oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Begitu kata kaum “nyinyirun” penakut yang stress karena
melihat kemegahan Al Jabbar dan kecerdasan Ridwan Kamil. Mereka kebanyakan
salah menganalisa karena datanya ngarang sendiri dan tidak punya pengalaman
soal masjid. Mereka hanya melihat data bahwa ada lebih dari 50.000 masjid di
Jawa Barat dan banyak masjid yang jamaahnya sedikit sehingga terlihat kosong
dan sepi kegiatan. Itu tidak salah karena memang di Jawa Barat terlalu banyak
masjid yang berdekatan sehingga jamaahnya tampak sepi dari ibadat dan aktivitas
keagamaan lainnya. Hal itu disebabkan jamaah tersebar pada banyak masjid kecil
dan tidak terkonsentrasi pada satu masjid. Akan tetapi, jika hanya melihat
masjid-masjid kecil berdekatan yang sepi, lalu menjadi dasar pemikiran bahwa
Masjid Raya Al Jabbar pun akan sepi senasib masjid-masjid kecil, itu adalah
analisa yang salah besar, tidak objektif, tidak netral, dan hanya terdorong
oleh rasa iri, takut, dan nyinyir. Lemah sekali analisa mereka.
Dalam pandangan saya, Masjid Raya Al Jabbar tidak akan pernah
sepi, bahkan akan semakin ramai dan semakin banyak kegiatan. Hal itu disebabkan
banyak hal. Akan tetapi, dalam tulisan ini saya hanya menjelaskan satu hal
ringan yang menjadi dasar pemikiran bahwa Masjid Al Jabbar tidak akan sepi.
Lihat saja Masjid Agung Kota Bandung yang berada di Cikapundung, Alun-alun
Bandung. Itu adalah masjid setingkat kota, tetapi tidak pernah sepi. Sejak
sebelum saya lahir pun tidak pernah sepi. Ibu saya berceritera tentang hal itu.
Ketika saya masih sangat kecil pun sangat sering diajak ayah saya ke Masjid
Agung Kota Bandung itu untuk shalat, bertemu dan berdiskusi dengan
teman-temannya, atau ngabuburit jika Ramadhan tiba. Saya masih ingat ketika
masjid itu masih memiliki empat pilar besar sebagai penopang hampir di tengah
bangunan, sekarang tak ada lagi tiang itu. Saya masih suka berlari-lari di
dalam masjid itu serta meloncati ayah saya dan teman-temannya yang terkadang
kelelahan sehingga tidur di dalam masjid. Saya masih ingat bahwa dulu masjid
itu terpisah dengan alun-alun yang memiliki air mancur. Sekarang, alun-alun
menjadi bagian dari masjid dan air mancurnya menghilang. Masjid itu tidak
pernah sepi hingga sekarang, bahkan makin ramai. Masjid itu selalu penuh,
kecuali jika pengurus masjid menutupnya. Biasanya, malam tahun baru ditutup
untuk menghindari digunakan orang-orang yang sedang tahun baruan hanya untuk
tidur dan ngobrol nggak karuan. Shubuhnya baru dibuka lagi.
Masjid itu tidak pernah sepi sejak dulu hingga sekarang,
padahal itu masjid setingkat kota. Al Jabbar adalah masjid setingkat provinsi
yang karena kemegahan dan kemodernannya terkenal senasional, bahkan ke seluruh
dunia. Itu jelas tidak akan sepi. Sampai hari ini pun selalu ramai dan penuh
hingga sekitar pukul 21.00. Masjid itu ditutup hingga menjelang shubuh untuk
proses pembersihan karena banyak sekali orang yang datang berdesakan dan kurang
disiplin dalam membuang sampah.
Pengalaman saya juga begitu kok. Ketika istri dan anak
perempuan saya puasa, shaum mengganti hutang pada Ramadhan lalu, orang Sunda
bilang “ngodoan”, saya ajak mereka
untuk ngabuburit di Masjid Raya Al Jabbar supaya ngabuburitnya tambah
menyenangkan dan menambah pahala. Sejak masuk wilayah Rancapati, jalanan mulai
terasa macet. Ketika di parkiran pun mulai susah cari tempat parkir. Saat berjalan
menuju pintu gerbang pelataran alun-alun masjid pun sangat banyak orang. Ketika
sudah memasuki gerbang pun, sangat banyak manusia di sana. Saya di komplek
masjid sekitar sejak pukul 17.00 s.d. pukul 20.30. Orang-orang masih banyak dan
sepertinya tidak mau meninggalkan tempat itu karena makin malam makin indah.
Jika saja pintu masjid tidak ditutup dan petugas tidak menginformasikan akan
dilakukan pembersihan dan pemeliharaan, akan banyak orang yang rela hingga
Shubuh berada di sana. Artinya, masjid itu tidak sepi, di parkiran pun banyak
mobil dan bus dengan Nopol bukan Kota Bandung.
Meskipun saya bilang Masjid Raya Al Jabbar tidak akan
pernah sepi, faktanya benar bahwa Al Jabbar bakal sepi. Jangankan masjid,
seluruh dunia ini pun akan sepi pada akhirnya karena sudah ketentuannya untuk
kiamat. Ketika kiamat tiba, dunia ini sangat sepi. Hanya Allah swt dan Malaikat
Izrail Sang Pencabut Nyawa yang ada setelah kehancuran itu. Setelah itu, Allah
swt menghentikan hidup Malaikat Izrail sehingga tinggal diri-Nya yang tetap
ada.
Lalu, Allah swt berseru pada seluruh alam semesta, “Wahai
Makhluk-makhluk Angkuh, di mana kalian sekarang? Wahai kalian yang tidak
mempercayai diri-Ku dan kejadian hari ini, sedang apa kalian? Tunjukkan
kekuasaan kalian!”
Tak ada yang menjawab, tak ada komentar, tak ada suara, semua
mati, kecuali Allah swt. Semuanya telah berakhir, kemudian Allah swt menghilangkan
semuanya dan membentuk lagi ciptaan baru bernama Akhirat untuk mengambil
pertanggungjawaban dari seluruh makhluk ketika berada di alam dunia.
So, Masjid Raya Al Jabbar pasti sepi jika dilanda kiamat.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment