oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dalam musim kampanye atau
bersaing politik, kita suka mendengar
tuduhan-tuduhan dengan kalimat “antek asing” atau “antek aseng”. Kedua
istilah itu menunjukkan bahwa pihak yang dituduh adalah orang-orang yang
merupakan kaki tangan negara asing dan negara Cina untuk menguasi Indonesia,
merampok Indonesia, serta merugikan rakyat Indonesia. Pihak yang dituduh
diisukan sebagai penjahat negara yang berkhianat terhadap Negara Indonesia.
Sekarang, mari kita lihat fakta atau kenyataan yang sebenarnya.
Pemerintah Indonesia sudah menegaskan dengan sangat kuat bahwa tidak ingin lagi
menjual bahan tambang mentah ke luar negeri karena harganya murah dan
keuntungannya sedikit. Pemerintah menginginkan Indonesia menjual barang
setengah jadi atau bahkan barang yang sudah jadi. Artinya, negara mana pun yang
ingin mendapatkan barang mentah dari Indonesia harus membuat pabrik pengolahan
barang setengah jadi atau barang jadinya di Indonesia. Tidak boleh membeli
bahan mentah, lalu diproduksi di negaranya. Dengan demikian, Indonesia
mendapatkan banyak keuntungan, baik dari pajak, penyerapan tenaga kerja, maupun
alih teknologi sehingga pada masa depan kita mampu berdiri sendiri dengan
kemampuan sendiri untuk keuntungan yang lebih banyak. Contohnya, nikel yang
merupakan bahan mentah baterai sudah dilarang dijual dan wajib diproduksi di
dalam negeri.
Cina
adalah negara yang ikut untung karena patuh pada keputusan pemerintah Indonesia
dengan mendirikan pabrik di Indonesia untuk mengolah nikel. Berbeda dengan
negara-negara Eropa yang marah kepada Indonesia, tetap menginginkan bahan
mentah dari Indonesia, dan tidak mau mendirikan pabrik di Indonesia. Bahkan,
mereka menggugat Indonesia untuk berperang pada sidang pengadilan
internasional. Dengan demikian, pada ujung pemerintahannya, Jokowi tetap harus
bertarung dengan 27 negara Eropa Barat, termasuk Amerika Serikat di dalamnya
untuk mempertahankan kekayaan alam berupa bahan tambang agar lebih dinikmati
oleh bangsa dan rakyat Indonesia.
Siapa
pun yang merecoki dan menganggu pemerintah Indonesia dan Jokowi dalam bertarung
mempertahankan sumber daya alam dan hak rakyat Indonesia adalah antek-antek
asing. Langsung ataupun tidak langsung, mereka telah menguntungkan pihak barat serta
merugikan bangsa dan Negara Indonesia dalam hal perebutan sumber daya ini.
Paham
ya?
Setelah
mempertahankan nikel dari asing, pemerintah Indonesia maju lagi melarang
bauksit untuk dijual mentahnya ke luar negeri. Bauksit adalah bahan mentah untuk
dijadikan alumunium. Kali ini negara yang dirugikan akibat kebijakan pemerintahan
Jokowi untuk mempertahankan bauksit ada di dalam negeri Indonesia adalah Cina. Para
ahli mengatakan bahwa Cina kemungkinan akan marah dan melakukan protes kepada
Indonesia. Akan tetapi, tampaknya Jokowi tetap kukuh untuk menetapkan keinginannya
agar bauksit diproduksi di Indonesia, dikerjakan rakyat Indonesia, mendapatkan
keuntungan dari situ, serta rakyat Indonesia mendapatkan pula keuntungan dari
alih teknologi untuk meningkatkan ilmu dan keterampilannya dalam mengolah
bauksit.
Siapa
pun yang merecoki dan menganggu kerja-kerja pemerintah dalam membela sumber
daya alamnya agar tidak dikuasai Cina adalah antek-antek aseng. Merekalah
sesungguhnya antek-antek aseng itu.
Sekarang
paham kan siapa sesungguhnya antek-antek asing dan aseng itu?
Mereka
menuduh orang yang bekerja memperjuangkan sumber daya Indonesia sebagai antek
asing dan antek asing karena paham bahwa rakyat Indonesia itu mudah ditipu,
apalagi dengan bahasa-bahasa agama, seperti, kafir, dzalim, thagut, sorga, dan
neraka. Sudah, kita tidak perlu bodoh lagi ditipu orang-orang itu. Merekalah
sebenar-benarnya antek asing dan antek aseng yang hendak menguasai Indonesia untuk
mereka kuasai dan sama sekali tidak menguntungkan rakyat Indonesia.
No comments:
Post a Comment