Friday 19 August 2011

1102, Semua Serba Terbalik

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Beberapa waktu yang lalu, saya diminta oleh Ketua Yayasan Pamanah Rasa Nusantara Dr. H. Gunawan Undang, Drs., M.Si. untuk menjadi pembicara dalam sebuah diskusi panel di daerah Garut, Jawa Barat. Diskusi panel tersebut merupakan bagian dari acara pengukuhan pengurus Yayasan Pamanah Rasa Nusantara wilayah Garut. Yayasan Pamanah Rasa Nusantara adalah organisasi tempat berkumpulnya para keluarga keturunan istana kerajaan-kerajaan Sunda. Pusatnya berada di Kota Bandung.

Sebenarnya, kaget juga sih saya diminta untuk menjadi salah seorang pembicara, apalagi berbicara mengenai Uga Wangsit Siliwangi di hadapan keturunan raja-raja Sunda. Sesungguhnya, sayalah yang harus banyak belajar dari keturunan raja-raja Sunda itu. Di samping itu, saya ini adalah nobody ,’bukan siapa-siapa’, hanya seorang penulis yang kebetulan suka membeli banyak buku yang dibaca ketika dalam waktu senggang. Berbeda dengan pembicara lainnya, yaitu: pertama, Abah Dago, seorang spiritualis yang menjadi peserta pertemuan ahli spiritual sedunia di Gunung Tangkuban Parahu beberapa bulan lalu, masih tahun ini juga, 2011. Kisah dari Abah Dago ini yang intinya akan saya bahas dalam tulisan kali ini. Kedua, Kang Husin Al Banjari, orang kepercayaan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, yang kini menjadi Ketua Forum Jabar Selatan, berkantor di Gedung Pakuan, rumah dinas Gubernur Jawa Barat. Ketiga, Abah Dedi Effendi, pelukis kenamaan tingkat dunia yang lukisannya pernah ditayangkan di Metro TV dan mendapatkan rekor dari Muri. Lukisannya sih biasa, yaitu kucing yang sedang memakan tikus. Yang luar biasa adalah ukurannya, yaitu 0,4 mm. Guinness Book of Record tidak bisa memberikannya rekor dunia karena memandang bahwa tidak akan ada lagi orang yang mampu menyaingi kecilnya lukisan Abah Dedi. Alasan yang aneh memang. Keempat, saya lupa namanya, tetapi seorang dosen doktor ekonomi.

Soal materi yang diberikan Kang Husin dan Abah Dedi akan diungkapkan dalam tulisan lain. Adapun materi yang disampaikan doktor ekonomi itu ... saya agak kurang tertarik, biasa-biasa saja, mirip seminar ekonomi di berbagai tempat, seperti, tentang peningkatan keterampilan pemuda, pemanfaatan sumber daya alam, pengembangan koperasi, dan lain sebagainya. Bukan saya memandang tidak penting, tetapi hal seperti itu kan sudah sering dibicarakan di mana-mana. Saat ini saya ingin berbagi dengan pembaca mengenai inti materi yang disampaikan Abah Dago.

Sebagaimana yang tadi saya katakan, Abah Dago adalah peserta pertemuan ahli spiritual tingkat dunia di Gunung Tangkuban Parahu, Bandung. Spiritualis tingkat dunia dari berbagai negara berkumpul membicarakan gambaran-gambaran yang akan terjadi pada masa depan. Dalam pertemuan itu didapatkan gambaran yang sama bahwa bangsa yang akan menemukan masa kejayaan mulai 2011 sampai beberapa periode ke depan adalah orang Sunda, Cina, dan Yahudi. Soal Cina semua sudah pada tahu saat ini memang sedang manggung berupaya menyusul Amerika Serikat. Orang-orang Cina menyebutnya masa bank bomb, ‘ledakan perbankan’, yang artinya akan mendapatkan uang banyak dalam waktu mendadak. Soal Yahudi, mungkin akan jadi sedikit perhatian dan pertimbangan bagi orang-orang Islam untuk mengalahkannya. Yahudi memang akan sangat kuat hingga beberapa tahun mendatang dan siapa pun akan sulit menjatuhkannya. Akan tetapi, menurut buku yang disusun Jaber Bolushi dari Iran, Yahudi akan mulai bergoncang keras pada 2015, kemudian menurun sangat drastis hingga hancur lebur dan tersisa hanya beberapa orang akibat pembantaian yang dilakukan orang-orang Islam di kampung-kampungnya sendiri.

Soal Cina dan Yahudi, biarlah itu kita tinggalkan dulu. Saya lebih suka membicarakan diri sendiri. Uniknya, dari pertemuan spiritual itu, mereka menemukan angka tahun yang terbalik, yaitu 1102, bukan 2011. Angka tahun 1102 itu sesungguhnya adalah pula sama dengan 2011. Angka yang terbalik itu menandakan bahwa mulai pertengahan tahun 2011, dunia ini mulai terbalik. Misalnya, orang-orang terpinggirkan akan mulai ke tengah, yang di tengah malah akan ke pinggir, bahkan jatuh. Orang-orang yang sekarang berada di belakang akan ke depan, yang di depan akan terdesak mundur ke belakang, bahkan jatuh pula. Orang-orang yang di bawah akan bergerak ke puncak, yang di puncak malah terjembab celaka. Mulai 2011 ini sesungguhnya dimulai zaman kalasuba, zaman kemuliaan bagi kita, Indonesia. Step by step. Bukan hanya politik dan ekonomi yang kondisinya jadi terbalik, hal-hal lain pun ikut terbalik. Saya sendiri merasakannya, misalnya, dulu saya percaya dengan demokrasi, sekarang kan tidak lagi dan buktinya sudah sangat jelas. Dulu orang yakin dengan adagium Lord Acton, ternyata dalam tulisan kemarin-kemarin saya bisa mematahkannya, iya kan? Sebentar lagi saya akan tulis kekacauan trias politica dan pendapat-pendapat Huntington yang dulu sangat kita percayai. Semuanya akan terbalik memang.

Memang para ahli spiritual itu tidak menyebut Indonesia, tetapi Sunda. Saya sebagai orang Sunda senang benar mendengarnya. Akan tetapi, saya sangat berharap bahwa yang dimaksud Sunda itu bukan hanya Sunda seperti sekarang ini atau hanya seperti saya ini yang lahir di Sunda dalam keluarga Sunda, hidup di tanah Sunda, berbahasa ibu Sunda, dan berbudaya Sunda, melainkan Sunda yang dulu yang mencakup wilayah-wilayah nusantara. Dengan demikian, yang dimaksud para spiritualis internasional dengan Sunda itu adalah Indonesia sehingga yang mulai mengalami masa kejayaan itu kita semua seluruh bangsa Indonesia meskipun harus hancur dulu pemerintahannya.

Kita mesti ingat bahwa Ibukota Jakarta itu dulunya adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Dalam pelajaran-pelajaran sejarah dan geografi dulu dikenal wilayah Sunda Besar dan Sunda Kecil yang mencakup pulau-pulau besar dan kecil di nusantara ini. Kerajaan Jawa Majapahit yang sangat besar dan terkenal itu didirikan pula oleh orang Sunda yang bernama Raden Wijaya. Demikian pula dengan tanah Papua. Menurut Abah Dago yang punya hubungan kerabat dengan keturunan Pangeran Asep Pakpak, penguasa Situ Bagendit, Garut, Suku Fakfak yang ada di Papua itu dibangun oleh keluarga Pangeran Asep Pakpak. Dulunya sih, Suku Pakpak, tetapi orang-orang Papua lidahnya sulit mengatakannya hingga menjadi Fakfak. Oleh sebab itu, tak heran jika terjadi masalah atau kesulitan di dalam Suku Fakfak, Papua, pada masa sekarang ini, keturunan Pangeran Asep Pakpak dari Sunda ini sering diminta bantuannya karena memang leluhurnya.

Kalau mau dibongkar lebih jauh lagi, seluruh kerajaan di nusantara ini berasal dari Salakanagara mulai zaman Aki Tirem dari tanah Sunda yang kemudian meluas hingga ke Kamboja sampai dengan setengah wilayah India. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa India itu dulunya hanya salah satu kadipaten dari sebuah wilayah kerajaan di Indonesia ini. Malahan, kisah-kisah Mahabarata dan Ramayana itu bukan kisah orang-orang India, melainkan kisah-kisah kerajaan-kerajaan di Indonesia. Borobodur adalah bukti yang nyata. Jauh lebih dalam lagi, seluruh kerajaan di dunia ini berawal dari sebuah wilayah pemerintahan yang teramat maju berteknologi tinggi dan berekonomi melimpah yang kini tenggelam di dasar laut dan perut Bumi, tepat berada di bawah tanah Sunda yang sekarang ini. Wilayah itu yang disebut Plato sebagai The Lost World, Atlantis. Akan tetapi, itu jauh teuing, ‘kejauhan’, rumit mikirnya, rada cape.

Begini saja, berdasarkan penuturan Abah Dago, orang-orang Sunda mulai tumbuh meningkat kuat sejak 2011. Wilayah Sunda lama itu meliputi berbagai pulau kecil dan besar di nusantara plus Papua. Hal itu menunjuk pada Indonesia. Michael Gorbachev mengatakan akan ada super power baru dari Asia Tenggara dan itu menunjuk pada Indonesia. Nostradamus mengatakan akan hadir pemimpin baru dari timur yang membuat kemelaratan di daratan Eropa dan itu menunjuk pada Indonesia. Prabu Siliwangi mengatakan bahwa nusa akan jaya lagi dan itu artinya nusantara, pusatnya di Indonesia. Demikian pula Jayabaya dan Ronggowarsito mengatakan bahwa tanah Jawa akan makmur, itu pun menunjuk pada Indonesia. Profesor Jeffry Frankel, ahli ekonomi dari Amerika Serikat, baru-baru ini mengatakan bahwa Indonesia sebentar lagi dibanjiri modal asing dan itu berita teramat bagus.

Dari hal-hal tersebut, kita memiliki harapan bahwa Indonesia ini akan menjadi sangat besar dan kuat, super power. Terbalik bukan? Tahun 1102, dulunya Indonesia sebagai negara miskin dan terbelakang, berubah cepat menjadi negara kaya raya dan sangat tangguh. Adapun Sunda, Jawa, nusantara, bahkan Asia Tenggara semuanya menunjuk pada Indonesia tercinta ini. Meskipun demikian, para penjahat negara harus menyingkir atau disingkirkan dahulu supaya modal-modal asing yang membanjir sebagaimana disampaikan Prof. Jeffry Frankel dapat selamat sampai tujuan digunakan untuk kemakmuran bersama tidak dijamah tangan-tangan kotor yang digerakkan hati-hati busuk penuh niat korupsi, sebagaimana yang terjadi pada Orde Baru, bahkan lebih parah. Di samping itu, kita pun dapat lebih memanfaatkan sumber daya alam kita secara maksimal untuk kemakmuran kita semua. Oleh sebab itu, tak bosan-bosannya saya mengajak Saudara-saudara sekalian untuk memusuhi dan mengenyahkan demokrasi. Selama kita melakukan demokrasi, selama itu pula terbuka pintu-pintu suap dan korup untuk mendapatkan jabatan yang kemudian dijadikan alat untuk merampok harta-harta negara dan bangsa. Akibatnya, kita akan kembali berhutang sangat banyak kepada negara lain dan sama sekali tidak akan menikmati dengan utuh kekayaan alam kita sendiri, tetap saja miskin terus dan terus miskin.

Lawan angkara murka, jatuhkan demokrasi!

1 comment: