oleh Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Musibah yang diderita
manusia, apa pun itu bentuknya, sesungguhnya diakibatkan oleh manusia itu
sendiri. Musibah itu semacam hasil dari berbagai kesalahan manusia. Musibah itu
bisa berupa dipukuli orang, kecelakaan, rugi, bangkrut, ditangkap polisi,
dipenjara, dikucilkan, dll..
Jika kita terkena musibah, sebaiknya hal pertama yang
dilakukan adalah introspeksi diri. Kita harus mempelajari diri sendiri dulu,
jangan langsung menyalahkan orang lain. Dengan begitu, kita akan lebih bijak
dan lebih berhati-hati bersikap. Bisa jadi memang dalam musibah yang menimpa
kita ada orang lain yang terlibat di dalamnya. Akan tetapi, kita harus
menyadari bahwa musibah itu terjadi kepada kita, bukan kepada orang lain dan
Allah swt mengizinkannya terjadi kepada kita. Balik lagi, kita memang harus
introspeksi diri, mendalami diri sendiri, mengingat kesalahan-kesalahan kita
sendiri.
Allah swt sendiri yang menerangkan seperti itu.
Perhatikan firman Allah swt dalam QS An
Nisa, 4 : 79.
“Kebaikan apa pun
yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah dan keburukan apa pun yang menimpamu
itu dari (kesalahan) dirimu sendiri….”
Dengan tegas Allah swt memberitahukan bahwa jika kita
mendapatkan kebaikan, itu adalah berasal dari kasih sayang Allah swt kepada
kita. Dia yang menganugerahkannya kepada kita. Akan tetapi, jika tertimpa
musibah, sesungguhnya itu akibat dari berbagai kesalahan dan kelalaian kita
sendiri.
Perhatikan pula ayat Allah swt berikut ini.
“Musibah apa pun
yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan
banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS Asy-Syura, 42 : 30)
Banyak sekali ayat yang senada dan menerangkan tentang
musibah yang diakibatkan oleh perilaku kita. Jika saya tulis di sini, akan
sangat panjang. Akan tetapi, dua ayat ini saja sudah mencukupi pengetahuan kita
tentang dari mana datangnya kebaikan dan musibah itu. Kebaikan berasal dari
Allah swt, musibah berasal dari keburukan kita.
Paling tidak, saya menemukan catatan tiga ahli yang
menafsirkan ayat ini, yaitu Ibnu Katsir, Syekh
Abdurrahman As Saadi, dan Al Baghawi.
Jika disimpulkan tafsir ketiganya, mereka menjelaskan bahwa musibah yang
menimpa manusia adalah memang akibat ulah manusia sendiri. Akan tetapi, Allah
swt telah banyak memaafkan perilaku buruk kita. Tanpa diminta pun Allah swt
telah banyak memaafkan kita. Hal itu dilakukan-Nya karena saking sayangnya kepada
umat manusia. Adapun musibah yang terjadi kepada umat Islam adalah untuk
membuat kita menjadi lebih baik lagi, lebih banyak belajar, lebih banyak
memperbaiki diri agar hidup lebih berkualitas.
Saya sendiri berpendapat bahwa musibah itu akan membuat manusia
lebih mulia dan lebih baik jika mampu mengambil banyak manfaat dari
kejadian-kejadian sedih yang menimpanya. Akan tetapi, manusia tidak akan
menjadi lebih baik setelah mendapatkan musibah jika tidak mau belajar dari
pengalaman hidupnya yang pahit itu.
Demikian. Jika apa yang saya tulis ini benar, itu berarti
datang dari Allah swt. Akan tetapi, jika yang saya tulis ini salah, itu berarti
datang dari kebodohan saya sendiri. Semoga Allah swt memaafkan saya dan tak
berhenti memberikan petunjuk bagi seluruh manusia. Aamiin.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment