Sunday, 4 October 2015

Jangan Perlihatkan Kebodohan Kita Soal Komunisme


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Ada banyak orang yang masih dendam dan tersudut akibat huru-hara politik masa lalu, terutama yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Banyak mantan dan keturunan anggota atau simpatisan PKI yang merasa diperlakukan tidak adil dan biadab. Akan tetapi, banyak pula yang merasa dirugikan dan teraniaya oleh perilaku PKI. Jadi, kalau setiap pihak mau minta keadilan, sejarah harus kembali dibuka sejujur-jujurnya, seteliti-telitinya, dan ditulis dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang bernilai akademis. Jangan hanya klaim sana-klaim sini. Semuanya harus terbuka dan terang benderang.

            Baik dibuka atau ditutup, sejarah kekacauan politik yang mengakibatkan peristiwa penghinaan terhadap kemanusiaan itu merupakan wujud dari kebodohan kita sebagai bangsa. Dari dulu sampai sekarang masih teramat banyak orang bodoh di antara kita dan mungkin kita sendiri selalu memelihara kebodohan itu dengan senang hati dan berbangga diri.

            Apa kebodohan kita itu?

            Kebodohan kita adalah kita selalu menganggap diri lebih lemah, terbelakang, dan merasa diri lebih bodoh dibandingkan negara luar.

            Adanya pemikiran komunis dan pemikiran liberal adalah contoh teramat nyata bagaimana tololnya kita dengan mengganggap orang yang berada di luar diri kita lebih hebat dibandingkan kita. Baik, komunis maupun liberal-kapitalis adalah perilaku dan pemikiran yang berasal dari luar Indonesia, bukan milik bangsa Indonesia. Kita hanya tidak percaya diri menggunakan pikiran dan perilaku kita sendiri dalam berbangsa dan bernegara.

            Kebodohan dan ketololan kita itu harus dibayar mahal dengan banyaknya jatuh korban dan kehancuran sosial-ekonomi-kemanusiaan. Jadi, jangan ulangi lagi kebodohan dan ketololan serupa itu atau bahkan memperlihatkannya kembali dengan mengungkit-ungkit rasa sakit hati yang sepihak tanpa mempertimbangkan bahwa orang lain juga banyak yang yang merasa sakit hati karena perbuatan dan perilaku kita.

            Bagaimana tidak bodoh dan tololnya kita dengan percaya pada pemikiran komunis dan kapitalis. Kedua pemikiran dan perilaku itu adalah berawal dan berujung pada perebutan uang, materi, benda, dan kedudukan. Semua yang mereka perebutkan itu adalah hal-hal yang teramat rendah dalam pandangan budaya asli bangsa Indonesia. Budaya original Indonesia sangatlah mengagungkan ketuhanan dan kemanusiaan dari zaman ke zaman serta menempatkan uang, materi, seks, kedudukan, dan kekuasaan berada di pinggir-pinggir kehidupan. Kita menjadi jatuh dan tidak beradab karena ngikut-ngikut bangsa lain yang gemar rebutan uang recehan. Kita ingin hidup sama brengseknya dengan mereka dengan menjadikan uang, materi, seks, kedudukan, dan kekuasaan adalah hal-hal yang utama dalam hidup, sedangkan ketuhanan dan kemanusiaan dipinggirkan. Masyaallah.

            Soekarno adalah orang yang sangat yakin dan bangga dengan nilai-nilai bangsanya. Oleh sebab itu, ketika dunia dikuasai pikiran-pikiran yang rendah semacam komunis dan liberal-kapitalis, Soekarno berupaya keras menarik orang-orang Indonesia yang berpikiran komunis dan kapitalis untuk berada bersama satu jalan untuk kepentingan Indonesia. Akan tetapi, sayang, upayanya itu gagal karena memang komunis dan kapitalis adalah paham yang tercipta untuk saling bertentangan. Kalaupun mereka sempat akur, sesungguhnya jauh di dalam lubuk hati yang terdalam, mereka masih memendam permusuhan hingga kini.

            Komunis itu lahir karena keserakahan orang-orang kapitalis. Mereka terus-menerus berebut hal-hal lahiriah yang justru akan menimbulkan banyak persengketaan di muka Bumi.

            Soekarno sesungguhnya telah berpayah-payah menerangkan bahwa komunis tidak perlu memusuhi agama Islam karena sesungguhnya yang membuat komunis menjadi antiagama dan anti-Tuhan adalah para pendeta gereja yang korup, bukan ulama Islam dan kaum muslimin. Ketika para buruh komunis merasa teraniaya oleh para pengusaha kapitalis, pendeta dan gereja adalah pihak yang paling diharapkan para buruh untuk menegakkan keadilan dan mencurahkan kasih sayang. Akan tetapi, gereja-gereja itu para pendetanya sudah disuap oleh para pengusaha untuk membela kepentingan kapitalis. Pendeta-pendeta korup itu pun kemudian menuduh komunis sebagai tidak beragama dan hidup hanya menyandarkan pada pikiran, bukan keimanan. Akibatnya, para buruh itu pun putus asa. Mereka tidak mendapatkan pertolongan gereja untuk membela kesusahan yang dideritanya. Akhirnya, mereka pun menegaskan diri bahwa “Tuhan tidak ada” dan “agama adalah candu”.

            Dari sejarah itu, Soekarno berupaya keras meyakinkan bahwa Islam adalah bukan agama para pendeta korup itu. Islam dengan komunis memiliki semangat yang sama dalam memerangi ketidakadilan, keserakahan, dan kemungkaran. Akan tetapi, orang-orang komunis memang “bebal dan bandel”. Mereka tidak mendengar apa yang dinasihatkan Soekarno. Mereka tetap memusuhi Islam sampai hari ini. Itu tandanya mereka adalah orang-orang bodoh.

            Soekarno pun berletih-letih meyakinkan orang-orang Islam agar tidak memusuhi komunis karena sesungguhnya komunis bisa berteman dengan Islam dalam memerangi ketidakadilan, keserakahan, dan kejahatan kapitalis. Akan tetapi, orang-orang Islam terlalu mempercayai omongan para pendeta korup yang memfitnah komunis. Orang-orang Islam pun kemudian anti terhadap komunisme. Sikap antikomunis dari orang-orang Islam pun diperparah oleh kenyataan yang memang menunjukkan bahwa orang-orang komunis terus memusuhi Islam, baik dengan kata-kata, perangai, perilaku, maupun penyerangan keji.

            Permusuhan dan rasa saling curiga ini sudah sangat sulit diperbaiki sehingga Soekarno mengatakan, “Sudah sempurnalah perselisihan faham.”

            Inilah yang saya maksudkan dengan “kebodohan yang tidak perlu diperlihatkan”. Orang-orang komunis bodoh karena menyamakan Islam dengan gereja yang dipenuhi pendeta korup itu. Kemudian, melakukan penghinaan dan penyerangan keji. Orang-orang Islam pun bodoh karena menyandarkan pendapat pada pendapat pendeta-pendeta korup pembela kapitalis itu. Kemudian, memunculkan semangat antikomunis.

            Seandainya PKI mau berpikir lebih matang, akan terlihat jelas bahwa Islam adalah partner yang sangat tepat dalam memerangi ketidakadilan. Seandainya kaum muslimin dapat lebih mempelajari hal-ihwal kemunculan dan penderitaan komunisme, akan tampak nyata bahwa PKI adalah pihak yang dapat digunakan untuk memerangi keserakahan dan kezaliman orang-orang kafir. Akan tetapi, apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur dan bubur itu basi yang tidak bisa lagi dibumbui dengan kacang, kecap, daging, dan kerupuk.

            Karena komunisme yang tidak mau juga mengerti bahwa Islam berbeda dengan keyakinan pendeta-pendeta korup itu, permusuhan pun semakin sengit. Hal itu membuat kaum muslimin Indonesia gusar dan kesal bukan main. Oleh sebab itu, ketika terjadi G-30-S, kemarahan kaum muslimin benar-benar sampai puncaknya. Mereka bersama penguasa saat itu memuntahkan amarahnya karena penghinaan orang-orang ateis terhadap Allah swt, Muhammad saw, dan Islam serta penyerangan-penyerangan kejinya. Tak ayal, terjadi pembantaian dan penyingkiran terhadap orang-orang komunis. Itu adalah sejarah yang tak bisa dibantah.

            Bisa kita lihat bukan bagaimana bodohnya kita saat itu?

            PKI begitu percaya terhadap komunisme yang datang dari luar Indonesia. Kaum muslim Indonesia pun sangat percaya terhadap pendapat pendeta-pendeta korup yang disuap kapitalis asing. Pendek kata, pemikiran-pemikiran rendah dunia di luar Indonesia yang merembes ke dalam bangsa Indonesia telah menjadikan kita semrawut dan kacau-balau.

            Tidak bisa kita lihatkah bahwa mempercayai pikiran dan perilaku orang asing telah mengundang malapetaka yang teramat dahsyat?

            Sampai kapan kita akan terus percaya dan berbangga diri dengan pikiran dan perilaku asing?

            Bodoh kok dipelihara!

            Pikiran dan perilaku luar itu telah membuat kita kehilangan arah. Kita adalah korban dari kesalahan kita sendiri. Mereka yang PKI adalah saudara kita sendiri. Mereka yang muslim adalah saudara kita juga. Kita adalah saudara sebangsa dan setanah air. Kita bermusuhan karena pikiran-pikiran asing dan hasutan-hasutan asing. Kita adalah sama-sama korban tragedi kemanusiaan akibat terlalu percaya omongan orang-orang asing dan menganggap diri lebih rendah dan bodoh. Akibatnya, kita benar-benar bodoh.

            Kecerdasan kita terletak pada keyakinan kita terhadap Pancasila. Dengan memahami Pancasila, kita akan benar-benar didorong untuk cerdas otak, cerdas hati, dan cerdas berperilaku.

            Hentikan meneruskan permusuhan dan meminta keadilan atas peristiwa itu karena kita hanya akan menampakkan diri sebagaimana orang-orang bodoh yang mempertahankan kebodohan. Sejarah yang terjadi memang keji dan menyakitkan, tetapi itu terjadi karena kesalahan kita dalam berpikir, berkata-kata, bersikap, berperilaku, dan melakukan pemihakan.


            Semoga pada masa depan, kita benar-benar menjadi manusia-manusia yang Pancasilais. Amin.

No comments:

Post a Comment