oleh Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kita sudah disuguhi
berita tentang pertemuan Jokowi, Presiden RI terpilih versi KPU, dengan pendiri
sekaligus CEO Facebook, Mark Zuckerberg
di Balai Kota, Jakarta. Tak jelas pertemuan itu apa manfaatnya bagi rakyat
Indonesia. Memang ada hal-hal yang dibicarakan mereka untuk meningkatkan
ekonomi mikro dan kecil di samping pemanfaatan facebook untuk urusan pajak dan penggunaan interrnet. Akan tetapi, itu baru sebatas pembicaraan. Buktinya belum
ada dan masih menimbulkan tanda tanya, bisakah kerja sama itu terjadi? Bagaimana
caranya? Seberapa besar keuntungan yang akan rakyat dapatkan? Mana yang lebih
besar untungnya, rakyat atau facebook? Semuanya masih teramat samar.
Keuntungan yang jelas untuk sementara ini hanyalah baru
sebatas bagi facebook dan Jokowi cs. Pertemuan itu menyedot perhatian para pengguna
facebook di Indonesia dan itu merupakan keuntungan besar hasil dari pertemuan
populis. Negara dan rakyat belum melihat keuntungan atau merasakan hasil
positif dari pertemuan itu.
Saya mengkhawatirkan pertemuan itu semakin membuka dan memperjelas
bahwa Jokowi cs memang akan menguntungkan pihak asing. Semua tahu bahwa dalam
kampanye Pilpres lalu, grup Jokowi ini dituding antek-antek kapitalis dan
pemerintahannya akan menguntungkan pihak asing, bukan rakyat Indonesia. Saya
sendiri sangat tidak berharap siapa pun yang memerintah negeri ini hanya
memanfaatkan potensi rakyat dan negara untuk kepentingan asing, terutama
kapitalis.
Kekhawatiran saya itu berdasarakan berita yang dibuat
oleh tribunnews.com bahwa Jokowi menjelaskan pengguna facebook di Indonesia ada
sekitar tujuh puluh juta dan itu adalah pasar yang baik bagi Mark Zuckerberg,
CEO Facebook. Penjelasan Jokowi itu tampak diucapkan dengan ringan dan
menyenangkan tanpa ada perasaan yang berat sama sekali. Dalam kata lain,
seolah-olah Jokowi mengungkapkan bahwa pengguna
facebook di Indonesia adalah pasar yang potensial dan silakan dimanfaatkan
sehingga facebook mendapatkan keuntungan yang besar.
Lalu,
masyarakat pengguna fecebook sendiri dapat apa? Sebandingkah dengan yang akan
dinikmati Mark Zuckerberg?
Dalam
seluruh kajian hubungan internasional, setiap interaksi internasional harus
dimulai dari kepentingan dalam negeri dan interaksi itu harus memberikan
keuntungan sebesar-besarnya bagi dalam negeri, bukan untuk luar negeri. Jadi,
hubungan-hubungan dengan pihak luar negeri harus dihitung dengan cermat dan
bijaksana. Hubungan antara Jokowi dan Mark Zuckerberg harus menguntungkan pihak
Indonesia sebesar-besarnya. Bukankah pertemua mereka itu termasuk dalam
kategori hubungan internasional?
Hal
yang membuat rakyat ... eh ... saya khawatir adalah Jokowi seolah-olah
menawarkan rakyat Indonesia yang menggunakan facebook dengan ringan dan tenang.
Berbeda dengan anak-anak muda Bandung yang justru langsung berpikir keras
ketika mengetahui bahwa facebook mendapatkan keuntungan yang besar dari
Indonesia karena pengguna facebook dan twitter di Indonesia adalah yang
terbesar di dunia.
Anak-anak
muda Bandung yang kreatif itu pernah mengemukakan kekecewaannya dalam sebuah
acara pertemuan. Pertemuan itu tidak terlalu serius, rileks, tetapi tetap
bermanfaat. Pertemuan itu digelar di kantor DPD RI Provinsi Jawa Barat, Jl.
Mundinglaya No. 12, Bandung pada Jumat 11 Januari 2013 pukul 16.00 s.d. 18.00
WIB. Tema acaranya sendiri cukup santai, yaitu Tea Time & Bincang Dunia Kreatif Anak Muda Bandung Bersama Ketua
DPD RI, Irman Gusman.
Dalam acara ringan itu, Ketua Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (Hipmi) cabang Bandung, seorang perempuan muda energik bernama
Paramita menyampaikan beberapa hal penting. Salah satunya adalah pengalamannya
ketika berkunjung ke Amerika Serikat. Menurutnya, orang-orang AS itu sangat
menyambut gembira kaum muda Indonesia.
Kata Paramita, “Kami disebut-sebut orang-orang hebat,
penuh kreativitas, dan pintar-pintar.”
Akan tetapi, Paramita dan kawan-kawan tidak lantas mabuk
pujian dan merasa bangga. Mereka malahan berupaya mencari tahu apa yang
menyebabkan anak-anak muda Indonesia disambut dengan sukacita di AS. Ternyata, orang-orang
AS sebaik dan sehormat itu kepada anak-anak muda Indonesia disebabkan mendapatkan
keuntungan dari perilaku anak-anak muda Indonesia.
“Pengguna facebook dan
twitter terbanyak di dunia adalah
anak-anak muda Indonesia,” jelas Paramita, “Orang-orang AS itu mendapatkan
keuntungan dari penggunaan jejaring sosial tersebut.”
Oleh sebab itu, Paramita dan kawan-kawan agak sedikit
kecewa, mengapa orang lain yang untung besar, bukan anak-anak muda Indonesia
sendiri? Kita hanya menjadi objek, bukan subjek yang menerima keuntungan.
Ada perbedaan bukan antara sikap Jokowi yang seolah-olah
menyodorkan rakyat pengguna facebook untuk dimanfaatkan Mark Zuckerberg dengan
sikap anak-anak muda Bandung yang langsung kecewa saat tahu bahwa rakyat
pengguna facebook di Indonesia dimanfaatkan orang asing?
Saya sangat khawatir jika tuduhan lawan-lawan politik Jokowi
adalah benar bahwa pemerintahan Jokowi akan menguntungkan pihak asing. Hal itu
disebabkan jika benar bahwa pemerintahan Jokowi hanya akan menguntungkan orang
asing, yang rugi adalah bangsa dan rakyat Indonesia. Jokowi harus membuktikan
bahwa tuduhan itu adalah salah dan sama sekali tidak benar, bahkan harus mampu
menyatakan dengan cara apa saja bahwa tuduhan itu nilainya hanya sebesar seonggok
sampah kotor dan bau.
Hubungan dengan pihak asing memang boleh, bahkan harus.
Akan tetapi, keuntungan itu harus ditujukan sebesar-besarnya untuk rakyat
Indonesia. Berhubungan dengan facebook adalah sangat bermanfaat ketika hubungan
itu menumbuhkan banyak keuntungan untuk rakyat Indonesia.
Hati-hati Pak Jokowi. Lawan-lawan politik Anda akan
tertawa hebat dan menggelegar ketika tuduhan-tuduhan miring mereka terbukti memang
bukanlah bohong dan bernilai sampah, tetapi benar sebenar-benarnya. Anda harus
membungkam mulut mereka dengan cara membuktikan diri bahwa Anda bukanlah seperti
yang dituduhkan mereka.
Tenang dan percaya dirilah jika Anda orang yang benar. Jika Anda Benar, Allah swt selalu bersama Anda. Jika salah, cepat perbaiki diri.
No comments:
Post a Comment