Saturday, 15 July 2023

Antek Asing & Antek Aseng Sebenarnya


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dalam musim kampanye atau bersaing politik, kita suka mendengar  tuduhan-tuduhan dengan kalimat “antek asing” atau “antek aseng”. Kedua istilah itu menunjukkan bahwa pihak yang dituduh adalah orang-orang yang merupakan kaki tangan negara asing dan negara Cina untuk menguasi Indonesia, merampok Indonesia, serta merugikan rakyat Indonesia. Pihak yang dituduh diisukan sebagai penjahat negara yang berkhianat terhadap Negara Indonesia.

            Sekarang, mari kita lihat fakta atau kenyataan yang sebenarnya. Pemerintah Indonesia sudah menegaskan dengan sangat kuat bahwa tidak ingin lagi menjual bahan tambang mentah ke luar negeri karena harganya murah dan keuntungannya sedikit. Pemerintah menginginkan Indonesia menjual barang setengah jadi atau bahkan barang yang sudah jadi. Artinya, negara mana pun yang ingin mendapatkan barang mentah dari Indonesia harus membuat pabrik pengolahan barang setengah jadi atau barang jadinya di Indonesia. Tidak boleh membeli bahan mentah, lalu diproduksi di negaranya. Dengan demikian, Indonesia mendapatkan banyak keuntungan, baik dari pajak, penyerapan tenaga kerja, maupun alih teknologi sehingga pada masa depan kita mampu berdiri sendiri dengan kemampuan sendiri untuk keuntungan yang lebih banyak. Contohnya, nikel yang merupakan bahan mentah baterai sudah dilarang dijual dan wajib diproduksi di dalam negeri.

Cina adalah negara yang ikut untung karena patuh pada keputusan pemerintah Indonesia dengan mendirikan pabrik di Indonesia untuk mengolah nikel. Berbeda dengan negara-negara Eropa yang marah kepada Indonesia, tetap menginginkan bahan mentah dari Indonesia, dan tidak mau mendirikan pabrik di Indonesia. Bahkan, mereka menggugat Indonesia untuk berperang pada sidang pengadilan internasional. Dengan demikian, pada ujung pemerintahannya, Jokowi tetap harus bertarung dengan 27 negara Eropa Barat, termasuk Amerika Serikat di dalamnya untuk mempertahankan kekayaan alam berupa bahan tambang agar lebih dinikmati oleh bangsa dan rakyat Indonesia.

Siapa pun yang merecoki dan menganggu pemerintah Indonesia dan Jokowi dalam bertarung mempertahankan sumber daya alam dan hak rakyat Indonesia adalah antek-antek asing. Langsung ataupun tidak langsung, mereka telah menguntungkan pihak barat serta merugikan bangsa dan Negara Indonesia dalam hal perebutan sumber daya ini.

Paham ya?

Setelah mempertahankan nikel dari asing, pemerintah Indonesia maju lagi melarang bauksit untuk dijual mentahnya ke luar negeri. Bauksit adalah bahan mentah untuk dijadikan alumunium. Kali ini negara yang dirugikan akibat kebijakan pemerintahan Jokowi untuk mempertahankan bauksit ada di dalam negeri Indonesia adalah Cina. Para ahli mengatakan bahwa Cina kemungkinan akan marah dan melakukan protes kepada Indonesia. Akan tetapi, tampaknya Jokowi tetap kukuh untuk menetapkan keinginannya agar bauksit diproduksi di Indonesia, dikerjakan rakyat Indonesia, mendapatkan keuntungan dari situ, serta rakyat Indonesia mendapatkan pula keuntungan dari alih teknologi untuk meningkatkan ilmu dan keterampilannya dalam mengolah bauksit.

Siapa pun yang merecoki dan menganggu kerja-kerja pemerintah dalam membela sumber daya alamnya agar tidak dikuasai Cina adalah antek-antek aseng. Merekalah sesungguhnya antek-antek aseng itu.

Sekarang paham kan siapa sesungguhnya antek-antek asing dan aseng itu?

Mereka menuduh orang yang bekerja memperjuangkan sumber daya Indonesia sebagai antek asing dan antek asing karena paham bahwa rakyat Indonesia itu mudah ditipu, apalagi dengan bahasa-bahasa agama, seperti, kafir, dzalim, thagut, sorga, dan neraka. Sudah, kita tidak perlu bodoh lagi ditipu orang-orang itu. Merekalah sebenar-benarnya antek asing dan antek aseng yang hendak menguasai Indonesia untuk mereka kuasai dan sama sekali tidak menguntungkan rakyat Indonesia.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment