang lebih besar. Misalnya, orang yang melakukan teror
pemboman mempengaruhi orang lain bahwa tindakan teror itu adalah salah satu
ibadat yang harus dilakukan. Orang yang terpengaruh akan mulai belajar untuk
melakukan perilaku-perilaku sebagaimana orang yang telah mempengaruhinya.
Sampurasun.
Sumber
Pustaka:
Wijayanti,
Fitria; Rahmawati, Farida; Irawan, Hanif; Sosiologi: untuk SMA/MA Kelas XI
Semester 1: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial