oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Beberapa
waktu lalu sangat terasa para pemuda kita menyadari bahwa kita harus kembali
pada keluhuran Pancasila yang merupakan anugerah terbesar dari Allah swt bagi
Indonesia. Berbagai kelompok pemuda dengan caranya masing-masing berupaya
menunjukkan kecintaannya kepada Pancasila. Itu teramat bagus dan menggembirakan
karena memang seperti itulah seharusnya negeri ini, berada dalam kemuliaan
Pancasila. Akan tetapi, dengan maraknya kesadaran masyarakat untuk
ber-Pancasila, tumbuh pula kelompok-kelompok yang mulai memanfaatkan situasi.
Misalnya, mereka yang dari dulu suka menghina Islam dan takut Islam menjadi
jiwa negeri ini, mempertentangkan Islam
dan Pancasila. Kalau dulu, saya dan teman-teman biasanya marah terhadap
kelompok-kelompok pengacau pikiran itu, tetapi sekarang saya tidak lagi marah,
malahan merasa kasihan kepada mereka. Mereka dari dulu membenci Islam dan tidak
pernah berhasil. Mereka cuma orang-orang bodoh yang penuh ketakutan dan
kebencian. Mereka memang punya kondisi jiwa yang menyedihkan. Mereka tidak tahu
bahwa Pancasila itu adalah “sebuah titik cahaya” yang Allah swt keluarkan dari
dalam Al Quran untuk merekatkan dan memperkuat eksistensi bangsa dan Negara
Indonesia. Dari kalangan politisi atau partai demikian pula, memanfaatkan
situasi. Mereka menggembar-gemborkan bahwa dasar hidup mereka adalah Pancasila,
padahal masih harus sangat dipertanyakan. Salah satu partai yang mengklaim
dirinya pembela Pancasila adalah Partai Golkar.
Partai Golkar yang berada di bawah
kendali Ketua Umum Aburizal Bakrie sesumbar bahwa partainya adalah pengamal
utama Pancasila. Hal itu dikatakannya dalam sebuah acara di hadapan para
kadernya yang diliput di stasiun televisi yang dikuasainya, tvOne, dan disiarkan pada 8 Juli 2011.
Dia mengklaim bahwa Partai Golkar adalah
“pengamal utama dan pengawal Pancasila dari pikiran komunis”.
Jika diperhatikan dari klaimnya itu,
Bakrie berusaha mengajak masyarakat untuk mengingat bagaimana Golkar yang setia
penuh kepada Orde Baru untuk menghancurkan komunis. Itu memang terjadi pada
masa lalu, tetapi sesungguhnya tentang komunis dan peristiwa G 30 S sendiri
masih sangat diliputi kabut dusta kebohongan yang tetap dipertahankan sampai hari
ini oleh para munafikin. Komunis memang hancur, tetapi bersamaan dengan itu
kapitalis bergembira ria melenggang menguasai Indonesia bersama kaki tangannya
di negeri ini. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa Golkar dulu bersama Orde
Baru mempermudah kapitalis masuk ke Indonesia. Padahal, kapitalis sendiri
bertentangan dengan Pancasila. Jadi lucu bukan? Ngakunya pengamal dan penjaga
Pancasila, tetapi mempersilakan kapitalis untuk merusakkan Pancasila. Dalam
klaimnya sendiri, Bakrie mengatakan bahwa Golkar adalah penjaga Pancasila dari pikiran komunis. Akan tetapi,
tidak keluar pernyataan bahwa Golkar menjaga Pancasila dari pikiran kapitalis.
Kapitalis
dan komunis itu sebetulnya sama saja. Keduanya ajaran sesat yang memperebutkan
benda, uang, dan makanan. Berbeda dengan Pancasila yang mengajarkan masyarakat
untuk menggunakan sarana ketuhanan dalam mengendalikan benda, uang, dan makanan
agar dapat mencapai kemakmuran bersama.
Kelucuan Bakrie dan Golkar bertambah
lagi. Saya sebut Golkar karena pada saat klaim itu dilontarkan Bakrie, para
kadernya bertepuk tangan setuju. Saya sebut lucunya jadi bertambah-tambah
karena memangnya Bakrie dan Golkar paham benar terhadap Pancasila? Mengertikah
mereka bagaimana hidup ber-Pancasila itu? Kalau sudah mengerti, kapan mereka
melaksanakannya? Memangnya ada gitu orang yang bisa kita sebut Pancasilais? Coba tunjuk hidungnya,
sebutkan siapa namanya! Soeharto? Cape deh …. Kita sampai saat ini tidak
punya teladan orang yang bisa disebut Pancasilais.
Saya berani bertaruh apa pun untuk itu.
Kalau mereka berdasarkan klaimnya
merupakan pengamal utama dan penjaga Pancasila, mengapa pada awal reformasi
dihujat bebarengan dengan dihujatnya Soeharto dengan Orde Baru-nya? Bahkan,
banyak kalangan yang menginginkan Golkar dibubarkan saja. Hujatan dan cacian rakyat terhadap Golkar itu
diakibatkan oleh tidak dilaksanakannya Pancasila pada masa lalu dengan murni dan konsekwen
oleh Golkar, Orde Baru, dan Soeharto. Kalau pilar-pilar Orde Baru yang di dalamnya
ada Golkar memang benar-benar melaksanakan, menjaga, mengamalkan secara utama
Pancasila, pasti tidak akan dihujat, dicaci, dan disuruh bubar. Adalah salah
jika ada kalimat Golkar dihujat, dibenci,
dan dituntut bubar karena telah melaksanakan Pancasila.
Sudahlah Bakrie, sudahlah Golkar, kalian
tidak perlu memanfaatkan situasi masyarakat yang ingin ber-Pancasila. Jangan
klaim-klaim seperti itu. Klaim-klaim seperti itu hanya mempermalukan diri
sendiri. Sumpah, malu-maluin, lucu lagi.
No comments:
Post a Comment