oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Begitu kata mereka. Pemerintah
Provinsi Jawa Barat menutup sementara Masjid Raya Al Jabbar, Bandung, dalam
pengumuman awalnya mulai 27 Februari s.d. 13 Maret 2023. Hal itu dilakukan
setelah evaluasi beberapa bulan sejak pembukaan untuk penataan, pembersihan,
perbaikan, dan lain sebagainya. Apalagi setelah semua bisa melihat bahwa Masjid
Raya Al Jabbar memiliki daya tarik yang luar biasa. Setiap hari padat
pengunjung, puluhan juta orang sudah bolak-balik ke komplek masjid. Memasuki
bulan Ramadhan, pengunjung diperkirakan akan tambah padat, baik oleh
mereka yang beribadat maupun yang ngabuburit. Hal itu harus dipersiapkan
dengan lebih baik oleh pengurus masjid. Bulan biasa saja penuh, apalagi bulan
Ramadhan, insyaallah makin penuh.
Pengumuman penutupan itu tentu saja membuat para pedagang
dan aktivitas di seputar masjid harus angkat kaki dari sana. Setelah mereka pergi, tampaklah berserakan
sampah di bekas lapak-lapak mereka akibat ulah mereka dan pengunjung juga.
Berserakannya sampah ini membuat kaum nyinyirun memiliki bahan untuk menyinyiri
Masjid Al Jabbar yang kata mereka kotor. Padahal, yang kotor itu bukan di
Masjid Al Jabbar, melainkan jalan di seputar masjid. Di dalam masjidnya sih bersih
dan nyaman kok.
Di luar Masjid Raya Al Jabbar (Foto: Liputan6 com) |
Foto seputar Masjid Al Jabbar yang kotor penuh sampah
saya dapatkan dari Liputan6 com.
Di antara kaum nyinyirun malah ada yang mencoba
menyamakan Masjid Al Jabbar dengan Masjid Ad Dhirar yang dulu dihancurkan Nabi
Muhammad saw. Kata mereka Masjid Ad Dhirar dihancurkan karena tujuannya di luar
untuk ibadat dan memiliki tujuan lain. Akan tetapi, mereka tidak menjelaskan
tujuan lain itu. Mereka takut terbuka fakta yang sebenarnya. Mereka cuma iri
dengan Masjid Raya Al Jabbar dan takut terhadap Ridwan Kamil.
Saya kasih tahu bahwa Masjid Ad Dhirar itu dihancurkan
Nabi Muhammad saw karena dibangun oleh orang-orang munafik dan pendeta Kristen
yang tidak suka terhadap kebijakan-kebijakan Nabi Muhammad saw di Madinah.
Mereka membangun masjid itu untuk memecah belah umat. Adapun Masjid Al Jabbar
tidak dibangun oleh orang munafik atau pendeta Kristen dan tidak untuk memecah
belah umat.
Sampai sini paham, Bro?
Sebetulnya, sudah saya jelaskan berkali-kali bahwa
komplek Masjid Al Jabar itu terdiri atas empat bagian, yaitu tempat ibadat,
museum, danau retensi, dan taman hutan kota. Di masjidnya sendiri dalam arti “tempat
sujud”, tidak kotor, tetap terjaga bersih. Bagian yang kotor adalah di luar
masjid, di bagian alun-alun, taman hutan kota, danau retensi, tempat parkir,
dan jalan di seputarnya, bukan di masjid yang menjadi tempat sujud itu.
Sampah yang menjadi penyebab kekotoran itu tentu saja
harus menjadi tanggung jawab bersama. Bukan hanya petugas kebersihan, melainkan
pula para pedagang, dan masyarakat yang datang ke sana. Jadi, yang kotor itu
bukan masjid, melainkan tempat lain yang menjadi fasilitas pelengkap Masjid
Raya Al Jabbar.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment