oleh
Tom Finaldin
Kekerasan?
Why
not?
Kekerasan
adalah jalan terakhir untuk menyadarkan sekaligus mengalahkan orang-orang bodoh
yang sok tahu dan sok pintar. Kita membutuhkan kekerasan untuk menggetarkan
hati dan pikiran orang-orang yang sudah kelewat batas.
Kita
mungkin masih ingat kontroversi konser Lady Gaga yang gagal itu. Sungguh untuk
masalah seperti itu diperlukan kekerasan yang nyata agar tak terjadi lagi
hal-hal serupa itu.
Adalah
suatu keanehan yang amat sangat orang-orang sibuk berdebat mengenai kehadiran
Lady Gaga di Indonesia. Malahan, anehnya, banyak orang yang berpendapat Lady
Gaga diperbolehkan saja datang untuk mengadakan aksi panggungnya di Indonesia.
Mereka ini berpendapat pula bahwa orang-orang yang tidak setuju terhadap
kehadiran Lady Gaga adalah orang-orang yang memaksakan kehendak golongan dan
agamanya kepada orang lain serta tidak sesuai dengan Pancasila. Karena kebetulan yang paling
keras menolak adalah golongan yang beragama Islam, dengan bodohnya mereka
mempertentangkan Islam dengan Pancasila. Seolah-olah yang tidak setuju Lady
Gaga itu bertentangan dengan Pancasila. Keliru berat mereka itu.
Sudahlah
tak perlu mempertentangkan lagi antara Islam dengan Pancasila. Pancasila itu
hanya seberkas cahaya yang ditampakkan Allah swt dari ajaran Islam untuk
menyelamatkan negeri ini dari berbagai kesesatan. Tak ada pertentangan di
antara keduanya.
Kesetujuan
terhadap kehadiran Lady Gaga merupakan tanda yang jelas bahwa negeri ini masih
harus ditatar mengenai Pancasila. Sila pertama dalam Pancasila jelas sekali
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita
semua wajib berketuhanan. Siapa pun serta apa pun yang bisa mempengaruhi warga
bangsa untuk tidak bertuhan, tidak menjalankan perintah Tuhan, dan mencederai
ajaran Tuhan adalah harus disingkirkan dan dicegah sebisa mungkin. Jika perlu,
dengan menggunakan kekerasan. Itu adalah kewajiban setiap warga Negara
Indonesia yang ber-Pancasila.
Ada
beberapa dari kalangan media yang sama bodohnya dengan orang-orang yang tidak
mengerti Pancasila. Mereka mencari pendapat imbangan dari para artis yang
rendah kualitasnya. Hasilnya, jelas sekali para artis itu membela kehadiran
Lady Gaga karena tidak mengerti Pancasila dan jauh dari pemahaman terhadap
nilai-nilai budaya bangsa. Mestinya, media mewawancarai para artis yang
berkualitas tinggi.
Membedakan
kualitas artis itu tidak terlalu sulit. Lihat saja penampilan dan karyanya.
Kalau penampilan dan karyanya bertahan sangat lama, bahkan bernilai abadi, itu
artinya berkualitas tinggi. Kalau penampilan dan karyanya bertahan hanya dalam
hitungan hari atau bulan, itu artinya berkualitas rendah.
Jika
saja media mau mewawancarai para artis yang berkualitas tinggi, pasti akan mendapatkan
pendapat penolakan terhadap Lady Gaga karena bertentangan dengan nurani mereka
yang juga bernilai tinggi.
Kita
memang perlu membudayakan kekerasan untuk membela Pancasila, nilai-nilai luhur bangsa, dan
hukum-hukum yang menjadi rambu-rambu dalam berbangsa dan bernegara. Jika hukum
positif kurang lengkap dan atau beradu dengan budaya bangsa serta bertentangan
dengan Pancasila, hukum-hukum itu mesti dikoreksi karena aturannya adalah hukum
di Indonesia itu tidak boleh bertentangan dengan Pancasila yang merupakan
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Kita
perlu orang-orang yang gemar memaksakan kehendak agar orang-orang di negeri ini
sadar terhadap dirinya sendiri. Kita harus memaksakan kehendak agar negeri ini
kembali pada jalurnya, sebagaimana yang diinginkan para pejuang dan pendiri bangsa.
Di
samping itu, penduduk Jakarta, baik asli maupun pendatang, harus ingat di luar
kepala bahwa mereka itu hidup di kota yang dimenangkan oleh Fatahilah. Fatahilah menamakan kota itu Jayakarta yang kini bernama Jakarta yang
artinya adalah Kota Kemenangan.
Kemenangan
dari apa?
Pelajari
itu sejarah Jakarta dan sejarah Fatahilah sendiri.
Kehidupan
yang bagaimana yang Fatahilah inginkan dari wilayah yang disebutnya Kota
Kemenangan itu?
Berterimakasihlah
kepada Fatahilah yang telah berdarah-darah dan membuat pengikutnya bertaruh
nyawa untuk kemenangan kota itu. Cara berterimakasihnya adalah dengan
berperilaku dan bertindak yang benar sesuai dengan cita-cita Fatahilah. Siapa
pun yang mengadakan kegiatan atau aktivitas yang bertentangan dengan keinginan
Fatahilah, mereka itu adalah pengkhianat Jakarta dan manusia-manusia tolol yang
tidak tahu terima kasih.
No comments:
Post a Comment