Friday, 30 May 2025

Menyerang Dedi Harus Telak, Anies Saja Terpukul, Jakarta Berguncang

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Gubernur Provinsi Jawa Barat Dedi Mulyadi saat ini menjadi sorotan yang luar biasa, setiap kata dan langkahnya mendapatkan banyak reaksi dari masyarakat Indonesia. Kemunculan Dedi yang mendapatkan dukungan sangat banyak dari rakyat Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri membuat banyak politisi tampak tersaingi dan secara diam-diam atau tersembunyi, kasar maupun halus, mulai menyerang Dedi. Serangan-serangan itu dengan mudah dipatahkan Dedi sehingga para pendukungnya semakin kuat terikat kepada Dedi.


Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Foto: Suara Indonesia News)


            Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tampaknya ikut-ikutan menyerang Dedi. Sayangnya “serangan” Anies langsung dilawan Dedi dengan sangat telak dan tidak mampu dilawan balik Anies.

            Sebetulnya, tak ada kata-kata jelas dari mulut Anies menyerang Dedi. Ini hanya para wartawan yang membuat Anies tampak menyerang Dedi mengenai penanggulangan kemiskinan dengan menggunakan program KB vasektomi. Dedi memang mewacanakan bahwa untuk mengendalikan kemiskinan, rakyat yang berharap mendapatkan bantuan sosial (Bansos) harus terlebih dahulu ber-KB dengan cara vasektomi untuk para pria. Berbeda dengan Anies yang tidak setuju dengan vasektomi. Ia berpendapat bahwa untuk mengendalikan kemiskinan karena banyak anak adalah dengan cara “welas asih” memberikan tunjangan hari tua untuk Lansia, BPJS gratis untuk Lansia, dan transportasi umum gratis.

            Pendapat Anies ini jelas saja mendapatkan respon dari netizen karena Anies dulu adalah gubernur DKI Jakarta dan tidak mampu juga mengatasi kemiskinan. Anies tetap hanya dianggap orang yang pintar merangkai kata, sedangkan buktinya tidak jelas. Saya juga baru-baru ini melihat sendiri di Jakarta beberapa meter dari pusat pertokoan mewah dan gedung-gedung bagus, di belakangnya dipenuhi jalan-jalan kecil sempit yang dipakai rebutan antara pejalan kaki, sepeda motor, dan bajaj. Jalan-jalan sempit itu di samping kanan-kiri dipenuhi juga rumah penduduk yang juga sempit berderet.

            Tak berapa lama setelah Anies mengemukakan pendapatnya, Dedi Mulyadi dalam sebuah rapat mengatakan dengan lantang yang seolah-olah balik membalas menyerang Anies. Dedi meneriakan bahwa jika dirinya menjadi gubernur DKI Jakarta, akan membagikan uang Rp10 juta bagi setiap kepala keluarga (KK) di Jakarta. Hal itu disebabkan Jakarta itu jumlah penduduknya sedikit, kurang dari 10 juta yang artinya diperkirakan hanya memiliki dua juta KK, sedangkan uang APBD Jakarta itu mencapai Rp90 triliun. Artinya, jika Rp10 juta dibagikan kepada dua juta KK, hanya akan menghabiskan Rp20 T. Dengan demikian, Jakarta masih memiliki banyak uang sejumlah Rp70 T untuk membangun.

            Pidato Dedi ini tentu saja membuat rakyat Jakarta berguncang. Mereka mulai  menyadari bahwa uang DKI Jakarta itu sangat banyak. Banyak dari mereka yang mulai berhitung-hitung sendiri tentang uang itu. Hal itu membuat kebingungan sendiri di kalangan rakyat Jakarta.

            Berbeda dengan Provinsi Jawa Barat yang penduduknya sangat banyak, sekitar 50 juta jiwa, tetapi uangnya sangat sedikit, yaitu Rp29 triliun. Artinya, Jawa Barat tidak memiliki kemampuan untuk membagikan uangnya kepada rakyat secara tunai, kecuali melalui program-program pembangunan dan bantuan sosial yang terbatas.

            Anies tidak lagi memberikan jawaban atas balasan Dedi. Akan tetapi, pemimpin Jakarta sekarang, yaitu Pramono Anung dan Rano Karno yang merasa diserang Dedi. Para pendukung Pramono-Rano mencoba menangkis pendapat Dedi. Sayangnya, mereka semua menyesatkan atau misleading, misalnya, kata mereka tidak mungkin membagikan uang Rp10 juta setiap bulan karena uangnya tidak akan cukup. Itu jawaban menyesatkan karena yang dimaksud Dedi adalah Rp10 juta untuk setiap tahun, bukan setiap bulan.


Pramono-Anies-Rano (Foto: detikNews - detikcom)


            So, kalau mau menyerang, harus benar-benar telak, jangan mengambang karena Dedi Mulyadi akan membalasnya dengan cara tidak terduga dan bisa menghancurkan karir politik lawannya.

            Foto Dedi saya dapatkan dari Suara Indonesia News. Foto Pramono-Anies-Rano saya dapatkan dari detikNews-detikcom.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment