oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Bencana demi bencana akhir-akhir ini mewarnai kehidupan kita, warga Negara Indonesia, di mana saja berada. Memang tidak semua daerah ditimpa bencana, tetapi seluruh penduduk Indonesia merasakan benar-benar bencana itu dalam arti merasakan penderitaan saudara-saudaranya di tempat-tempat yang tertimpa bencana.
Bencana Wasior, Merapi, Sinabung, Mentawai, pesawat jatuh, huru-hara, kelaparan, dsb. adalah bencana yang merupakan rangkaian dari bencana sebelumnya dan pembuka bagi bencana-bencana berikutnya yang lebih hebat lagi. Perlu diketahui bahwa bencana ini akan terus-menerus terjadi sepanjang kita tidak mau berubah sikap dan tetap menyombongkan diri dengan kebodohan selama ini.
Tidak perlu heran dengan kehadiran bencana, bukankah sejak lalu dalam blog ini banyak ditulis bahwa jalan kita adalah sudah tampak salah sekali? Bukankah saya sudah mengingatkan bahwa sistem berbangsa dan bernegara kita ini sudah kacau melewati batas kesemrawutan dan kedustaan? Jika terus-menerus melakukan sistem politik rendahan dan kampungan ini, bukankah sudah saya peringatkan bahwa negeri ini akan ditimpa bencana yang dahsyat?
Saudara-saudara pembaca sekalian, sesungguhnya peringatan tersebut bukan hanya saya tulis di dalam blog ini, melainkan saya tulis langsung melalui pos kepada Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Februari 2010 lalu sebanyak enam halaman folio, jauh sebelum bencana-bencana besar terjadi secara berurutan. Saya mendapatkan pemahaman dari Allah swt bahwa kita sudah di ujung kekusutan dan jika diteruskan kekusutan itu, bencana pun akan datang.
Saya berharap bahwa surat yang saya sampaikan kepada Presiden RI itu mendapat tanggapan. Akan tetapi, hari demi hari terus berlalu, sampai November 2010 ini, tanggapan tidak ada. Saya sungguh kecewa, sedih, dan agak marah. Saya kecewa dan sedih bukan karena saya tidak dianggap atau tidak diperhatikan, tetapi karena negeri ini akan ditimpa bencana yang tidak disangka-sangka sebelumnya dan rakyat banyak akan menderita (sekarang terbukti bencana besar itu datang bukan?). Saya agak marah karena saya merasa bahwa SBY itu sombong dan angkuh. Mungkin seandainya saya memiliki mobil mewah, punya uang banyak, perusahaan yang tersebar di mana-mana, punya jabatan sosial yang disegani, dia akan menanggapi. Akan tetapi, karena mungkin saya hanya seorang penulis lepas yang juga sebetulnya menulis biografinya dia, SBY tidak menanggapinya. Itu pun kalau dia baca surat saya. Lain lagi ceriteranya kalau surat itu tidak sampai ke tangannya, cuma sampai di Sekpri-nya atau di orang-orang dekatnya, lalu dibuang. Itu berarti sistem kerja di lingkungannya tidak berjalan dengan baik.
Untuk ke sekian kalinya, saya mengingatkan lagi dalam tulisan ini dengan maksud supaya kita mengerti bahwa kekusutan, kekacauan, kesemrawutan, penderitaan, rupa-rupa bencana, dan berbagai ketimpangan lainnya yang diderita negeri ini adalah disebabkan negeri ini menggunakan sistem politik demokrasi! Sistem politik demokrasi adalah sumber kejahatan terhadap manusia dan kemanusiaan. Sistem politik demokrasi adalah penghinaan terhadap Allah swt. Wajar toh kalau Allah swt marah kemudian menimpakan bencana dari langit dan dari Bumi.
Hal-hal yang sekarang terjadi pun sebenarnya pernah dilukiskan oleh Prabu Siliwangi ratusan tahun silam dengan kata-kata, “Langit anggeus semu beureum, haseup ngebul tina pirunan.”
Artinya, langit sudah memerah menunjukkan wajah marah, asap sudah mengepul dari perapian. Hal itu menunjukkan bahwa langit dan Bumi sudah sangat siap menjadi media tanda-tanda kemarahan Allah swt kapan saja.
Negeri ini perlu membangun sistem dan struktur politik baru yang benar-benar sesuai dengan jiwa bangsa dan berdasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma yang telah dilekatkan Allah swt sejak dalam kandungan. Untuk itu, kita perlu berkaca pada sejarah diri sendiri dan menyingkirkan penghambaan terhadap nilai-nilai asing yang telah ditanampaksakan pada negeri ini.
Saya ingatkan bahwa negeri ini akan terus-menerus ditimpa bencana berkepanjangan dan bertubi-tubi yang tak akan pernah berhenti selama kita menggunakan sistem politik demokrasi yang kampungan, hina, kusut, dan menyedihkan ini. Suara demokrasi itu suaranya anjing syetan! Saya sungguh menantang siapa saja yang mengaku-aku penggemar berat dan pecinta demokrasi untuk membuktikan keagungan demokrasi yang telah dikeramatkan bahkan diper-Tuhan-kan orang itu. Seilmiah apa pun mereka, saya, sungguh, atas izin Allah swt, jika Allah swt berkehendak, akan menjungkirbalikkan alasan-alasan atau pilar-pilar pemikiran demokrasi itu dengan sangat mudah, insyaallah. Segala ilmu adalah milik-Nya.
Bencana akan reda jika negeri ini sudah tidak lagi menggunakan sistem politik demokrasi yang sesat ini, insyaallah. Demokrasi itu ajaran sesat, Bung.
Tidak percaya bahwa jika masih berdemokrasi, bencana akan terus datang, bahkan lebih besar lagi? Silakan terus berdemokrasi dan nikmati hari-hari penuh kesedihan dan kehinaan. Kita tunggu bersama hari-hari berikutnya dan saksikan apa yang terjadi. Mudah-mudahan Allah swt memberikan petunjuk kepada kita semua. Amin.
Perlu saya ulang-ulang lagi hal-hal yang telah ditulis dalam blog ini dan yang juga telah disuratkan kepada SBY. Dalam kesempatan kali ini, saya hanya akan menyampaikan ayat-ayat Allah swt yang berupa peringatan-peringatan keras. Itu pun tidak semua karena ayat-ayat seperti itu banyak sekali di dalam Al Quran.
Sudah menjadi kebiasaan Allah swt jika ingin menghancurkan negeri-negeri, jika hendak menurunkan azab, jika berketetapan menjatuhkan bencana, terlebih dahulu memberikan peringatan agar kaum dimaksud kembali ke jalan yang benar. Jika kaum itu mematuhi seruan Allah swt, selamatlah. Jika tidak, Allah swt akan menghancurkannya.
“Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberikan peringatan.” ( QS Asy Syu’araa : 208)
“Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS Al Israa : 16)
“Tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS Al Qashash : 59)
Masih banyak sesungguhnya ayat Al Quran yang bernada ancaman tersebut, tetapi cukuplah tiga ayat untuk menyadarkan kita bahwa Allah swt benar-benar akan mengazab kita jika kita mendustakan kebenaran yang nyata dan menghalangi sampainya kebenaran kepada umat manusia.
“Sesungguhnya, Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
Tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang bathil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan.
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhan-Nya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya, Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya, dan Kami letakkan pula sumbatan di telinga mereka. Kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.
Tuhanmulah Yang Maha Pengampun lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentunya Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Akan tetapi, bagi mereka ada waktu yang tertentu untuk menerima azab yang mereka sekali-kali tidak akan mendapatkan tempat berlindung darinya.
Penduduk negeri itu telah kami binasakan ketika mereka berbuat zalim dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS 18 : 54 – 59).
Begitulah Allah swt berkehendak. Kita tak perlu menantang-Nya karena pasti akan dilumatkan-Nya.
Kalau Allah swt berkehendak kebaikan kepada negeri ini karena penduduknya berupaya keras untuk berubah baik, kebaikan itu pun akan datang. Jika tidak, Allah swt akan menyesatkannya dengan cara dalam hati dan pikiran kita terus ditanamkan bahwa cara-cara hidup berbangsa dan bernegara kita sudah benar.
“…. Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun yang datang dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak menyucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS 5 : 41)
Demikian tulisan saya ini sebagai peringatan yang untuk ke sekian kalinya. Mudah-mudahan Allah swt memberikan pencerahan kepada kita semua. Saya hanya memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim yang apabila mendapatkan kebenaran, haruslah disampaikan walaupun hanya satu ayat.
Saya bersandar kepada Allah swt yang mengisyaratkan bahwa soal mereka mau percaya kepadamu atau tidak, mau mengikutimu atau tidak, itu bukan urusanmu. Itu urusan-Ku. Kamu hanyalah seorang pemberi peringatan. Oleh sebab itu, janganlah kamu bersedih hati atas perilaku mereka terhadapmu.
Yang pasti, saya akan terus berupaya menyampaikan petunjuk Allah swt ini sesuai dengan kemampuan dan sarana yang disediakan oleh-Nya dengan meneladani Nabi Muhammad saw yang mengisyaratkan bahwa akan berjuang sampai aku menang atau binasa karenanya.
Bismillaahi Allahu Akbar.
No comments:
Post a Comment