oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Pelecehan,
dan berbagai tindakan penghinaan terhadap Islam,
baik terhadap Allah swt, Rasulullah Muhammad saw, Al
Quran, maupun kaum muslimin sudah sangat sering kita dengar,
kita saksikan, dan kita rasakan. Kita wajar marah,
bahkan wajib hukumnya marah, lalu mengambil tindakan sangat tegas dan keras
terhadap pelakunya, kalau bisa, kejar pelakunya, lalu hukum mati. Jika tidak bisa menghukum mati,
harus kita kutuk dan kita kecam sekeras mungkin. Akan tetapi, ketika mendapat hinaan, jangan
pula lupa untuk tersenyum sumringah, bahkan jika bisa, tertawa keras lepas yang enak dan nikmat,
itu lebih baik.
Perilaku pelecehan dan penghinaan terhadap Islam itu menunjukkan
dengan sendirinya bahwa ajaran
Islam adalah agama paling mulia. Kemuliaan Islam itu salah satunya bisa kita lihat dari
perintah Allah swt yang memerintahkan kita untuk
tidak melakukan penghinaan kepada agama lain.
Itu mutlak perintah Allah swt,
tak bisa ditawar-tawar. Apa pun bentuknya, kita tidak
diperbolehkan oleh Allah swt dalam Al Quran untuk melecehkan agama lain, baik
itu kitabnya, penganjurnya,
maupun Tuhannya. Jika kaum
muslimin menghina agama lain, itu adalah dosa besar dan akan mendapat kemurkaan
dari Allah swt.
Mengapa kita tidak boleh menghina
agama lain?
Apakah larangan penghinaan itu
sebagai bentuk toleransi atau pengakuan bahwa semua agama adalah sama dan
benar?
Oh tidak, sama sekali tidak begitu.
Larangan penghinaan itu adalah untuk menjaga kemuliaan Islam sendiri, bukan
untuk kepentingan agama lain. Kepentingannya hanyalah satu, yaitu memuliakan
Islam dan kaum muslimin.
Jika
kaum muslimin menghina agama lain, para pengikut agama lain itu akan marah dan
akan mengerahkan seluruh kebodohan dan ketololannya untuk berbalik menyerang
dan menghina Allah swt tanpa
menggunakan dasar yang jelas dan pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan
secara rasional. Jika mereka menghina menggunakan dasar dan pengetahuan
rasional sehingga bisa membuktikan bahwa Islam itu agama yang rendah, dengan
sepenuh keyakinan bahwa saya, Tom Finaldin, A.Md., S.I.P., akan berpindah agama
dan keluar dari agama Islam.
Buat apa kita menjadi pemeluk agama yang sudah
terbukti rendah?
Akan tetapi, sayang sejuta sayang, sampai hari ini tak
ada orang yang menggunakan metode ilmiah, pemikiran yang jelas, dan dasar yang
rasional untuk merendahkan Islam. Yang ada hanyalah hinaan sebagai bentuk rasa
iri, dengki, fitnah, dan makian-makian rendah sebagaimana para preman jalanan
bermulut kotor. Sama sekali tak ada bagus-bagusnya. Oleh sebab itu, saya tidak
pernah akan keluar dari agama Islam karena hanya agama ini yang masuk akal.
Kita, orang Islam, tidak boleh setolol dan segoblok
mereka. Hal itu disebabkan,
sikap menghina agama lain itu sama saja dengan membuka pintu penghinaan kepada
Allah swt, Muhamad saw, Al
Quran, dan kaum muslimin.
Pelarangan
menghina agama lain itu menunjukkan suatu kemuliaan tersendiri dari Islam meskipun Islam sendiri kerap
dilecehkan. Kita harus bersabar dengan perilaku mereka.
Penghinaan terhadap Islam oleh agama apa pun
apalagi oleh pemimpin agama dan tokoh masyarakat agama lain menunjukkan bahwa orang-orang yang katanya beragama itu ternyata
tidak dilarang oleh kitab sucinya untuk menghina agama lain. Kalau kitab
sucinya melarang, pasti tidak akan melakukan itu. Mungkin pula ada larangan,
tetapi mereka tidak tahu. Hal
itu menjelaskan bahwa mereka tidak meresapi agamanya
sendiri. Bahkan, seolah-olah penghinaan itu merupakan sebuah bentuk usaha memuliakan agama dan kitabnya sendiri
melebihi Islam.
Padahal,
bukankah perilaku itu sesungguhnya merendahkan diri mereka sendiri dan
memperlihatkan kerendahan agamanya sendiri serta sekaligus memuliakan Islam meskipun tanpa
disadarinya?
Tersenyumlah dan bergembiralah sebab Islam ternyata sangat mulia
dan tetap mulia meskipun mendapat penghinaan yang berat. Hal itu sudah harus
mengukuhkan dan menambah keimanan bagi kaum muslimin terhadap Allah swt, Al
Quran, Islam, dan Muhammad saw.
Kegembiraan kita harus
bertambah-tambah karena ternyata meskipun mendapat penghinaan, pemeluk agama
Islam tidak berkurang, malahan terus bertambah dari tahun ke tahun di berbagai
belahan dunia ini. Di samping itu, banyak kaum muslimin dan pemikiran Islam menjadi
pilihan utama dalam menangani berbagai permasalahan di muka Bumi ini.
Penghinaan terhadap Islam hanyalah sebuah bentuk dari rasa iri sebagaimana rasa
iri anak kecil sombong yang mulai ditinggalkan teman-temannya karena menemukan
teman baru yang lebih baik, lebih manis, dan lebih berbudi pekerti. Kasihan
juga mereka sampai iri begitu.
Di samping rasa iri yang disebabkan
semakin banyaknya jumlah umat Islam dan semakin banyaknya umat dari agama
mereka yang berpindah agama menjadi Islam, juga disebabkan orang-orang Islam
menempati belahan Bumi yang kaya raya dengan sumber alam dan cenderung lebih
mudah mendapatkan manfaat dari kekayaan alam dibandingkan mereka yang hidup di
tempat-tempat yang tidak semudah orang Islam untuk menikmati hasil Bumi.
Misalnya, bisa diibaratkan kalau orang-orang Islam di Timur Tengah ingin minyak
bumi, cukup mengambilnya dengan menggunakan gayung, sedangkan mereka di
tanahnya sendiri harus berupaya sangat keras dan sulit untuk mendapatkan minyak
karena harus melakukan pengeboran yang teramat dalam. Amerika Serikat itu
memiliki sumber minyak yang besar, tetapi sulit untuk diambil karena jauh
sekali berada di bawah tanah, perlu biaya besar dan teknologi yang amat tinggi
yang mungkin belum dimiliki mereka, sedangkan di Timur Tengah jaraknya dekat
dengan permukaan Bumi. Mereka itu iri dan dengki karena hal-hal itu di samping
sejarah hidupnya yang penuh kemelut, pertengkaran, pembunuhan, fitnah, dan
perang-perang yang tidak perlu dilakukan.
Rasa senang pun semestinya kita
tunjukkan karena ternyata kita yang hidup di Indonesia ini mampu untuk tidak
melakukan hal-hal memalukan
seperti itu. Hal itu menunjukkan bahwa nilai-nilai dan norma-norma yang hidup
di Indonesia sejak zaman dahulu lebih luhur dan lebih mulia daripada mereka. Di
negeri mereka yang memuja demokrasi itu tidak bisa menghukum para pelaku
penghinaan terhadap Islam
alasannya adalah kebebasan individu untuk mengutarakan perasaannya. Di
Indonesia perilaku seperti itu tidak dibenarkan yang ditandai dengan adanya
undang-undang mengenai penodaan dan penistaan terhadap suatu agama. Artinya,
Indonesia dapat menimpakan hukum yang sangat berat terhadap pelaku penghinaan
itu, pemeluk agama apa pun itu. Kita sesungguhnya lebih luhur, lebih mulia, dan
lebih beradab. Hanya kebodohan kita sendiri yang menganggap orang-orang barat
lebih baik dibandingkan kita.
Tertawalah sepuasnya karena kita
yang mayoritas Islam ini mampu menjaga perasaan dan nyawa para pemeluk agama
lain yang jumlahnya hanya minoritas. Jika kita mau, kita bisa membumihanguskan
para pemeluk agama lain beserta kitab, tempat ibadat, kitab suci, dan
sejarahnya di Bumi Nusantara ini. Akan tetapi, kita, kaum muslimin di Indonesia
tidak melakukannya karena kita memiliki nilai-nilai suci yang mewajibkan diri
kita untuk berupaya semaksimal mungkin menjadi rahmatan lil alamin, ‘rahmat bagi semesta alam’. Berbeda di belahan
dunia lain, tempat umat Islam menjadi minoritas dari berbagai segi yang sering
mendapatkan perilaku buruk, bahkan kehilangan nyawa. Mereka yang bukan Islam
itu ternyata tak mampu menjaga dirinya untuk hidup berdampingan dengan baik.
Mereka adalah orang-orang angkuh yang tolol.
Bergembiralah karena kita sebenarnya
lebih baik dibandingkan orang-orang angkuh dan bodoh itu. Sadarilah keluhuran
kita. Lanjutkan dan teruskan berjuang memuliakan Islam dan kaum muslimin. Kemenangan
ada di tangan kita. Itu pasti!
Ada Ada saja.
ReplyDeleteMemang ada dan selalu ada saja.
ReplyDeleteLain kali kalau kasih komentar, pake nama jelas, foto asli, dan alamat lengkap.
Lihat saya pake nama jelas, alamat jelas, dan foto diri yang banyak. Hal itu disebabkan saya bukan pengecut seperti Anda yang menamakan diri anonim.
Ngerti kan?