Thursday, 21 August 2014

Koalisi Merah Putih Bisa Jadi Munafik

oleh TomFinaldin



Bandung, Putera Sang Surya

Indonesia telah melaksanakan sistem politik rendahan, kampungan, terburuk yang namanya demokrasi, dan Pilpres 2014 yang menyedot banyak energi telah usai yang dikukuhkan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan kubu Prabowo-Hatta atau Koalisi Merah Putih. Itu artinya pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang harus bertanggung jawab untuk melayani seluruh rakyat Indonesia dalam lima tahun ke depan. Itu sudah pasti.

Kalaupun ada upaya hukum lain dari Tim Prabowo-Hatta, itu soal lain, soal yang berbeda. Upaya hukum berikutnya bisa dipandang positif, bisa pula negatif. Secara positif, upaya hukum lanjutan bisa merupakan warning atau pelecut bagi penyelenggara Pemilu untuk lebih jujur dan profesional. Secara negatif, hal itu bisa dipandang sebagai kemarahan atas ketidakpuasan serta mengganggu kondusivitas politik bangsa. Baik dipandang positif maupun negatif, upaya hukum lanjutan tidaklah salah untuk dilakukan dan itu merupakan hak setiap warga untuk mengajukannya di samping kewajiban negara untuk menyelesaikannnya secara adil dan bijaksana penuh hikmah.

Hal menarik adalah beberapa saat pasca-keputusan MK yang menolak gugatan Prabowo-Hatta sekaligus melenggangkan Jokowi-JK ke istana, Koalisi Merah Putih tetap pada pandangannya dan menerima keputusan MK dengan perasaan tidak mendapatkan keadilan secara  utuh. Kesediaan untuk menerima keputusan MK walaupun dengan hati berat adalah tindakan terpuji yang patut mendapat acungan jempol. Sikap itu adalah sikap orang-orang cerdas, terpelajar, dan mencintai bangsanya.

Kecerdasan dan kehebatan Koalisi Merah Putih bertambah-tambah dengan menyatakan dirinya solid serta bertekad berada di luar pemerintahan sebagai check and balances, oposisi, kekuatan penyeimbang, dan pengontrol aktif yang konstruktif, tidak destruktif. Kemuliaan sikap Koalisi Merah Putih memaksa saya mengacungkan dua jempol ditambah senyum gembira. Hal itu disebabkan mereka memiliki keyakinan dan idealisme yang tidak bisa ditawar-tawar, kukuh. Apalagi dengan menyandarkan tekad pada ucapan Proklamator RI, “Lebih baik makan gaplek daripada makan bistik, tetapi berada di bawah kekuasaan bangsa lain.”

Akan tetapi, kedahsyatan Koalisi Merah Putih akan jatuh secara drastis menjadi kemunafikan tingkat tinggi manakala pernyataan mereka itu hanya sebuah bentuk kekesalan sesaat akibat dari kekalahan di gedung MK. Kemunafikan itu terjadi jika mereka tidak solid dan mulai memasuki lingkaran pemerintah, kekuasaan. Apapun alasan mereka, bagaimanapun bahasa manis yang akan keluar dari mereka, misalnya, demi bangsa dan negara, untuk persatuan, kepentingan rakyat, tetap saja itu datang dari jiwa yang palsu jika merapat pada pemerintahan Jokowi-JK. Jika itu terjadi, semakin mengukuhkan keyakinan saya beserta orang-orang lain yang sekeyakinan dengan saya bahwa demokrasi itu melahirkan orang-orang munfaik. Ganti saja namanya dengan Koalisi Munafik Berat.

Bukankah tekad solid dan pernyataan berada di luar pemerintahan itu ditandatangani unsur pimpinan dari setiap partai yang berada dalam Koalisi Merah Putih?

Sudah 100% benar solid dan berada di luar pemerintahan. Hal itu di samping memiliki harga diri yang nyata, juga mencintai bangsa dengan tidak mengkhianati para pemilih yang setia.


Kita lihat mereka nanti, jadi munafikkah? Atau terhormatkah?

No comments:

Post a Comment