Monday, 20 January 2025

Tuhan Selalu Datang Tak Terdeteksi

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dalam ajaran Sunda Wiwitan, salah satu nama Tuhan adalah “Sang Hyang Raga Dewata”. Perilaku dan keadaannya sedikit dijelaskan dalam ajaran tersebut yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.  

            “Datang tanpa rupa, tanpa raga, tak terlihat, perkataan (senantiasa) benar. Rupa direka karena ada. Aku-lah yang menciptakan, tetapi tak terciptakan, Aku-lah yang bekerja, tetapi tidak dikerjakan, Aku-lah yang menggunakan, tetapi tidak digunakan.”

            Maksudnya adalah Dia kerap mendatangi ciptaan-Nya, apapun itu tanpa terdeteksi karena datang tanpa rupa, tanpa raga, dan tak terlihat oleh apapun ciptaan-Nya. Dia tentunya punya rupa, punya raga, punya wujud, tetapi tidak bisa dikenali oleh indera manusia. Dia tetap tersembunyi dan tidak bisa diamati karena wujud Dia adalah wujud pencipta, bukan ciptaan.

Seluruh wajah, seluruh rupa, seluruh bentuk yang ada di alam ini adalah hasil rekaan-Nya. Dia yang menciptakan berbagai rupa bentuk itu, tetapi tidak ada yang menciptakan Dia, tak ada yang mereka-reka Dia. Sang Hyang Raga Dewata adalah yang mengerjakan semuanya, tetapi tak ada seorang pun atau sesuatu pun yang membuat-Nya. Dia-lah yang menggunakan seluruh ciptaan-Nya untuk kepentingan-Nya sendiri dan terserah pada keinginan-Nya sendiri. Dia yang menguasai segala sesuatu, tetapi Dia tidak dikuasai oleh sesuatu pun.

Tak terdeteksi eksistensi-Nya, tetapi kekuasaan-Nya sangat meliputi segala sesuatu. Perkataan-Nya selalu benar, tidak pernah salah.

Sampurasun

Monday, 13 January 2025

Soal Nama Tuhan, Gimana Gue Aja

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Begitu kira-kira yang dikatakan Tuhan jika menggunakan bahasa slang. Soal nama Tuhan, ya terserah Tuhan sendiri. Mau menamai diri-Nya apa, terserah Dia. Mau menggunakan bahasa apapun, terserah Dia. Dia yang punya diri, Dia sendiri yang berhak menamai diri-Nya sendiri. Kita, manusia hanya perlu mengikuti-Nya, tidak perlu banyak berpikir tentang nama-Nya.

            Dia yang menciptakan alam semesta, termasuk manusia berikut bahasanya. Jadi, Dia berhak tanpa ada yang mampu menghalangi untuk menggunakan bahasa apa saja. Mau pake bahasa Sunda, Jawa, Minang, Batak, Ibrani, Suryani, Latin, Romawi, Arab, Sansakerta, Indonesia, Inggris, Spanyol, Italia, Belanda, Papua, Tetun, atau apapun, terserah Dia.

            Dia pun menggunakan bahasa Sunda untuk menamai diri-Nya sendiri. Dia dengan sangat tegas berbicara tentang diri-Nya dalam naskah “Sang Hyang Raga Dewata”.

 

            “Hanteu nu ngayuga Aing. Hanteu manggawe Aing. Aing ngaranan maneh, Sanghiyang Raga Dewata.”

 

            Artinya.

 

            “Tidak ada yang menjadikan Aku. Tidak ada yang menciptakan Aku. Aku menamai diri sendiri, Sang Hyang Raga Dewata.”

 

            Begitu Dia menamai diri-Nya dalam bahasa Sunda agar orang-orang Sunda mengenal dan memahami diri-Nya. Arti dari Sang Hyang Raga Dewata tentunya harus orang ahli Sastra Sunda yang menjelaskannya. Akan tetapi, saya mencoba meraba-raba artinya adalah “Sesembahan yang Berwujud Tuhan”.

            Bagaimana wujudnya?

            Jangan dibayangkan dan jangan dipikirkan karena bayangan dan pikiran kita tentang wujud-Nya pasti salah total.

Ada banyak nama atau sesebutan untuk diri-Nya dalam bahasa Sunda. Insyaallah, jika bisa ditemukan, saya share lagi.

            Sampurasun.

Friday, 10 January 2025

Tuhan Sunda Paling Jujur

 

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Banyak hal dan pengetahuan tentang ketuhanan dalam ajaran yang diklaim sebagai Sunda Wiwitan. Pengetahuan itu bisa dipahami dan dijelaskan jika kita mau dengan tenang mempelajarinya.

Salah satu pengetahuan itu tercatat dalam naskah “Jatiraga”. Dalam naskah itu disebutkan bahwa “Sang Hyang Jatiniskala” adalah Tuhan yang tidak dapat dibayangkan dan tidak dapat dikonkritkan. Niskala sendiri bisa berarti kokoh, kuat, agung, perkasa, tetapi tak terbayangkan, jauh di luar imajinasi manusia.

Berikut teks dari Sunda Wiwitan tentang Sang Hyang Jatiniskala, tetapi saya tidak menemukan teks berbahasa Sunda, mungkin penulisnya langsung menerjemahkan sendiri ke dalam bahasa Indonesia.

“Sebab Aku adalah asli dan dari keaslian. Tidak perlu diubah dalam bentuk benda alam yang tidak asli dan tidak jujur sebab Aku adalah jujurnya dari kejujuran.”

Begitu teksnya. Sang Hyang Jatiniskala adalah zat paling asli. Dia tidak ingin wujudnya diwakilkan atau diilustrasikan dalam bentuk lain atau dalam bentuk benda-benda yang Dia ciptakan sendiri. Hal itu disebabkan Dia adalah pencipta yang wujudnya tidak terjangkau oleh manusia yang sehari-hari hanya melihat dan membayangkan wujud ciptaan-Nya. Dia adalah pencipta dan di luar diri-Nya adalah ciptaan-Nya. Ciptaan pasi berbeda dengan Sang Pencipta. Ciptaan tak akan mampu menjangkau wujud Pencipta. Dia adalah wujud paling jujur, paling asli karena di luar diri-Nya hanyalah emanasi atau pelimpahan bentuk dari diri-Nya.

Sampurasun.

Thursday, 9 January 2025

Tuhan Sunda = Sang Hyang Tunggal

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dalam tulisan yang lalu saya sudah menjelaskan tentang salahnya orang yang berpendapat bahwa orang Sunda dulu menyembah patung, pohon, batu, gunung, jin, dan lain sebagainya. Orang Sunda tidak menyembah itu semua, tetapi menyembah Zat atau Sesuatu yang tunggal, tidak beranak, tidak punya teman, paling unggul dalam segala rupa hal. Sumber tulisan ini berasal dari tulisan-tulisan yang diklaim merupakan ajaran Sunda Wiwitan.

            Berikut ini ada pula tulisan tentang Tuhan yang disembah orang Sunda dengan nama “Sang Hyang Tunggal” beserta contoh sedikit hal yang Dia lakukan dalam hidup ini. Tentu saja, hal itu berupa penegasan bahwa Dia-lah pencipta segalanya. Tidak ada sesuatu yang  lain yang berperan sebagai pencipta di dunia ini. Hal ini dapat kita perhatikan dalam teks berbahasa Sunda berikut ini.

            "Utek, tongo, walang, taga, manusa, buta, detia, lukut, jukut, rungkun, kayu, keusik, karihkil, cadas, batu, cinyusu, talaga, sagara, Bumi, langit, jagat mahpar, angin leutik, angin puih, bentang rapang, bulan ngempray, sang herang ngenge nongtoreng, eta kabeh ciptaan Sang Hyang Tunggal, keur Inyanamah sarua kabeh oge taya bedana."

          Artinya.

          “Cacing-cacing, tungau, belalang, taga, manusia, raksasa, jin, lumut, rumput, semak-semak, kayu, kerikil, cadas, batu, mata air, danau, lautan, Bumi, langit, seluruh dunia, angin kecil, angin topan, bintang bertaburan, Bulan bercahaya, Matahari bersinar terik. Itu semua ciptaan Sang Hyang Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa). Bagi-Nya semua itu tidak ada bedanya.”

            Ini merupakan bahwa Sang Hyang Tunggal adalah pencipta segalanya. Pencipta itu bernama Sang Hyang Tunggal yang dalam bahasa Indonesia dan tercantum dalam Pancasila Sila Pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan dengan nama itulah yang disembah orang Sunda dari dulu hingga saat ini.

            Bagi-Nya, seluruh ciptaan tidak ada bedanya. Dia bisa mengadakan, menghilangkan, memuliakan, menghinakan, menyenangkan, menjijikan, ataupun menghancurkannya. Segalanya bagi Dia tidak berarti apa pun karena Dia berjalan dengan kehendak-Nya sendiri.

            Sampurasun.