oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Setelah
berulang-ulang negeri ini didera oleh serangan teroris yang aneh-aneh itu,
setelah upaya yang dilakukan aparat tidak memuaskan masyarakat karena ternyata
jumlah teroris bertambah banyak dengan alasan teror rupa-rupa, ada baiknya
kita, seluruh elemen bangsa Indonesia, baik pemerintah, aparat, maupun rakyat
untuk menghentikan upaya-upaya konvensional dalam menangani masalah teroris
ini. Kita mesti belajar out of book dan
out of box, ‘keluar dari buku dan keluar dari keterkurungan kebiasaan’.
Kalau ternyata tindakan yang digebyarkan sebagai aksi terorisme itu tidak bisa
diselesaikan dengan cara-cara normal karena toh tak ada jaminan bahwa aksi
teror itu tidak akan ada lagi, sebaiknya gunakan cara yang tidak normal, di
luar kewajaran dan kebiasaan. Gunakan pendekatan kekeluargaan, jangan lagi
gunakan cara-cara orang kapitalis yang sudah terbukti gagal itu.
Orang-orang
kapitalis itu gagal toh? Iya kan?
Buktinya,
semakin hari semakin banyak organisasi yang mereka catat sebagai teroris.
Harusnya kan berkurang kalau mereka memang berhasil. Orang-orang gagal itu
tidak perlu dicontoh oleh kita. Kita akan jadi bangsa goblok kalau ngikutin
orang-orang gagal. Masa iya ada orang pintar ngikutin orang gagal.
Sudah
tahu gagal, eh … diikutin lagi, gelo
sugan mah.
Begini
saja, sekarang kita berbaik-baik saja dengan teroris, pake cara-cara penuh
kekeluargaan. Alasan teroris itu kan katanya melakukan teror di Indonesia
karena membela saudara-saudaranya sesama muslim yang tertindas di Timur Tengah,
khususnya di Palestina. Mereka ingin menghajar Zionis Israel dan Amerika
Serikat. Kalau memang benar itu alasannya, bukan rekayasa diarah-arahkan oleh orang-orang
brengsek yang mengharapkan keuntungan duniawi, sudah saja kumpulkan dengan baik
para teroris itu. Raih dengan tangan terbuka dan penuh cinta. Setelah itu, beri
mereka pelatihan militer yang baik dan sempurna sehingga benar-benar terlatih
sebagaimana militer yang andal. Beri mereka senjata yang baik, lalu fasilitasi
untuk menghajar Israel dan zionisnya. Kirimkan mereka itu ke daerah konflik di
Palestina, Jalur Gaza. Gabungkan mereka dengan gerakan-gerakan perlawanan di
sana. Soal biaya untuk mereka, jangan khawatir, di negeri ini banyak orang yang
berempati pada Palestina, bersimpati kepada kaum muslimin di Timur Tengah,
serta membenci Zionis dan Amerika Serikat. Orang-orang ini akan rela memberikan
sumbangan untuk membiayai para teroris yang kita kirimkan ke sana. Lihat saja,
tanpa ada sumbangan dari banyak orang, para teroris itu mampu membiayai dirinya
sendiri, apalagi kalau mendapatkan sumbangan secara legal, pasti terbiayai.
Lihat juga dulu Laskar Jihad ketika terjadi kisruh Ambon, Poso, beserta
RMS-nya. Orang-orang di kota-kota besar di Indonesia memberikan banyak
sumbangan. Saya juga memberikan sumbangan dan beberapa teman ada yang bergabung
sama Laskar Jihad. Ada kok uangnya, punya kok energinya.
Di
samping itu, berikan pemahaman kepada para pemuda yang kebelet jihad itu bahwa
di Indonesia sama sekali tidak diperlukan aksi-aksi teror semacam itu. Para
aktivis Islam masih punya banyak cara, bahkan tersedia ribuan cara yang
terhormat untuk memuliakan Islam dan kaum muslimin. Saya juga toh menulis
artikel seperti ini dalam rangka memuliakan Islam dan kaum Muslimin karena hal
itu sudah menjadi kewajiban. Orang-orang lain pun punya cara sendiri untuk
memuliakan Islam dan kaum muslimin tanpa harus berbenturan dengan konstitusi
yang ada.
Sampaikan
pula kabar bahwa kalau membuat aksi teror di Indonesia untuk mengguncangkan
kepentingan AS dan Yahudi, terlalu lemah pengaruhnya, tak ada hasilnya, malahan
merugikan kaum muslimin sebangsa dan setanah air, bisa-bisa dimusuhi oleh
orang-orang pesantren juga. Untuk mendapatkan pengaruh yang sangat besar dengan
hasil sangat signifikan adalah melakukan pertarungan di wilayah konflik Palestina.
Di sana jelas sekali teramat dekat dengan jantungnya Amerika Serikat. Jantung
hati AS itu bukan New York atau Washington, melainkan Tel Aviv, Israel. Sangat banyak politisi AS yang “jual diri”
sama Tel Aviv. Jika Israel rontok, AS pun patah hati. Orang patah hati itu akan
kebingungan dan lemah.
Jika
pendapat saya ini dilaksanakan, akan banyak manfaat yang didapat oleh negeri
Indonesia yang tercinta ini. Manfaat itu adalah pertama, organisasi-organisasi garis keras akan lebih terkontrol
karena berada dalam binaan. Bukan saja polisi dan tentara yang bisa mengontrol,
masyarakat biasa pun bisa ikut mengawasi.
Kedua, tak
akan ada lagi permusuhan antara polisi, tentara, dan pemerintah melawan teroris.
Ketiga, jumlah
teroris pasti akan sangat jauh berkurang karena kan dikirimkan ke daerah
konflik di luar negeri.
Keempat, baik
teroris maupun masyarakat sama-sama senang karena tidak ada lagi permusuhan dan keinginannya masing-masing
terpenuhi. Indonesia pun aman dari aksi-aksi teroris karena para teroris
diantarkan pada tujuannnya, yaitu menghancurkan Zionis Israel dan kepentingan
AS.
Kelima, rumah-rumah
ibadat berbagai agama di Indonesia akan lebih tenang untuk digunakan ibadat
oleh para pemeluknya. Bahkan, mungkin orang nonmuslim akan ada yang ikut menyumbang
juga untuk mengirimkan teroris ke Jalur Gaza. Hal itu disebabkan daripada
gerejanya dibom oleh teroris, mendingan menjauhkan teroris dari gerejanya
dengan cara menyumbang dengan harga yang murah tanpa harus was-was kehilangan
nyawa. Tak perlu lagi melaksanakan hari raya dengan mendapat pengawalan ketat
dari kepolisian.
Keenam, pemerintah
Indonesia bisa menghemat dana karena tak diperlukan lagi biaya untuk memerangi
teroris. Yang ada paling-paling biaya membina teroris dan pasti jauh lebih
murah.
Ketujuh, dengan
mengirimkan para pemuda yang nggak tahan berperang itu ke daerah konflik di
Palestina, berarti kita sedang menjalankan Preambul UUD 1945 alinea pertama yang
berbunyi:
Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Di
samping itu, kita pun melaksanakan dengan nyata Politik Luar Negeri Bebas dan
Aktif. Bebas dari tekanan negara mana pun dan aktif berpartisipasi dalam
mewujudkan perdamaian dunia.
Israel
itu tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Artinya, bukan sahabat
Negara Indonesia. Negeri kita tidak rugi apa pun jika mengirimkan para
pemudanya ke sana untuk berperang. Toh, yang dikirimkan bukan Tentara Nasional
Indonesia (TNI). Malahan, kita mendapatkan keuntungan berupa keamanan di
dalam negeri. Daripada Indonesia di dalam negeri dikerjain aksi teror,
mendingan mengirimkan para calon “pengantin” itu ke sana. Jika bertarung di sana mempertahankan harga
diri umat Islam dan tanah suci kedua setelah Mekah, mereka benar-benar akan
menjadi pengantin di surga. Pasti!
Israel
itu kan penjajah. Mereka itu menjajah rakyat Palestina. Mereka mengambil dan
merampok tanah milik rakyat Palestina secara curang dan jahat. Sementara itu, Indonesia
diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945 untuk menghapuskan penjajahan di dunia ini.
Untuk mengirimkan TNI, tidak mungkin, ya kirimkan saja mereka yang memang
berniat benar-benar berkelahi dengan orang-orang Yahudi. Dengan demikian, kita
di sini aman dari aksi-aksi teror, kan terorisnya difasilitasi.
Kedelapan, dengan
mengirimkan para pemuda kita yang tangannya sudah gatal ingin meledakkan
orang-orang kafir ke Palestina, kita bisa membalas jasa orang-orang Palestina
dengan lebih nyata. Indonesia itu berhutang budi pada Palestina. Ketika
negeri-negeri kapitalis yang sok manusiawi itu mengingkari kemerdekaan
Indonesia, Palestina adalah negeri yang termasuk bangsa pertama yang mengakui
kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, Palestina diuntungkan, kita pun
diuntungkan.
Kesembilan, jika pendapat saya ini dilaksanakan, tentunya harus membuat dulu UU yang baru tentang
penanggulangan terorisme dan atau mengganti UU yang lama, kita akan menjadi
negeri yang disegani karena memiliki ketegasan yang nyata. Kita membuktikan
diri tidak bisa diatur atau dikendalikan negara lain. Kedaulatan Indonesia tampak lebih nyata.
Nah, pendapat saya tentang penganggulangan terorisme ini pasti mendapat tentangan.
Mereka yang menentang adalah pertama, pasti
para pengecut yang tidak mau keluar
dari kebiasaan lama meskipun telah mengalami kegagalan di samping takut ditekan
atau dimarahi negeri-negeri kapitalis. Orang-orang dalam tipe ini cenderung
sebagai penjilat pantat kapitalis. Bahkan, jika pantat kapitalis itu kentut,
pasti disedot juga dengan nikmat.
Kedua, pasti
orang-orang yang diuntungkan, baik
politik maupun ekonomi oleh aksi-aksi terorisme di Indonesia. Bagi
orang-orang jenis ini, terorisme adalah kegiatan bisnis untuk mendapatkan
materi yang jumlahnya tidak seberapa itu.
Ketiga, adalah
orang yang mencintai Negara Indonesia.
Orang-orang ini mencintai Indonesia dengan hatinya dan ingin negerinya aman
sentosa, tetapi menganggap pendapat saya hareup
teuing, ‘terlalu nekad’.
Saya
lebih suka ditentang oleh orang yang mencintai Negara Indonesia. Oleh sebab
itu, saya menyerukan kepada mereka yang mencintai Negara Indonesia untuk membuktikan
diri bisa mengenyahkan tindakan terorisme dengan cara yang kalian percayai
sendiri. Kalau masih juga tidak bisa selesai, berarti pendapat saya lebih baik.
Buatlah upaya penanganan terorisme yang lebih baik sehingga kalian menertawakan
usulan saya ini. Kalau juga tidak berhasil, saya yang akan menertawakan kalian.
Buktikan
bahwa tulisan saya ini sama sekali tidak bernilai dan hanya mengada-ada
sehingga orang-orang dan seluruh pembaca mengutuk dan menghujat saya. Saya
senang dikutuk dan dihujat asal Indonesia bisa aman dari aksi-aksi terorisme.
Kalau
juga terus-terusan aksi teror tidak bisa diakhiri, itu menunjukkan bahwa cara
yang digunakan selama ini adalah cara-cara yang salah dan harus diganti total
oleh cara yang lebih baik. Oleh sebab itu, tinggalkan cara-cara yang salah agar
negeri ini terhindar dari kutukan Allah swt.
Demi Allah swt.
No comments:
Post a Comment