oleh
Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Kadang ngeselin, kadang lucu
melihat tingkah orang-orang yang entah bodoh atau pura-pura bodoh atau memang
ingin membodohi orang lain. Ada yang bikin isu bahwa ijazah SMAN 6 Surakarta
milik Jokowi bukan asli alias palsu. Bahkan, ada yang bilang bahwa Jokowi bukan
lulusan SMAN 6 Surakarta. Dia mencuri ijazah orang lain. Cukup pintar
orang-orang ini membodohi orang bodoh. Akan tetapi, bagi orang cerdas,
orang-orang ini hanyalah pelawak bodoh.
Setelah saya perhatikan sebentar saja, ijazah Jokowi itu
mirip ijazah saya. Memang Jokowi tidak memiliki ijazah sebagai lulusan SMAN 6
Surakarta seperti yang dimiliki lulusan angkatan-angkatan setelahnya. Tidak
akan pernah ada ijazah itu. Hal itu disebabkan Jokowi adalah lulusan Sekolah
Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) 40 di Surakarta. Ijazah yang dikeluarkan
pasti jelas ijazah SMPP 40. Pada perkembangan berikutnya, SMPP 40 ini berubah menjadi
SMAN 6 Surakarta. Otomatis SMPP 40 tidak
ada lagi. Otomatis pula siswa yang lulus berikutnya dari sana menggunakan nama
SMAN 6, bukan lagi SMPP 40. Adapun Jokowi, lulus ketika sekolah itu masih
bernama SMPP 40. Jadi, Jokowi yang memiliki ijazah SMPP 40 adalah merupakan
alumnus pula dari SMAN 6 Surakarta karena lembaga itu masih sama dan hanya
berubah nama.
Begitu ya.
Hal itu mirip dengan ijazah saya. Saya ini lulusan SMP
Negeri 48 Kota Bandung, tetapi saya tidak memiliki ijazahnya. Hal itu
disebabkan saya lulus SMP ketika sekolah itu masih bernama SMP Negeri 1
Buahbatu Bandung. Sekarang, sekolah dengan nama SMPN 1 Buahbatu sudah tidak ada
lagi karena berubah nama menjadi SMP Negeri 48. Jadi, saya ini lulusan SMPN 48
ketika sekolah itu masih bernama SMP Negeri 1 Buahbatu. Sekolahannya masih sama
hanya namanya yang berbeda. So, ijazah saya pun pasti SMP Negeri 1 Buahbatu,
bukan SMP Negeri 48.
Bukan ijazahnya yang palsu, ngaku-ngaku, atau dapat dari
mencuri, tetapi begitulah kejadiannya.
Dengar-dengar sih, perubahan nama itu mengikuti perubahan
administratif willayah. Dulu wilayah itu masih termasuk Kabupaten Bandung, jadi
namanya SMP Negeri 1 Buahbatu. Ketika wilayah itu masuk menjadi Kota Bandung,
namanya berubah menjadi SMPN 48. Kalau mau lebih jelas, klik saja di Google,
profil SMPN 48 Kota Bandung, ada yang menulis sejarahnya. Mudah kok.
Demikian pula dengan ijazah istri saya. Istri saya itu
lulusan SMK, tetapi tidak ada ijazah SMK-nya karena ketika istri saya lulus, sekolah
itu masih bernama SMEA. Sekolahnya sama, hanya berubah nama mengikuti kebijakan
pemerintah.
Banyak kok yang punya ijazah semacam ini. Tidak perlu
heran. Hanya bagi orang-orang yang mata hatinya tertutup, hal seperti ini bisa
menjadi bahan fitnah dan kebodohan. Padahal, untuk memahaminya sangat enteng
surenteng,
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment