Tuesday, 31 January 2023

Masjid Raya Al Jabbar Bakalan Sepi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Begitu kata kaum “nyinyirun” penakut yang stress karena melihat kemegahan Al Jabbar dan kecerdasan Ridwan Kamil. Mereka kebanyakan salah menganalisa karena datanya ngarang sendiri dan tidak punya pengalaman soal masjid. Mereka hanya melihat data bahwa ada lebih dari 50.000 masjid di Jawa Barat dan banyak masjid yang jamaahnya sedikit sehingga terlihat kosong dan sepi kegiatan. Itu tidak salah karena memang di Jawa Barat terlalu banyak masjid yang berdekatan sehingga jamaahnya tampak sepi dari ibadat dan aktivitas keagamaan lainnya. Hal itu disebabkan jamaah tersebar pada banyak masjid kecil dan tidak terkonsentrasi pada satu masjid. Akan tetapi, jika hanya melihat masjid-masjid kecil berdekatan yang sepi, lalu menjadi dasar pemikiran bahwa Masjid Raya Al Jabbar pun akan sepi senasib masjid-masjid kecil, itu adalah analisa yang salah besar, tidak objektif, tidak netral, dan hanya terdorong oleh rasa iri, takut, dan nyinyir. Lemah sekali analisa mereka.

            Dalam pandangan saya, Masjid Raya Al Jabbar tidak akan pernah sepi, bahkan akan semakin ramai dan semakin banyak kegiatan. Hal itu disebabkan banyak hal. Akan tetapi, dalam tulisan ini saya hanya menjelaskan satu hal ringan yang menjadi dasar pemikiran bahwa Masjid Al Jabbar tidak akan sepi. Lihat saja Masjid Agung Kota Bandung yang berada di Cikapundung, Alun-alun Bandung. Itu adalah masjid setingkat kota, tetapi tidak pernah sepi. Sejak sebelum saya lahir pun tidak pernah sepi. Ibu saya berceritera tentang hal itu. Ketika saya masih sangat kecil pun sangat sering diajak ayah saya ke Masjid Agung Kota Bandung itu untuk shalat, bertemu dan berdiskusi dengan teman-temannya, atau ngabuburit jika Ramadhan tiba. Saya masih ingat ketika masjid itu masih memiliki empat pilar besar sebagai penopang hampir di tengah bangunan, sekarang tak ada lagi tiang itu. Saya masih suka berlari-lari di dalam masjid itu serta meloncati ayah saya dan teman-temannya yang terkadang kelelahan sehingga tidur di dalam masjid. Saya masih ingat bahwa dulu masjid itu terpisah dengan alun-alun yang memiliki air mancur. Sekarang, alun-alun menjadi bagian dari masjid dan air mancurnya menghilang. Masjid itu tidak pernah sepi hingga sekarang, bahkan makin ramai. Masjid itu selalu penuh, kecuali jika pengurus masjid menutupnya. Biasanya, malam tahun baru ditutup untuk menghindari digunakan orang-orang yang sedang tahun baruan hanya untuk tidur dan ngobrol nggak karuan. Shubuhnya baru dibuka lagi.




            Masjid itu tidak pernah sepi sejak dulu hingga sekarang, padahal itu masjid setingkat kota. Al Jabbar adalah masjid setingkat provinsi yang karena kemegahan dan kemodernannya terkenal senasional, bahkan ke seluruh dunia. Itu jelas tidak akan sepi. Sampai hari ini pun selalu ramai dan penuh hingga sekitar pukul 21.00. Masjid itu ditutup hingga menjelang shubuh untuk proses pembersihan karena banyak sekali orang yang datang berdesakan dan kurang disiplin dalam membuang sampah.




            Pengalaman saya juga begitu kok. Ketika istri dan anak perempuan saya puasa, shaum mengganti hutang pada Ramadhan lalu, orang Sunda bilang “ngodoan”, saya ajak mereka untuk ngabuburit di Masjid Raya Al Jabbar supaya ngabuburitnya tambah menyenangkan dan menambah pahala. Sejak masuk wilayah Rancapati, jalanan mulai terasa macet. Ketika di parkiran pun mulai susah cari tempat parkir. Saat berjalan menuju pintu gerbang pelataran alun-alun masjid pun sangat banyak orang. Ketika sudah memasuki gerbang pun, sangat banyak manusia di sana. Saya di komplek masjid sekitar sejak pukul 17.00 s.d. pukul 20.30. Orang-orang masih banyak dan sepertinya tidak mau meninggalkan tempat itu karena makin malam makin indah. Jika saja pintu masjid tidak ditutup dan petugas tidak menginformasikan akan dilakukan pembersihan dan pemeliharaan, akan banyak orang yang rela hingga Shubuh berada di sana. Artinya, masjid itu tidak sepi, di parkiran pun banyak mobil dan bus dengan Nopol bukan Kota Bandung.




            Meskipun saya bilang Masjid Raya Al Jabbar tidak akan pernah sepi, faktanya benar bahwa Al Jabbar bakal sepi. Jangankan masjid, seluruh dunia ini pun akan sepi pada akhirnya karena sudah ketentuannya untuk kiamat. Ketika kiamat tiba, dunia ini sangat sepi. Hanya Allah swt dan Malaikat Izrail Sang Pencabut Nyawa yang ada setelah kehancuran itu. Setelah itu, Allah swt menghentikan hidup Malaikat Izrail sehingga tinggal diri-Nya yang tetap ada.

            Lalu, Allah swt berseru pada seluruh alam semesta, “Wahai Makhluk-makhluk Angkuh, di mana kalian sekarang? Wahai kalian yang tidak mempercayai diri-Ku dan kejadian hari ini, sedang apa kalian? Tunjukkan kekuasaan kalian!”

            Tak ada yang menjawab, tak ada komentar, tak ada suara, semua mati, kecuali Allah swt. Semuanya telah berakhir, kemudian Allah swt menghilangkan semuanya dan membentuk lagi ciptaan baru bernama Akhirat untuk mengambil pertanggungjawaban dari seluruh makhluk ketika berada di alam dunia.

            So, Masjid Raya Al Jabbar pasti sepi jika dilanda kiamat.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment