Tuesday, 9 November 2010

TNI Tak Mesti Salah

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Baru-baru ini masyarakat internasional dikejutkan oleh tayangan video mengenai kekerasan yang diduga dilakukan oleh anggota TNI di Papua. Tayangan ini selain tersebar di internet, juga marak di televisi. Gambar dan komentar-komentar yang ada tampak sekali menyudutkan TNI yang telah dinilai melakukan tindakan kekerasan dan pelanggaran HAM.

Benar dan sangat setuju jika kasus tersebut diusut tuntas dan harus berakhir pada putusan pengadilan. Akan tetapi, sangat tidak adil jika belum apa-apa TNI sudah dianggap bersalah. Kalaulah memang benar itu anggota TNI dan diyakini memang benar oleh Presiden SBY, sesungguhnya mereka itu sedang dalam keadaan bertugas dalam rangka membangun Papua dengan pendekatan kesejahteraan. Mereka saya yakin paham hal itu. Oleh sebab itu, sangat wajar jika mereka melakukan berbagai tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin terlaksananya pembangunan di wilayah Papua.

Sesungguhnya, yang wajib mematuhi atau mendukung program pembangunan dan keamanan dengan pendekatan kesejahteraan itu bukan hanya aparat pemerintah dan TNI, melainkan pula keseluruhan rakyat Papua. Artinya, rakyat Papua pun harus ikut menyadarkan saudara-saudaranya yang masih ingin menggunakan senjata atau menyembunyikan senjata yang dapat mengganggu program pembangunan kesejahteraan tersebut. Apabila masih ada masyarakat Papua yang mengganggu program tersebut, sudah sepatutnya diambil tindakan yang keras dan tegas. Program tersebut tak akan berhasil baik jika hanya TNI dan birokrat Papua yang mendukung, sedangkan beberapa lapisan masyarakatnya tidak mendukung, bahkan bisa dikatakan mengganggu. Bayangkan saja, jika benar yang di dalam video tersebut adalah rakyat Papua yang kedapatan dianggap mengganggu program pemerintah yang hendak menyejahterakan rakyat Papua, lalu anggota TNI yang bertugas di sana berlaku lemah lembut, para pengacau itu akan besar kepala dan menganggap TNI lemah.

Kita memang harus setuju dengan pendekatan persuasif, namun kita pun harus sangat siap untuk melakukan kekerasan jika dianggap perlu. Tak perlu takut penilaian siapa pun. Sepanjang TNI berada di dalam koridor yang benar, jalan saja terus.

Saya sungguh menyayangkan dengan adanya komentar-komentar, bahkan dari Presiden SBY sendiri yang tampaknya terasa dari awal sudah mengatakan bahwa hal itu tindakan salah. Sungguh, sebelumnya harus diteliti dahulu mengapa anggota TNI melakukan hal itu. Mereka pun di samping bertugas untuk negara, juga harus melindungi dirinya sendiri, bukan? Oleh sebab itu, jangan dahulu memberikan penilaian yang cenderung menyalahkan sebelum benar buktinya. TNI kita akan merasa selalu disudutkan dan akan berperilaku serba salah jika selalu dipersalahkan sebelum ada kejelasan yang pasti. Tidak perlu kita terlalu mendengar omongan orang, apalagi dari pihak asing yang belum tentu mencintai rakyat dan bangsa Indonesia. Kita punya cara sendiri, nilai-nilai sendiri, dan hukum sendiri untuk mengurus itu semua. Tak perlu merasa hebat jika sudah mampu berbicara menyudutkan pemerintah hanya karena ingin disebut orang yang kritis tanpa rasa cinta kepada bangsa dan negara.

Dalam kasus di Papua itu, dasar yang mesti kita gunakan adalah rasa cinta kepada tanah air dalam arti mengurus hal tersebut dengan rasa cinta kepada TNI dan rakyat Papua sekaligus, bukan karena komentar dan penilaian orang lain, apalagi bukan warga Negara Indonesia. Sudah, hentikan, perasaan bahwa orang asing atau dunia internasional lebih pandai dalam memahami urusan dalam negeri Indonesia. Yang mengerti dan paham tentang kita adalah tentunya kita sendiri dan semuanya harus diurus dengan dasar cinta.

No comments:

Post a Comment