Tuesday, 2 October 2012

Mestinya Kita Tersenyum Saat Islam Dihina


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Pelecehan, dan berbagai tindakan penghinaan terhadap Islam, baik terhadap Allah swt, Rasulullah Muhammad saw, Al Quran, maupun kaum muslimin sudah sangat sering kita dengar, kita saksikan, dan kita rasakan. Kita wajar marah, bahkan wajib hukumnya marah, lalu mengambil tindakan sangat tegas dan keras terhadap pelakunya, kalau bisa, kejar pelakunya, lalu hukum mati. Jika tidak bisa menghukum mati, harus kita kutuk dan kita kecam sekeras mungkin. Akan tetapi, ketika mendapat hinaan, jangan pula lupa untuk tersenyum sumringah, bahkan jika bisa, tertawa keras lepas yang enak dan nikmat, itu lebih baik.

            Perilaku pelecehan dan penghinaan terhadap Islam itu menunjukkan dengan sendirinya bahwa ajaran Islam adalah agama paling mulia. Kemuliaan Islam itu salah satunya bisa kita lihat dari perintah Allah swt yang memerintahkan kita untuk tidak melakukan penghinaan kepada agama lain.  Itu mutlak perintah Allah swt, tak bisa ditawar-tawar. Apa pun bentuknya, kita tidak diperbolehkan oleh Allah swt dalam Al Quran untuk melecehkan agama lain, baik itu kitabnya, penganjurnya, maupun Tuhannya. Jika kaum muslimin menghina agama lain, itu adalah dosa besar dan akan mendapat kemurkaan dari Allah swt.

            Mengapa kita tidak boleh menghina agama lain?

          Apakah larangan penghinaan itu sebagai bentuk toleransi atau pengakuan bahwa semua agama adalah sama dan benar?

            Oh tidak, sama sekali tidak begitu. Larangan penghinaan itu adalah untuk menjaga kemuliaan Islam sendiri, bukan untuk kepentingan agama lain. Kepentingannya hanyalah satu, yaitu memuliakan Islam dan kaum muslimin.

Jika kaum muslimin menghina agama lain, para pengikut agama lain itu akan marah dan akan mengerahkan seluruh kebodohan dan ketololannya untuk berbalik menyerang dan menghina Allah swt tanpa menggunakan dasar yang jelas dan pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan secara rasional. Jika mereka menghina menggunakan dasar dan pengetahuan rasional sehingga bisa membuktikan bahwa Islam itu agama yang rendah, dengan sepenuh keyakinan bahwa saya, Tom Finaldin, A.Md., S.I.P., akan berpindah agama dan keluar dari agama Islam. 

Buat apa kita menjadi pemeluk agama yang sudah terbukti rendah?

Akan tetapi, sayang sejuta sayang, sampai hari ini tak ada orang yang menggunakan metode ilmiah, pemikiran yang jelas, dan dasar yang rasional untuk merendahkan Islam. Yang ada hanyalah hinaan sebagai bentuk rasa iri, dengki, fitnah, dan makian-makian rendah sebagaimana para preman jalanan bermulut kotor. Sama sekali tak ada bagus-bagusnya. Oleh sebab itu, saya tidak pernah akan keluar dari agama Islam karena hanya agama ini yang masuk akal.

Kita, orang Islam, tidak boleh setolol dan segoblok mereka.   Hal itu disebabkan, sikap menghina agama lain itu sama saja dengan membuka pintu penghinaan kepada Allah swt, Muhamad saw, Al Quran, dan kaum muslimin.

           Pelarangan menghina agama lain itu menunjukkan suatu kemuliaan tersendiri dari Islam meskipun Islam sendiri kerap dilecehkan. Kita harus bersabar dengan perilaku mereka.

        Penghinaan terhadap Islam oleh agama apa pun apalagi oleh pemimpin agama dan tokoh masyarakat agama lain menunjukkan bahwa orang-orang yang katanya beragama itu ternyata tidak dilarang oleh kitab sucinya untuk menghina agama lain. Kalau kitab sucinya melarang, pasti tidak akan melakukan itu. Mungkin pula ada larangan, tetapi mereka tidak tahu. Hal itu menjelaskan bahwa mereka tidak meresapi agamanya sendiri. Bahkan, seolah-olah penghinaan itu merupakan sebuah bentuk usaha  memuliakan agama dan kitabnya sendiri melebihi Islam.

Padahal, bukankah perilaku itu sesungguhnya merendahkan diri mereka sendiri dan memperlihatkan kerendahan agamanya sendiri serta sekaligus memuliakan Islam meskipun tanpa disadarinya?

            Tersenyumlah dan bergembiralah sebab Islam ternyata sangat mulia dan tetap mulia meskipun mendapat penghinaan yang berat. Hal itu sudah harus mengukuhkan dan menambah keimanan bagi kaum muslimin terhadap Allah swt, Al Quran, Islam, dan Muhammad saw.

       Kegembiraan kita harus bertambah-tambah karena ternyata meskipun mendapat penghinaan, pemeluk agama Islam tidak berkurang, malahan terus bertambah dari tahun ke tahun di berbagai belahan dunia ini. Di samping itu, banyak kaum muslimin dan pemikiran Islam menjadi pilihan utama dalam menangani berbagai permasalahan di muka Bumi ini. Penghinaan terhadap Islam hanyalah sebuah bentuk dari rasa iri sebagaimana rasa iri anak kecil sombong yang mulai ditinggalkan teman-temannya karena menemukan teman baru yang lebih baik, lebih manis, dan lebih berbudi pekerti. Kasihan juga mereka sampai iri begitu.

         Di samping rasa iri yang disebabkan semakin banyaknya jumlah umat Islam dan semakin banyaknya umat dari agama mereka yang berpindah agama menjadi Islam, juga disebabkan orang-orang Islam menempati belahan Bumi yang kaya raya dengan sumber alam dan cenderung lebih mudah mendapatkan manfaat dari kekayaan alam dibandingkan mereka yang hidup di tempat-tempat yang tidak semudah orang Islam untuk menikmati hasil Bumi. Misalnya, bisa diibaratkan kalau orang-orang Islam di Timur Tengah ingin minyak bumi, cukup mengambilnya dengan menggunakan gayung, sedangkan mereka di tanahnya sendiri harus berupaya sangat keras dan sulit untuk mendapatkan minyak karena harus melakukan pengeboran yang teramat dalam. Amerika Serikat itu memiliki sumber minyak yang besar, tetapi sulit untuk diambil karena jauh sekali berada di bawah tanah, perlu biaya besar dan teknologi yang amat tinggi yang mungkin belum dimiliki mereka, sedangkan di Timur Tengah jaraknya dekat dengan permukaan Bumi. Mereka itu iri dan dengki karena hal-hal itu di samping sejarah hidupnya yang penuh kemelut, pertengkaran, pembunuhan, fitnah, dan perang-perang yang tidak perlu dilakukan.

           Rasa senang pun semestinya kita tunjukkan karena ternyata kita yang hidup di Indonesia ini mampu untuk tidak melakukan hal-hal memalukan seperti itu. Hal itu menunjukkan bahwa nilai-nilai dan norma-norma yang hidup di Indonesia sejak zaman dahulu lebih luhur dan lebih mulia daripada mereka. Di negeri mereka yang memuja demokrasi itu tidak bisa menghukum para pelaku penghinaan terhadap Islam alasannya adalah kebebasan individu untuk mengutarakan perasaannya. Di Indonesia perilaku seperti itu tidak dibenarkan yang ditandai dengan adanya undang-undang mengenai penodaan dan penistaan terhadap suatu agama. Artinya, Indonesia dapat menimpakan hukum yang sangat berat terhadap pelaku penghinaan itu, pemeluk agama apa pun itu. Kita sesungguhnya lebih luhur, lebih mulia, dan lebih beradab. Hanya kebodohan kita sendiri yang menganggap orang-orang barat lebih baik dibandingkan kita.

            Tertawalah sepuasnya karena kita yang mayoritas Islam ini mampu menjaga perasaan dan nyawa para pemeluk agama lain yang jumlahnya hanya minoritas. Jika kita mau, kita bisa membumihanguskan para pemeluk agama lain beserta kitab, tempat ibadat, kitab suci, dan sejarahnya di Bumi Nusantara ini. Akan tetapi, kita, kaum muslimin di Indonesia tidak melakukannya karena kita memiliki nilai-nilai suci yang mewajibkan diri kita untuk berupaya semaksimal mungkin menjadi rahmatan lil alamin, ‘rahmat bagi semesta alam’. Berbeda di belahan dunia lain, tempat umat Islam menjadi minoritas dari berbagai segi yang sering mendapatkan perilaku buruk, bahkan kehilangan nyawa. Mereka yang bukan Islam itu ternyata tak mampu menjaga dirinya untuk hidup berdampingan dengan baik. Mereka adalah orang-orang angkuh yang tolol. 

          Bergembiralah karena kita sebenarnya lebih baik dibandingkan orang-orang angkuh dan bodoh itu. Sadarilah keluhuran kita. Lanjutkan dan teruskan berjuang memuliakan Islam dan kaum muslimin. Kemenangan ada di tangan kita. Itu pasti!

2 comments:

  1. Memang ada dan selalu ada saja.

    Lain kali kalau kasih komentar, pake nama jelas, foto asli, dan alamat lengkap.

    Lihat saya pake nama jelas, alamat jelas, dan foto diri yang banyak. Hal itu disebabkan saya bukan pengecut seperti Anda yang menamakan diri anonim.

    Ngerti kan?

    ReplyDelete