oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Ada fungsi yang sama pada
Kabah di Mekah dengan Sasaka Domas di Gunung Halimun Salak, Bogor, Jawa Barat.
Keduanya memiliki fungsi sebagai kiblat atau arah, bahkan pusat peribadatan.
Bagi
orang Islam, Kabah adalah bangunan yang menjadi titik fokus konsentrasi ketika
beribadat dan puncak peribadatannya ada pada bulan Dzulhijah yang disebut juga
bulan Haji. Di mana pun orang Islam beribadat, arah dan fokusnya harus ke
Kabah.
Foto
Kabah saya dapatkan dari SMP Akhlak Cendekia Muslim
![]() |
Kabah di Mekah (Foto: SMP Akhlak Cendekia Muslim) |
Bagi orang Sunda Wiwitan, arah peribadatannya ke Sasaka Domas. Di sana ada situs megalitikum yang menjadi titik fokus konsentrasi peribadatan. Ada batu-batu menhir dan arca yang menjadi pusat konsentrasi. Puncak peribadatannya ada pada bulan Kalima.
Foto
Sasaka Domas saya dapatkan dari Kompasiana com.
![]() |
Sasaka Domas (Foto: Kompasiana com) |
Kabah dan Sasaka Domas adalah arah atau kiblat peribadatan, bukan barang yang disembah. Muslim mengarah ke Kabah, Sunda Wiwitan mengarah ke Sasaka Domas. Kabah adalah bukan Allah swt, melainkan titik fokus konsentrasi peribadatan. Oleh sebab itu, sebagai penghormatan dan tempat yang diridhoi Allah swt untuk titik fokus, disebut “Rumah Allah swt”. Ingat, itu bukan berarti Allah swt berdiam di situ. Kalau masuk ke dalamnya juga, kosong atau ada permadani, sajadah, bantal atau hal lain yang juga digunakan untuk ritual. Itu hanyalah bangunan yang diridhoi Allah swt sebagai pusat ibadat.
Demikian
pula Sasaka Domas bukan Tuhan, bukan Sang Hyang Tunggal, melainkan pusat titik
konsentrasi ritual. Hal itu sudah ditegaskan bahwa Sang Hyang Tunggal tidak
boleh diwakilkan ke dalam bentuk apa pun yang ada di dunia ini, bahkan dilarang
untuk dibayangkan wujudnya. Hal itu disebabkan manusia adalah ciptaan yang
terbatas, sedangkan Sang Hyang Tunggal adalah Pencipta yang tidak terbatas.
Baik
Kabah maupun Sasaka Domas, adalah alat bantu untuk konsentrasi atau khusyuk
beribadat ritual. Ketika seorang muslim biasa-biasa seperti saya ini melakukan
shalat, akan terbayang bentuk Allah swt sebagaimana melayangnya imajinasi dan
pikiran. Bentuk-bentuk yang tercipta dalam bayangan kita itu pasti salah dan
berbeda-beda dengan orang lain. Itu bukanlah Allah swt dan bisa mengakibatkan
shalat tidak khusyuk. Oleh sebab itu, agar lebih khusyuk, kita bisa
membayangkan diri kita berada di depan Kabah sambil memahami apa yang kita
baca. Dengan demikian, pikiran kita tidak akan terseret kesana-kemari.
Insyaallah, Allah swt ridho.
Demikian
pula ketika Sunda Wiwitan beribadat, mereka fokus melihat atau membayangkan
Sasaka Domas agar terikat pada tempat itu sebagai tempat yang disucikan dan
diberkati Sang Hyang Tunggal. Dengan demikian peribadatannya bisa lebih khusyuk,
tidak membayangkan hal-hal yang tidak diperlukan.
So,
Sang Hyang Tunggal dan Allah swt adalah merujuk pada “Zat Yang Sama”, zat yang
tidak memperbolehkan diri-Nya dibayangkan. Zat yang hanya mengizinkan
tempat-tempat tertentu sebagai alat bantu konsentrasi untuk beribadat ritual
kepada diri-Nya.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment