oleh
Tom Finaldin
Saya merasa perlu
menulis mengenai kualitas artis untuk lebih memahamkan pembaca sekalian tentang
maksud saya dalam tulisan yang lalu. Saya sungguh prihatin dengan perilaku
media yang mencari pendapat imbangan untuk mengimbangi pendapat orang-orang
yang tidak setuju terhadap kehadiran Lady Gaga. Beberapa media mencari pendapat
dari artis-artis yang berkualitas rendah. Hasilnya, tentu saja bertentangan
dengan orang-orang yang tidak setuju terhadap kehadiran Lady Gaga. Para artis
berkualitas rendah itu sudah sangat pasti mendukung kehadiran Lady Gaga karena
kurang rasa dan kurang paham terhadap nilai-nilai budaya bangsa.
Saya secara pribadi membedakan kualitas artis itu dari
penampilan dan hasil karyanya. Jika penampilan dan hasil karyanya hanya
bertahan dalam hitungan hari, atau beberapa bulan, paling lama dalam hitungan
tahun yang singkat untuk kemudian dilupakan, artis itu berkualitas rendah. Jika
penampilan dan hasil karyanya bertahan sangat lama, bahkan bernilai abadi,
artis itu berkualitas tinggi. Karena kualitasnya yang tinggi, penampilan dan
karyanya bisa memberikan dorongan positif bagi penggemarnya.
Tinggi-rendahnya kualitas artis lebih banyak dipengaruhi
oleh niat mereka untuk tampil dan berkarya. Seluruhnya terkait erat dengan uang. Jika penampilan dan karyanya hanya untuk
mencari uang, artis itu pasti berkualitas rendah. Pendek kata, dia menjadi
artis rendahan. Tinggi-rendahnya kualitas artis berbanding lurus dengan
niatnya. Kalau niatnya untuk mencurahkan perasaan dan memberikan pengaruh
positif bagi penggemarnya dengan menomorsekiankan uang, dia pasti berkualitas
tinggi, apalagi sama sekali bukan uang yang menjadi niatnya.
Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan pencipta lagu
AT Mahmud (alm.) bahwa artis-artis sekarang menciptakan lagu dan membawakan
lagu hanya untuk dijual dalam kata lain untuk mencari uang. Berbeda dengan
dirinya bersama pencipta lagu seangkatannya yang menciptakan lagu bukan untuk
uang, melainkan karena dorongan cinta terhadap anak-anak. Oleh sebab itu,
karya-karya AT Mahmud bernilai abadi hingga kini, selalu dinyanyikan banyak
anak. Demikian pula karya-karya pencinta anak lainnya yang berkualitas tinggi,
seperti, Ibu Sud, Ibu Kasur, dan Ibu Fat.
Orang tak bisa membantah bahwa karya-karya berkualitas
tinggi berasal dari orang-orang ini: Ebiet G. Ade, Bimbo, Slamet Rahardjo, Iwan
Fals, Doel Soembang, Vina Pandu Winata, Rafika Duri, Koes Plus, Rhoma Irama,
Ibing Kusumayatna, Taufiq Ismail, Broery Marantika, Chrisye, dan masih banyak
lagi. Penampilan dan karyanya tetap bertahan hingga hari ini. Tak mudah
dilupakan. Orang masih ingat bagaimana mereka beraksi di panggung dengan
karyanya. Bahkan, ada karya seni atau lagu yang sama sekali tidak berurusan
dengan uang, tetapi berupaya membuat orang-orang ingat terhadap kebenaran
sejati, misalnya, Sunan Ampel dengan syair Lir
Ilir yang tak pernah mati, bahkan tak akan mati sampai ribuan tahun
mendatang.
Seharusnya, mereka itulah yang dimintai pendapat atau
komentar jika terjadi suatu goncangan terkait dengan seni dan seniman di negeri
ini, baik dalam maupun luar negeri. Tentunya, mereka yang masih hidup. Kalau
yang sudah meninggal, kita bisa mengira-ngira pendapatnya dari perjalanan karir
dan isi karya-karyanya. Pendapat mereka adalah lebih layak didengar dan
dipertimbangkan dibandingkan dengan artis-artis yang cepat dilupakan orang itu.
No comments:
Post a Comment