oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Begitu kata orang-orang
sesat dan menyesatkan. Saya bilang mereka sesat karena tidak tahu hal ihwal
yang sesungguhnya dan tidak memahami prosesnya, tetapi mengeluarkan pernyataan
yang seolah-olah benar atau paling tidak seolah-olah pernyataan pintar, padahal
bodohnya bukan main.
Kalau diperhatikan, mereka itu sesungguhnya tidak sedang
membicarakan masjid, gereja, tempat ibadat lain, atau peribadatan. Mereka hanya
ingin “menembak” Ridwan Kamil dan merendahkan Provinsi Jawa Barat agar tidak
menghalangi halusinasi mereka menjadi kenyataan, yaitu hanya jagoan-jagoan
mereka yang harus berada di tampuk kursi kepemimpinan nasional Indonesia. Ini
tahun politik, mereka melakukan apa saja dan membicarakan apa saja, termasuk
hal-hal bodoh yang sesat dan menyesatkan.
Mereka mencoba menggiring opini bahwa pemerintah Provinsi
Jawa Barat dan Ridwan Kamil tidak adil karena hanya memperhatikan umat Islam dengan
bukti membangun Masjid Raya Al Jabbar seharga 1,2 triliun, tetapi tidak
membangun gereja, pura, klenteng, vihara, atau tempat ibadat agama lain dengan
harga yang sama, 1,2 triliun. Pikiran mereka ini sesat dan menyesatkan.
Kita lihat sejarah Masjid Raya Al Jabbar Provinsi Jawa
Barat. Masjid ini bukanlah keinginan Ridwan Kamil. Masjid ini merupakan
keinginan rakyat mayoritas muslim Jawa Barat yang berharap ada masjid setingkat
provinsi. Keinginan rakyat ini disuarakan oleh Ormas-Ormas Islam yang kemudian
dikuatkan pula oleh partai-partai politik. Setelah itu, ditampung oleh para
wakil rakyat di DPRD Jawa Barat dan didiskusikan dengan Gubernur Jawa Barat
Ahmad Heryawan, bukan Ridwan Kamil. Saat itu Ridwan Kamil masih sebagai
Walikota Bandung.
Sampai sini, paham?
Pemerintah dan DPRD sepakat untuk membangunnya, lalu
dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Gubernur Ahmad Heryawan dan Wakil
Gubernur Dedi Mizwar. Pembangunan masjid ini tidak selesai pada masa Ahmad
Heryawan. Oleh sebab itu, dilanjutkan oleh Ridwan Kamil hingga seperti sekarang
ini. Jadi, Masjid Raya Al Jabbar adalah keinginan rakyat muslim Jawa Barat yang
disetujui oleh pemerintah dan DPRD Jawa Barat.
Sekarang, kenapa tidak membangun gereja atau tempat
ibadat agama lain seharga 1,2 triliun?
Kenapa hayoh?
Jawabannya adalah tidak pernah ada yang usul dari
masyarakat nonmuslim untuk membangun tempat ibadat setingkat provinsi.
Sebetulnya, sangat mudah dibangun tempat ibadat agama nonmuslim juga asalkan
ada yang usul kepada pemerintah Jawa Barat. Uang untuk pembangunan itu kan
berasal dari rakyat, semua orang berhak mengusulkan keinginannya. Jadi, tinggal
usulkan saja keinginan itu, tidak repot kok.
Sangat aneh jika menuding Jawa Barat dan Ridwan Kamil
tidak adil karena hanya membangun Masjid Raya, tetapi tidak membangun tempat
ibadat agama lain.
Kok menyalahkan, padahal usulan membangun tempat ibadat
agama lain juga tidak ada?
Iya toh?
Iya toh pisan.
Usulkan saja dulu, soal disetujui atau tidak, itu urusan
belakangan. Hal yang sangat penting adalah bikin dulu usulan yang masuk akal
dan sangat logis sehingga Gubernur dan DPRD Provinsi Jawa Barat dapat memahaminya.
Kalau saya jadi gubernur, lalu mendapatkan usulan untuk
membangun tempat ibadat nonmuslim, paling saya cek dulu kelayakan untuk
pembangunan tempat tersebut.
Berapa orang yang akan memanfaatkan bangunan itu di Jawa
Barat?
Di mana tempatnya?
Berapa luas tanah dan bangunan yang akan dibuat untuk
dimanfaatkan ibadat sesuai dengan data-data yang telah dikumpulkan?
Tidak
mungkin juga membangun tempat ibadat seharga 1,2 triliun jika hanya akan
dimanfaatkan oleh 100 atau 1.000 orang. Pasti harus sesuai dengan
peruntukkannya.
Kalau Masjid Raya Al Jabbar kan bisa dimanfaatkan orang
sebanyak satu juta orang per hari. Kalau saya perkirakan dari Shubuh hingga
Isya, orang-orang yang datang dan pergi itu setiap harinya bisa mencapai satu
juta orang dari berbagai wilayah Indonesia, bahkan dari luar negeri. Wajar
kalau membutuhkan dana yang sangat besar, Rp1,2 triliun.
Itu kalau saya jadi gubernur. Gubernur yang aslinya pasti
punya perhitungan yang lebih akurat.
Jadi, jangan bicara hal sesat dan menyesatkan lagi. Gunakan
data dan fakta sebelum berbicara sehingga memiliki kualitas yang lebih baik
dibandingkan berbicara berdasarkan lamunan dan rasa iri plus takut kalah dalam
pemilihan politik.
No comments:
Post a Comment