Wednesday 1 March 2023

Salah Sorga

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ibu saya berceritera tentang keluarga temannya. Dia mendapatkan Curhat tentang anak perempuan temannya. Kisah itu berawal dari tiba-tiba anaknya mengikuti pengajian-pengajian tidak jelas tempatnya, tidak jelas gurunya, tidak jelas organisasinya. Sejak mengikuti pengajian itu, anaknya sering berdebat dengan orangtuanya. Anaknya menganggap semua kehidupan ini salah, pemerintah kafir, thagut, orang-orang yang berbeda dengan dirinya adalah zalim, munafik, fasik, dan lain sebagainya. Perangai anaknya menjadi berubah dan tidak lagi mampu taat kepada orangtuanya. Bahkan, berani menyalahkan orangtuanya sendiri dan menganggapnya sesat. Tentu saja, orangtuanya pun melayani anaknya, berdebat sesuai dengan pemahaman agama Islam yang mereka pahami.

            Karena terjadi perbedaan paham, tiba-tiba anaknya pergi dan tidak pulang-pulang. Orangtuanya cemas dan mencari kesana-kemari, tetapi tidak berhasil. Anaknya hilang selama hampir tiga bulan. Ketika kedua orangtuanya sudah hampir putus asa dalam kesedihan kehilangan anak, tiba-tiba suatu malam anak perempuan mereka pulang. Kedua orangtuanya senang bukan main. Disayanginya anaknya dengan penuh cinta, diajaknya berbicara dengan lembut, dikasihi sebagaimana anak yang sangat dicintai. Gembira luar biasa kedua orangtuanya. Anak yang dirindukannya itu telah pulang kembali ke tengah keluarga. Kedua orangtuanya kembali bisa tidur dengan bahagia.

            Keesokan paginya, ibunya memeriksa anaknya itu barangkali ada yang dibutuhkan anaknya untuk dia penuhi. Akan tetapi, anaknya tidak ada. Bahkan, bukan hanya anaknya yang hilang, melainkan pula seprai, bantal, gorden, peralatan dapur, sepatu, alat-alat elektronik, perhiasan, dan lain sebagainya. Anaknya pergi lagi dari rumah dengan membawa banyak barang orangtuanya dari rumah. Kedua orangtuanya kaget bukan main sekaligus sedih. Ternyata, anaknya tidak berubah dan memilih taat kepada orang lain yang tidak dikenalnya dengan baik dibandingkan taat kepada orangtuanya sendiri. Anaknya memilih untuk pergi dan hidup bersama dengan kelompoknya yang dianggapnya lebih baik.

            Tiba-tiba kedua orangtuanya teringat terhadap salah satu perdebatan dengan anaknya bahwa karena orangtuanya tidak sama dengan dirinya, berarti kafir dan sesat. Kata anaknya, harta orang kafir itu halal untuk dirampas. Harta yang dirampas atau dirampok dari orang kafir itu adalah untuk jihad dan diyakini akan mendapat ganjaran sorga jika berhasil merampoknya.

            Beginilah kalau salah pengajian. Mereka telah memilih sorga yang salah, sorga yang hanya ada dalam khayalan hasil berdusta dan mengarang sendiri. Padahal, sorga yang sebenarnya ada di rumahnya, ada di kedua orangtuanya, ada di ibunya sendiri. Keluarganyalah yang telah melahirkannya, menjaganya, menghidupinya hingga besar. Sayangnya, guru-guru sesat telah menyesatkannya sehingga Sang Anak meninggalkan pintu dan jalan sorga baginya untuk pergi menempuh jalan yang sesat.

            Berbakti kepada kedua orangtua, terutama ibu adalah jalan sorga. Menyakiti, menelantarkan, apalagi merampok mereka adalah jalan kesesatan iblis, yakini itu. Jangan ikuti pengajian aneh-aneh yang tidak mengajarkan cinta, kasih sayang, dan rasa hormat kepada manusia.

            Sampurasun

No comments:

Post a Comment