Thursday, 4 October 2012

Berbaik-baiklah dengan Teroris



oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Setelah berulang-ulang negeri ini didera oleh serangan teroris yang aneh-aneh itu, setelah upaya yang dilakukan aparat tidak memuaskan masyarakat karena ternyata jumlah teroris bertambah banyak dengan alasan teror rupa-rupa, ada baiknya kita, seluruh elemen bangsa Indonesia, baik pemerintah, aparat, maupun rakyat untuk menghentikan upaya-upaya konvensional dalam menangani masalah teroris ini. Kita mesti belajar out of book dan out of box, ‘keluar dari buku dan keluar dari keterkurungan kebiasaan’. Kalau ternyata tindakan yang digebyarkan sebagai aksi terorisme itu tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara normal karena toh tak ada jaminan bahwa aksi teror itu tidak akan ada lagi, sebaiknya gunakan cara yang tidak normal, di luar kewajaran dan kebiasaan. Gunakan pendekatan kekeluargaan, jangan lagi gunakan cara-cara orang kapitalis yang sudah terbukti gagal itu.

Orang-orang kapitalis itu gagal toh? Iya kan?

Buktinya, semakin hari semakin banyak organisasi yang mereka catat sebagai teroris. Harusnya kan berkurang kalau mereka memang berhasil. Orang-orang gagal itu tidak perlu dicontoh oleh kita. Kita akan jadi bangsa goblok kalau ngikutin orang-orang gagal. Masa iya ada orang pintar ngikutin orang gagal.

Sudah tahu gagal, eh … diikutin lagi, gelo sugan mah.

Begini saja, sekarang kita berbaik-baik saja dengan teroris, pake cara-cara penuh kekeluargaan. Alasan teroris itu kan katanya melakukan teror di Indonesia karena membela saudara-saudaranya sesama muslim yang tertindas di Timur Tengah, khususnya di Palestina. Mereka ingin menghajar Zionis Israel dan Amerika Serikat. Kalau memang benar itu alasannya, bukan rekayasa diarah-arahkan oleh orang-orang brengsek yang mengharapkan keuntungan duniawi, sudah saja kumpulkan dengan baik para teroris itu. Raih dengan tangan terbuka dan penuh cinta. Setelah itu, beri mereka pelatihan militer yang baik dan sempurna sehingga benar-benar terlatih sebagaimana militer yang andal. Beri mereka senjata yang baik, lalu fasilitasi untuk menghajar Israel dan zionisnya. Kirimkan mereka itu ke daerah konflik di Palestina, Jalur Gaza. Gabungkan mereka dengan gerakan-gerakan perlawanan di sana. Soal biaya untuk mereka, jangan khawatir, di negeri ini banyak orang yang berempati pada Palestina, bersimpati kepada kaum muslimin di Timur Tengah, serta membenci Zionis dan Amerika Serikat. Orang-orang ini akan rela memberikan sumbangan untuk membiayai para teroris yang kita kirimkan ke sana. Lihat saja, tanpa ada sumbangan dari banyak orang, para teroris itu mampu membiayai dirinya sendiri, apalagi kalau mendapatkan sumbangan secara legal, pasti terbiayai. Lihat juga dulu Laskar Jihad ketika terjadi kisruh Ambon, Poso, beserta RMS-nya. Orang-orang di kota-kota besar di Indonesia memberikan banyak sumbangan. Saya juga memberikan sumbangan dan beberapa teman ada yang bergabung sama Laskar Jihad. Ada kok uangnya, punya kok energinya.

Di samping itu, berikan pemahaman kepada para pemuda yang kebelet jihad itu bahwa di Indonesia sama sekali tidak diperlukan aksi-aksi teror semacam itu. Para aktivis Islam masih punya banyak cara, bahkan tersedia ribuan cara yang terhormat untuk memuliakan Islam dan kaum muslimin. Saya juga toh menulis artikel seperti ini dalam rangka memuliakan Islam dan kaum Muslimin karena hal itu sudah menjadi kewajiban. Orang-orang lain pun punya cara sendiri untuk memuliakan Islam dan kaum muslimin tanpa harus berbenturan dengan konstitusi yang ada.

Sampaikan pula kabar bahwa kalau membuat aksi teror di Indonesia untuk mengguncangkan kepentingan AS dan Yahudi, terlalu lemah pengaruhnya, tak ada hasilnya, malahan merugikan kaum muslimin sebangsa dan setanah air, bisa-bisa dimusuhi oleh orang-orang pesantren juga. Untuk mendapatkan pengaruh yang sangat besar dengan hasil sangat signifikan adalah melakukan pertarungan di wilayah konflik Palestina. Di sana jelas sekali teramat dekat dengan jantungnya Amerika Serikat. Jantung hati AS itu bukan New York atau Washington, melainkan Tel Aviv, Israel.  Sangat banyak politisi AS yang “jual diri” sama Tel Aviv. Jika Israel rontok, AS pun patah hati. Orang patah hati itu akan kebingungan dan lemah.

Jika pendapat saya ini dilaksanakan, akan banyak manfaat yang didapat oleh negeri Indonesia yang tercinta ini. Manfaat itu adalah pertama, organisasi-organisasi garis keras akan lebih terkontrol karena berada dalam binaan. Bukan saja polisi dan tentara yang bisa mengontrol, masyarakat biasa pun bisa ikut mengawasi.

Kedua, tak akan ada lagi permusuhan antara polisi, tentara, dan pemerintah melawan  teroris.

Ketiga, jumlah teroris pasti akan sangat jauh berkurang karena kan dikirimkan ke daerah konflik di luar negeri.

Keempat, baik teroris maupun masyarakat sama-sama senang karena tidak ada lagi  permusuhan dan keinginannya masing-masing terpenuhi. Indonesia pun aman dari aksi-aksi teroris karena para teroris diantarkan pada tujuannnya, yaitu menghancurkan Zionis Israel dan kepentingan AS.

Kelima, rumah-rumah ibadat berbagai agama di Indonesia akan lebih tenang untuk digunakan ibadat oleh para pemeluknya. Bahkan, mungkin orang nonmuslim akan ada yang ikut menyumbang juga untuk mengirimkan teroris ke Jalur Gaza. Hal itu disebabkan daripada gerejanya dibom oleh teroris, mendingan menjauhkan teroris dari gerejanya dengan cara menyumbang dengan harga yang murah tanpa harus was-was kehilangan nyawa. Tak perlu lagi melaksanakan hari raya dengan mendapat pengawalan ketat dari kepolisian.

Keenam, pemerintah Indonesia bisa menghemat dana karena tak diperlukan lagi biaya untuk memerangi teroris. Yang ada paling-paling biaya membina teroris dan pasti jauh lebih murah.

Ketujuh, dengan mengirimkan para pemuda yang nggak tahan berperang itu ke daerah konflik di Palestina, berarti kita sedang menjalankan Preambul UUD 1945 alinea pertama yang berbunyi:

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Di samping itu, kita pun melaksanakan dengan nyata Politik Luar Negeri Bebas dan Aktif. Bebas dari tekanan negara mana pun dan aktif berpartisipasi dalam mewujudkan perdamaian dunia.

Israel itu tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Artinya, bukan sahabat Negara Indonesia. Negeri kita tidak rugi apa pun jika mengirimkan para pemudanya ke sana untuk berperang. Toh, yang dikirimkan bukan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Malahan, kita mendapatkan keuntungan berupa keamanan di dalam negeri. Daripada Indonesia di dalam negeri dikerjain aksi teror, mendingan mengirimkan para calon “pengantin” itu ke sana.  Jika bertarung di sana mempertahankan harga diri umat Islam dan tanah suci kedua setelah Mekah, mereka benar-benar akan menjadi pengantin di surga. Pasti!

Israel itu kan penjajah. Mereka itu menjajah rakyat Palestina. Mereka mengambil dan merampok tanah milik rakyat Palestina secara curang dan jahat. Sementara itu, Indonesia diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945 untuk menghapuskan penjajahan di dunia ini. Untuk mengirimkan TNI, tidak mungkin, ya kirimkan saja mereka yang memang berniat benar-benar berkelahi dengan orang-orang Yahudi. Dengan demikian, kita di sini aman dari aksi-aksi teror, kan terorisnya difasilitasi.

Kedelapan, dengan mengirimkan para pemuda kita yang tangannya sudah gatal ingin meledakkan orang-orang kafir ke Palestina, kita bisa membalas jasa orang-orang Palestina dengan lebih nyata. Indonesia itu berhutang budi pada Palestina. Ketika negeri-negeri kapitalis yang sok manusiawi itu mengingkari kemerdekaan Indonesia, Palestina adalah negeri yang termasuk bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, Palestina diuntungkan, kita pun diuntungkan.

Kesembilan, jika pendapat saya ini dilaksanakan, tentunya harus membuat dulu UU yang baru tentang penanggulangan terorisme dan atau mengganti UU yang lama, kita akan menjadi negeri yang disegani karena memiliki ketegasan yang nyata. Kita membuktikan diri tidak bisa diatur atau dikendalikan negara lain.  Kedaulatan Indonesia tampak lebih nyata.

Nah, pendapat saya tentang penganggulangan terorisme ini pasti mendapat tentangan. Mereka yang menentang adalah pertama, pasti para pengecut yang tidak mau keluar dari kebiasaan lama meskipun telah mengalami kegagalan di samping takut ditekan atau dimarahi negeri-negeri kapitalis. Orang-orang dalam tipe ini cenderung sebagai penjilat pantat kapitalis. Bahkan, jika pantat kapitalis itu kentut, pasti disedot juga dengan nikmat.

Kedua, pasti orang-orang yang diuntungkan, baik politik maupun ekonomi oleh aksi-aksi terorisme di Indonesia. Bagi orang-orang jenis ini, terorisme adalah kegiatan bisnis untuk mendapatkan materi yang jumlahnya tidak seberapa itu.

Ketiga, adalah orang yang mencintai Negara Indonesia. Orang-orang ini mencintai Indonesia dengan hatinya dan ingin negerinya aman sentosa, tetapi menganggap pendapat saya hareup teuing, ‘terlalu nekad’.

Saya lebih suka ditentang oleh orang yang mencintai Negara Indonesia. Oleh sebab itu, saya menyerukan kepada mereka yang mencintai Negara Indonesia untuk membuktikan diri bisa mengenyahkan tindakan terorisme dengan cara yang kalian percayai sendiri. Kalau masih juga tidak bisa selesai, berarti pendapat saya lebih baik. Buatlah upaya penanganan terorisme yang lebih baik sehingga kalian menertawakan usulan saya ini. Kalau juga tidak berhasil, saya yang akan menertawakan kalian. 

Buktikan bahwa tulisan saya ini sama sekali tidak bernilai dan hanya mengada-ada sehingga orang-orang dan seluruh pembaca mengutuk dan menghujat saya. Saya senang dikutuk dan dihujat asal Indonesia bisa aman dari aksi-aksi terorisme.

Kalau juga terus-terusan aksi teror tidak bisa diakhiri, itu menunjukkan bahwa cara yang digunakan selama ini adalah cara-cara yang salah dan harus diganti total oleh cara yang lebih baik. Oleh sebab itu, tinggalkan cara-cara yang salah agar negeri ini terhindar dari kutukan Allah swt. 

Demi Allah swt.

No comments:

Post a Comment