oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Ingatkan Prabowo dan Gibran
sejak sekarang bahwa mereka akan dikeroyok dan dihajar rakyat rame-rame jika
tak menjalankan program hilirisasi serta makan siang dan susu gratis seperti yang diucapkannya. Ingatkan bahwa mereka akan lebih menderita
dibandingkan Soeharto dulu ketika dijatuhkan secara memalukan. Saya adalah salah
seorang yang juga ikut rame-rame menjatuhkan Soeharto dulu.
Rakyat Indonesia dari dulu selalu kebingungan, kenapa
Indonesia yang dianugerahi kekayaan alam berlimpah ruah, tetapi hidupnya selalu
miskin?
Sekarang kita tahu bahwa rakyat miskin karena selalu
menjual barang mentah ke luar negeri dan membelinya kembali setelah menjadi
barang jadi. Hal ini mulai saya pahami ketika diundang oleh Gubernur Jawa Barat
Ahmad Heryawan ke rumah dinasnya dulu untuk berdiskusi masalah budaya. Dia
menjelaskan bahwa biji kopi Garut dijual ke Jepang seharga Rp10 ribu sekilo,
lalu kita membelinya kembali setelah kopi itu menjadi barang siap seduh dengan
harga puluhan ribu rupiah sekilo, bahkan di tempat tertentu hanya satu gelas
kecil. Artinya, kita untung sangat kecil, negara lain untung sangat besar.
Mereka yang kaya, kita tetap jadi kuli miskin.
Dengan adanya program hilirisasi, kita akan menikmati
barang mentah hingga barang jadi di dalam negeri sendiri, dinikmati lebih
banyak oleh rakyat kita, dengan keuntungan yang sangat besar oleh rakyat kita.
Kapas yang tumbuh di tanah kita harus dibuat benang hingga kain oleh rakyat
kita dan dijahit oleh bangsa kita sendiri sehingga keuntungan terbesar
dinikmati oleh kita sendiri. Bangsa lain boleh ikut menikmati, tetapi dengan
aturan yang kita tentukan dan tidak boleh merugikan diri kita sendiri. Itu
namanya hilirisasi.
Soal hilirisasi sudah dicontohkan oleh Jokowi, baik itu
untuk emas maupun nikel. Barang tambang mentah berasal dari Bumi Indonesia dan
minimal barang setengah jadi harus dibuat di Indonesia yang suatu saat harus
menjadi barang jadi pula di Indonesia. Kalau toh kita belum punya uang banyak
untuk membangun industrinya dan belum memiliki manusia-manusia cerdas untuk
mengolahnya, kita harus mewajibkan negara lain yang ingin barang mentah
Indonesia harus membuat pabrik di Indonesia sehingga mereka harus bawa uang ke
Indonesia dan rakyat kita bisa belajar dari mereka agar suatu saat mampu
memproduksi sendiri. Prabowo-Gibran tinggal meneruskannya dan meluaskannya ke
barang-barang mentah lainnya. Itu namanya hilirisasi.
Soal makan siang dan minum susu gratis pun harus kita
kawal agar berjalan dengan baik dan lancar meskipun itu tidak bisa diburu-buru.
Hal itu disebabkan program itu adalah program baru yang harus dirancang dan
disiapkan dananya terlebih dahulu. Setelah Prabowo dan Gibran dilantik, mereka
harus mulai merancang dan menyiapkan anggaran bersama DPR RI sehingga pada
tahun berikutnya program makan siang dan minum susu gratis secara bertahap bisa
berjalan dengan baik dinikmati masyarakat. Suatu saat program ini bisa
menyeluruh sebagaimana yang diharapkan.
Rakyat harus mengingatkan soal hilirisasi serta makan dan
susu gratis ini. Jika mereka menghentikan hilirisasi dengan menguntungkan
bangsa asing dan merugikan bangsa sendiri, jika mereka berbohong soal makan
siang dan minum susu gratis, kita keroyok mereka rame-rame hingga jatuh
memalukan. Rakyat sudah menitipkan harapan kepada mereka, wajar rakyat marah
jika harapannya tidak sesuai dengan kenyataan.
Sampurasun