Sunday 12 August 2012

Kualitas Artis


oleh Tom Finaldin


Saya merasa perlu menulis mengenai kualitas artis untuk lebih memahamkan pembaca sekalian tentang maksud saya dalam tulisan yang lalu. Saya sungguh prihatin dengan perilaku media yang mencari pendapat imbangan untuk mengimbangi pendapat orang-orang yang tidak setuju terhadap kehadiran Lady Gaga. Beberapa media mencari pendapat dari artis-artis yang berkualitas rendah. Hasilnya, tentu saja bertentangan dengan orang-orang yang tidak setuju terhadap kehadiran Lady Gaga. Para artis berkualitas rendah itu sudah sangat pasti mendukung kehadiran Lady Gaga karena kurang rasa dan kurang paham terhadap nilai-nilai budaya bangsa.
            Saya secara pribadi membedakan kualitas artis itu dari penampilan dan hasil karyanya. Jika penampilan dan hasil karyanya hanya bertahan dalam hitungan hari, atau beberapa bulan, paling lama dalam hitungan tahun yang singkat untuk kemudian dilupakan, artis itu berkualitas rendah. Jika penampilan dan hasil karyanya bertahan sangat lama, bahkan bernilai abadi, artis itu berkualitas tinggi. Karena kualitasnya yang tinggi, penampilan dan karyanya bisa memberikan dorongan positif bagi penggemarnya.
            Tinggi-rendahnya kualitas artis lebih banyak dipengaruhi oleh niat mereka untuk tampil dan berkarya. Seluruhnya terkait erat dengan uang.  Jika penampilan dan karyanya hanya untuk mencari uang, artis itu pasti berkualitas rendah. Pendek kata, dia menjadi artis rendahan. Tinggi-rendahnya kualitas artis berbanding lurus dengan niatnya. Kalau niatnya untuk mencurahkan perasaan dan memberikan pengaruh positif bagi penggemarnya dengan menomorsekiankan uang, dia pasti berkualitas tinggi, apalagi sama sekali bukan uang yang menjadi niatnya.
            Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan pencipta lagu AT Mahmud (alm.) bahwa artis-artis sekarang menciptakan lagu dan membawakan lagu hanya untuk dijual dalam kata lain untuk mencari uang. Berbeda dengan dirinya bersama pencipta lagu seangkatannya yang menciptakan lagu bukan untuk uang, melainkan karena dorongan cinta terhadap anak-anak. Oleh sebab itu, karya-karya AT Mahmud bernilai abadi hingga kini, selalu dinyanyikan banyak anak. Demikian pula karya-karya pencinta anak lainnya yang berkualitas tinggi, seperti, Ibu Sud, Ibu Kasur, dan Ibu Fat. 
              Orang tak bisa membantah bahwa karya-karya berkualitas tinggi berasal dari orang-orang ini: Ebiet G. Ade, Bimbo, Slamet Rahardjo, Iwan Fals, Doel Soembang, Vina Pandu Winata, Rafika Duri, Koes Plus, Rhoma Irama, Ibing Kusumayatna, Taufiq Ismail, Broery Marantika, Chrisye, dan masih banyak lagi. Penampilan dan karyanya tetap bertahan hingga hari ini. Tak mudah dilupakan. Orang masih ingat bagaimana mereka beraksi di panggung dengan karyanya. Bahkan, ada karya seni atau lagu yang sama sekali tidak berurusan dengan uang, tetapi berupaya membuat orang-orang ingat terhadap kebenaran sejati, misalnya, Sunan Ampel dengan syair Lir Ilir yang tak pernah mati, bahkan tak akan mati sampai ribuan tahun mendatang.
            Seharusnya, mereka itulah yang dimintai pendapat atau komentar jika terjadi suatu goncangan terkait dengan seni dan seniman di negeri ini, baik dalam maupun luar negeri. Tentunya, mereka yang masih hidup. Kalau yang sudah meninggal, kita bisa mengira-ngira pendapatnya dari perjalanan karir dan isi karya-karyanya. Pendapat mereka adalah lebih layak didengar dan dipertimbangkan dibandingkan dengan artis-artis yang cepat dilupakan orang itu.
           

No comments:

Post a Comment