Sunday 12 August 2012

Mari Kita Budayakan Kekerasan


oleh Tom Finaldin


Kekerasan?
Why not?
Kekerasan adalah jalan terakhir untuk menyadarkan sekaligus mengalahkan orang-orang bodoh yang sok tahu dan sok pintar. Kita membutuhkan kekerasan untuk menggetarkan hati dan pikiran orang-orang yang sudah kelewat batas.
Kita mungkin masih ingat kontroversi konser Lady Gaga yang gagal itu. Sungguh untuk masalah seperti itu diperlukan kekerasan yang nyata agar tak terjadi lagi hal-hal serupa itu.
Adalah suatu keanehan yang amat sangat orang-orang sibuk berdebat mengenai kehadiran Lady Gaga di Indonesia. Malahan, anehnya, banyak orang yang berpendapat Lady Gaga diperbolehkan saja datang untuk mengadakan aksi panggungnya di Indonesia. Mereka ini berpendapat pula bahwa orang-orang yang tidak setuju terhadap kehadiran Lady Gaga adalah orang-orang yang memaksakan kehendak golongan dan agamanya kepada orang lain serta tidak sesuai dengan Pancasila. Karena kebetulan yang paling keras menolak adalah golongan yang beragama Islam, dengan bodohnya mereka mempertentangkan Islam dengan Pancasila. Seolah-olah yang tidak setuju Lady Gaga itu bertentangan dengan Pancasila. Keliru berat mereka itu.
Sudahlah tak perlu mempertentangkan lagi antara Islam dengan Pancasila. Pancasila itu hanya seberkas cahaya yang ditampakkan Allah swt dari ajaran Islam untuk menyelamatkan negeri ini dari berbagai kesesatan. Tak ada pertentangan di antara keduanya.
Kesetujuan terhadap kehadiran Lady Gaga merupakan tanda yang jelas bahwa negeri ini masih harus ditatar mengenai Pancasila. Sila pertama dalam Pancasila jelas sekali adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita semua wajib berketuhanan. Siapa pun serta apa pun yang bisa mempengaruhi warga bangsa untuk tidak bertuhan, tidak menjalankan perintah Tuhan, dan mencederai ajaran Tuhan adalah harus disingkirkan dan dicegah sebisa mungkin. Jika perlu, dengan menggunakan kekerasan. Itu adalah kewajiban setiap warga Negara Indonesia yang ber-Pancasila.
Ada beberapa dari kalangan media yang sama bodohnya dengan orang-orang yang tidak mengerti Pancasila. Mereka mencari pendapat imbangan dari para artis yang rendah kualitasnya. Hasilnya, jelas sekali para artis itu membela kehadiran Lady Gaga karena tidak mengerti Pancasila dan jauh dari pemahaman terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Mestinya, media mewawancarai para artis yang berkualitas tinggi.
Membedakan kualitas artis itu tidak terlalu sulit. Lihat saja penampilan dan karyanya. Kalau penampilan dan karyanya bertahan sangat lama, bahkan bernilai abadi, itu artinya berkualitas tinggi. Kalau penampilan dan karyanya bertahan hanya dalam hitungan hari atau bulan, itu artinya berkualitas rendah.
Jika saja media mau mewawancarai para artis yang berkualitas tinggi, pasti akan mendapatkan pendapat penolakan terhadap Lady Gaga karena bertentangan dengan nurani mereka yang juga bernilai tinggi.
Kita memang perlu membudayakan kekerasan untuk membela Pancasila, nilai-nilai luhur bangsa, dan hukum-hukum yang menjadi rambu-rambu dalam berbangsa dan bernegara. Jika hukum positif kurang lengkap dan atau beradu dengan budaya bangsa serta bertentangan dengan Pancasila, hukum-hukum itu mesti dikoreksi karena aturannya adalah hukum di Indonesia itu tidak boleh bertentangan dengan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Kita perlu orang-orang yang gemar memaksakan kehendak agar orang-orang di negeri ini sadar terhadap dirinya sendiri. Kita harus memaksakan kehendak agar negeri ini kembali pada jalurnya, sebagaimana yang diinginkan para pejuang dan pendiri bangsa.
Di samping itu, penduduk Jakarta, baik asli maupun pendatang, harus ingat di luar kepala bahwa mereka itu hidup di kota yang dimenangkan oleh Fatahilah. Fatahilah menamakan kota itu Jayakarta yang kini bernama Jakarta yang artinya adalah Kota Kemenangan.
Kemenangan dari apa?
Pelajari itu sejarah Jakarta dan sejarah Fatahilah sendiri.
Kehidupan yang bagaimana yang Fatahilah inginkan dari wilayah yang disebutnya Kota Kemenangan itu?
Berterimakasihlah kepada Fatahilah yang telah berdarah-darah dan membuat pengikutnya bertaruh nyawa untuk kemenangan kota itu. Cara berterimakasihnya adalah dengan berperilaku dan bertindak yang benar sesuai dengan cita-cita Fatahilah. Siapa pun yang mengadakan kegiatan atau aktivitas yang bertentangan dengan keinginan Fatahilah, mereka itu adalah pengkhianat Jakarta dan manusia-manusia tolol yang tidak tahu terima kasih.


No comments:

Post a Comment