oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Begitu kira-kira yang
dikatakan Tuhan jika menggunakan bahasa slang. Soal nama Tuhan, ya terserah
Tuhan sendiri. Mau menamai diri-Nya apa, terserah Dia. Mau menggunakan bahasa
apapun, terserah Dia. Dia yang punya diri, Dia sendiri yang berhak menamai diri-Nya
sendiri. Kita, manusia hanya perlu mengikuti-Nya, tidak perlu banyak berpikir
tentang nama-Nya.
Dia yang menciptakan alam semesta, termasuk manusia
berikut bahasanya. Jadi, Dia berhak tanpa ada yang mampu menghalangi untuk
menggunakan bahasa apa saja. Mau pake bahasa Sunda, Jawa, Minang, Batak,
Ibrani, Suryani, Latin, Romawi, Arab, Sansakerta, Indonesia, Inggris, Spanyol,
Italia, Belanda, Papua, Tetun, atau apapun, terserah Dia.
Dia pun menggunakan bahasa Sunda untuk menamai diri-Nya
sendiri. Dia dengan sangat tegas berbicara tentang diri-Nya dalam naskah “Sang
Hyang Raga Dewata”.
“Hanteu
nu ngayuga Aing. Hanteu manggawe Aing. Aing ngaranan maneh, Sanghiyang Raga
Dewata.”
Artinya.
“Tidak
ada yang menjadikan Aku. Tidak ada yang menciptakan Aku. Aku menamai diri
sendiri, Sang Hyang Raga Dewata.”
Begitu Dia menamai diri-Nya dalam
bahasa Sunda agar orang-orang Sunda mengenal dan memahami diri-Nya. Arti dari
Sang Hyang Raga Dewata tentunya harus orang ahli Sastra Sunda yang
menjelaskannya. Akan tetapi, saya mencoba meraba-raba artinya adalah “Sesembahan
yang Berwujud Tuhan”.
Bagaimana wujudnya?
Jangan dibayangkan dan jangan
dipikirkan karena bayangan dan pikiran kita tentang wujud-Nya pasti salah
total.
Ada
banyak nama atau sesebutan untuk diri-Nya dalam bahasa Sunda. Insyaallah,
jika bisa ditemukan, saya share lagi.
No comments:
Post a Comment