Monday 21 December 2020

Musibah Adalah Akibat Ulah Kita Sendiri

 


oleh  Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Musibah yang diderita manusia, apa pun itu bentuknya, sesungguhnya diakibatkan oleh manusia itu sendiri. Musibah itu semacam hasil dari berbagai kesalahan manusia. Musibah itu bisa berupa dipukuli orang, kecelakaan, rugi, bangkrut, ditangkap polisi, dipenjara, dikucilkan, dll..

            Jika kita terkena musibah, sebaiknya hal pertama yang dilakukan adalah introspeksi diri. Kita harus mempelajari diri sendiri dulu, jangan langsung menyalahkan orang lain. Dengan begitu, kita akan lebih bijak dan lebih berhati-hati bersikap. Bisa jadi memang dalam musibah yang menimpa kita ada orang lain yang terlibat di dalamnya. Akan tetapi, kita harus menyadari bahwa musibah itu terjadi kepada kita, bukan kepada orang lain dan Allah swt mengizinkannya terjadi kepada kita. Balik lagi, kita memang harus introspeksi diri, mendalami diri sendiri, mengingat kesalahan-kesalahan kita sendiri.

            Allah swt sendiri yang menerangkan seperti itu. Perhatikan firman Allah swt dalam QS An Nisa, 4 : 79.

            “Kebaikan apa pun yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah dan keburukan apa pun yang menimpamu itu dari (kesalahan) dirimu sendiri….”

            Dengan tegas Allah swt memberitahukan bahwa jika kita mendapatkan kebaikan, itu adalah berasal dari kasih sayang Allah swt kepada kita. Dia yang menganugerahkannya kepada kita. Akan tetapi, jika tertimpa musibah, sesungguhnya itu akibat dari berbagai kesalahan dan kelalaian kita sendiri.

            Perhatikan pula ayat Allah swt berikut ini.

            “Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS Asy-Syura, 42 : 30)

            Banyak sekali ayat yang senada dan menerangkan tentang musibah yang diakibatkan oleh perilaku kita. Jika saya tulis di sini, akan sangat panjang. Akan tetapi, dua ayat ini saja sudah mencukupi pengetahuan kita tentang dari mana datangnya kebaikan dan musibah itu. Kebaikan berasal dari Allah swt, musibah berasal dari keburukan kita.

            Paling tidak, saya menemukan catatan tiga ahli yang menafsirkan ayat ini, yaitu Ibnu Katsir, Syekh Abdurrahman As Saadi, dan Al Baghawi. Jika disimpulkan tafsir ketiganya, mereka menjelaskan bahwa musibah yang menimpa manusia adalah memang akibat ulah manusia sendiri. Akan tetapi, Allah swt telah banyak memaafkan perilaku buruk kita. Tanpa diminta pun Allah swt telah banyak memaafkan kita. Hal itu dilakukan-Nya karena saking sayangnya kepada umat manusia. Adapun musibah yang terjadi kepada umat Islam adalah untuk membuat kita menjadi lebih baik lagi, lebih banyak belajar, lebih banyak memperbaiki diri agar hidup lebih berkualitas.

            Saya sendiri berpendapat bahwa musibah itu akan membuat manusia lebih mulia dan lebih baik jika mampu mengambil banyak manfaat dari kejadian-kejadian sedih yang menimpanya. Akan tetapi, manusia tidak akan menjadi lebih baik setelah mendapatkan musibah jika tidak mau belajar dari pengalaman hidupnya yang pahit itu.

            Demikian. Jika apa yang saya tulis ini benar, itu berarti datang dari Allah swt. Akan tetapi, jika yang saya tulis ini salah, itu berarti datang dari kebodohan saya sendiri. Semoga Allah swt memaafkan saya dan tak berhenti memberikan petunjuk bagi seluruh manusia. Aamiin.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment