Friday, 7 September 2012

Dua Kali Lipat Lebih Baik tanpa Demokrasi



oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Berkali-kali sudah saya terangkan bahwa demokrasi itu sistem politik yang merusak dan menjadi alat syetan untuk merusakkan keharmonisan umat manusia. Sesungguhnya, jika Indonesia tidak menggunakan demokrasi, akan lebih cepat dua kali lipat untuk mencapai keinginan nasionalnya.
            Demokrasi itu boros, menghamburkan biaya. Boros itu adalah sifatnya syetan.
Sudah berapa ribu triliun uang yang digunakan untuk menyelenggarakan demokrasi di negeri ini?
Jika kita tidak menggunakan demokrasi, akan memiliki banyak sekali dana untuk membangun negeri. Tanpa demokrasi, kita akan memiliki jumlah tentara lebih banyak dua kali lipat dari sekarang ini. Teknologi dan peralatannya akan dua kali lebih banyak dan lebih canggih sehingga mampu menjaga batas-batas terluar Negara Indonesia dan mampu menangani lebih cepat ancaman dari dalam. Kita bisa memiliki jumlah polisi dua kali lipat daripada saat ini. Kita sering mengeluhkan jumlah polisi yang terbatas. Tanpa demokrasi kita akan punya dana untuk menambah jumlah polisi, meningkatkan kemampuannya, serta memodernisasi peralatan yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Teroris  dan gerakan separatis pun akan tereliminasi dua kali lebih cepat dan lebih lembut dibandingkan saat ini. Hal itu disebabkan jumlah aparat yang bertambah sangat banyak dengan kemampuan lebih hebat serta tokoh-tokoh masyarakat akan lebih konsentrasi membangun umat sebagai pemimpin nonformal. Saat ini tokoh-tokoh masyarakat tidak berfungsi maksimal karena tergoda juga untuk nyaleg yang akhirnya mengalami penurunan kepercayaan dari masyarakat. Pendekatan pendidikan, keadilan, dan kemakmuran pun bisa terlaksana untuk mencegah kekerasan tanpa ada hambatan yang berarti karena punya banyak anggaran.
Korupsi akan tertangani dan berkurang dua kali lebih cepat karena demokrasi tidak ada. Tanpa demokrasi, orang-orang nggak perlu uang untuk kampanye, money politics, atau membangun partai untuk menipu rakyat. Jadi, alasan melakukan korupsi untuk biaya demokrasi tak ada lagi karena memang tidak diperlukan.
Kalau memiliki keinginan untuk berpolitik dan mengurusi hajat hidup orang banyak, nggak perlu berdusta atau mengumbar janji, cukup membuktikan diri menjadi orang yang bermanfaat di hadapan Tuhan, para pemimpin bangsa, serta masyarakat luas. Jika memang benar-benar bermanfaat, tak perlu keluar uang banyak untuk baligo, spanduk, atau mengundang artis dangdut yang seksi-seksi itu, orang-orang pasti menuju orang yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain dan Tuhan pun akan meridhoi dengan penuh persetujuan.
Tanpa demokrasi, di negeri ini tak akan ada orang kaya yang terlalu kaya dan orang miskin yang terlalu miskin. Kaya boleh, tapi jangan keterlaluan. Miskin tak bisa dihindari, tetapi jangan teramat melarat. Orang miskin di  Indonesia tanpa demokrasi bisa sama dengan kategori mustahik zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yaitu orang yang punya rumah, punya kendaraan, punya pembantu, tetapi punya hutang.
Tanpa demokrasi, gotong royong dan hidup harmonis akan tercipta dua kali lebih cepat dan terasa dua kali lebih indah karena tidak akan ada lagi orang-orang busuk yang menggunakan perbedaan-perbedaan di negeri ini untuk kepentingan politiknya. Semua ingin hidup tenang, damai, tenteram, dan saling menghargai. Demokrasi tidak mengajarkan keagungan-keagungan itu, tetapi mendorong terjadinya perdebatan, pertengkaran, saling fitnah, dan bersaing merebut kepercayaan orang, baik halal maupun haram.
Tanpa demokrasi kita akan lebih berbangga diri sebagai bangsa Indonesia karena segalan urusan bisa lebih cepat tertangani. Para pegawai negeri akan bekerja dua kali lipat lebih efektif dan efisien dalam melayani masyarakat. Tidak seperti saat ini yang masih dalam jam kerja saja sudah pada nongkrong di tukang bakso, kantin, atau ngobrol di tempat parkir.
Tanpa demokrasi, penyusunan undang-undang, pembuatan kebijakan, dan eksekusi politik akan berjalan dua kali lebih cepat dan dua kali lebih bermanfaat. Hal itu disebabkan demokrasi membuat segalanya terhambat, terlambat, dan bertele-tele karena banyak kepentingan yang bermain. Ir. Soekarno, Presiden RI ke-1, menjalankan Demokrasi Terpimpin salah satunya karena kesal terhadap kinerja-kinerja DPR hasil demokrasi itu yang terlalu lama menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan sehingga mengakibatkan program-program pembangunan terhambat pula.
Kita akan menjadi negara yang dua kali lipat lebih kuat dan lebih makmur dibandingkan sekarang ini dalam waktu dua kali lebih cepat dibandingkan rencana pencapaian target. Hal itu disebabkan pengaruh-pengaruh buruk dari luar akan sangat kesulitan untuk mengendalikan negeri ini. Tak ada lagi orang-orang yang bisa dibeli untuk keuntungan pihak-pihak asing secara tidak sah. Kalaupun ada, akan dicap sebagai musuh negara.
Segala sesuatu yang positif akan lebih cepat terwujud dan terasa jika tidak menggunakan demokrasi. Akan tetapi, segala sesuatu yang negatif akan terbasmi dua kali lipat lebih cepat dibandingkan saat ini yang selalu tertunda-tunda dan sangat menjengkelkan. Pokoknya, tanpa demokrasi segalanya akan lebih mudah dua kali lipat.
Terlalu banyak hal jika ditulis, bayangkan saja manfaat kita hidup tanpa demokrasi, segalanya akan lebih indah karena akan lebih Pancasilais. Sungguh.
Oh ya, bagi mereka yang berpikiran jika tak ada demokrasi, tak ada kebebasan berekspresi, saya jelaskan bahwa pikiran itu adalah pikiran keliru yang kuno nggak ketulungan karatannya. Pemikiran seperti itu hanya salah satu senjata para pendukung demokrasi agar rakyat tetap tertipu untuk selalu menjalankan demokrasi, sementara itu mereka menarik keuntungan dari ketertipuan rakyat. Bagi orang Islam, jelas bahwa hidup untuk saling koreksi, saling menasihati, dan saling mengingatkan itu merupakan perilaku yang sangat bermanfaat dan menambah pahala. Bagi pecinta Pancasila, terang sekali bahwa hidup berdasarkan musyawarah untuk mufakat itu sudah menjadi janji yang harus dilaksanakan dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia ini. Jadi, salah itu yang berpendapat bahwa tanpa demokrasi tidak akan ada kebebasan berekspresi. Berpegang saja pada Pancasila, hak-hak manusia Indonesia pun akan terjamin, terlindungi, dan dua kali lebih indah dibandingkan saat ini.

No comments:

Post a Comment