Thursday, 20 April 2023

Kalau Pake Pikiran Bahar, Cucu Nabi Muhammad saw Itu Tidak Ada

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Masih ingatkan tulisan saya yang lalu, Bahar bin Smith mengatakan bahwa keturunan wali songo itu tidak ada? Kalaupun ada, itu dari pihak perempuan yang artinya terputus?

            Ucapannya itu jelas menimbulkan kemarahan keturunan para wali di Indonesia. Mereka yang biasanya tenang dan adem bersama masyarakat, tiba-tiba marah dan menunjukkan berbagai bukti bahwa mereka adalah keturunan wali songo dan tidak terputus hanya karena berasal dari pihak ibu atau perempuan. Ada yang mengajak Bahar berkelahi, tes DNA, bahkan memakinya sebagai keturunan Nabi palsu. Jika keributan ini tidak berhenti, Bahar bisa masuk penjara lagi untuk yang ketiga kalinya setelah menganiaya bocah santri dan isi ceramahnya yang mengganggu banyak orang. Dia nggak kapok-kapok kayaknya, malah banyak yang meminta Bahar supaya dites kejiwaannya. Paling tidak, penjaga keturunan Kesultanan Banten sudah mulai berniat untuk membawanya ke ranah hukum.

            Meskipun demikian, ada sisi positifnya celoteh Bahar ini, yaitu mendorong terbukanya penelitian mengenai nasab atau garis keturunan Nabi Muhammad saw di Indonesia. K.H. Imaduddin Utsman Al Bantani sudah memulainya dan menegaskan bahwa mereka yang mengaku-ngaku keturunan Nabi saw belum terbukti secara ilmiah nasabnya, alias hanya mengaku-aku. Kalau mau mempelajari hasil penelitiannya, bisa pelajari sendiri. Tidak mungkin saya menulisnya di sini. Dia bahkan mengatakan bahwa Bani Alawiyin tempat keluarga Bahar tidak terhubung kepada Nabi Muhammad saw, alias terputus.

            Kalau ingin membantah hasil penelitian, bantah lagi dengan penelitian baru yang menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku di seluruh dunia, bukan dengan ceramah-ceramah kasar yang ujung-ujungnya mengkafir-kafirkan orang, menuduh dzalim, memastikan masuk neraka, dan lain sebagainya. Ceramah-ceramah seperti itu hanya membela diri dengan suara keras dan menunjukkan lemahnya ilmu yang dimiliki. Mereka hanya berlindung di balik kekasaran, ilmunya sendiri sangat rendah.

            Sekarang semakin banyak yang bersuara serta mengungkapkan data dan fakta-fakta yang ada. Dalam tulisan kali ini, saya hanya ingin ikut satu saja membantah juga pendapat bodoh Bahar yang mengatakan bahwa keturunan dari pihak ibu itu terputus. Dengan pendapatnya itu, Bahar mengungkapkan bahwa keturunan para wali songo itu tidak ada. Kalaupun ada, itu berasal dari pihak ibu, artinya terputus. Keturunan yang berlanjut itu adalah berasal dari pihak laki-laki atau ayah. Padahal, generasi keturunan wali songo banyak yang berasal dari pihak ayah. Kalaupun hanya dari pihak ibu, itu juga tidak terputus. Keturunan dari ayah dan dari ibu sama saja melanjutkan keturunan ke generasi-generasi berikutnya.


Wali Songo (Foto: kompas.com)

            Menurut Habib Luthfi bin Yahya, pendapat terputusnya keturunan karena berasal dari jalur atau pihak ibu adalah pendapat orang-orang Arab bodoh, makanya disebut Arab Jahiliyah. Arab bodoh yang hidup dalam kebodohan. Kebodohan mereka itu karena selalu mengagungkan laki-laki dibandingkan perempuan. Bahkan, anak perempuan dikubur hingga mati itu salah satunya akibat dari  rasa malu karena tidak bisa diajak perang dan tidak dapat melanjutkan keturunan. Jadi, jelas pendapat itu berasal dari keangkuhan laki-laki yang menganggap kehidupan ini termasuk agama itu diperuntukkan bagi kaum laki-laki. Itu kebodohan yang akut.

            Nabi Muhammad saw sendiri sempat menjadi korban pelecehan, penghinaan, atau pembulian dengan disebut sebagai nabi yang tidak punya keturunan. Hal itu disebabkan keturunannya itu atau cucunya berasal dari anak perempuannya, Siti Fatimah ra. Jelas hal itu menjadi bahan bulian orang-orang Arab bahwa Muhammad saw keturunannya terputus karena berasal dari anak perempuannya, Fatimah ra. Hasan dan Husen adalah berasal dari Fatimah ra yang jelas perempuan dan berasal dari jalur ibu. Kalau mengikuti pendapat Bahar, terputuslah keturunan Nabi saw karena generasi setelahnya berasal dari Fatimah ra yang perempuan itu.

            Aneh bukan?

            Bahar mengaku-aku sebagai keturunan atau cucu Nabi saw, tetapi berpendapat bahwa jalur keturunan dari perempuan atau pihak ibu itu terputus, padahal keturunan Nabi saw itu berasal dari Hasan dan Husen yang merupakan anak dari perempuan, Fatimah ra?

            Kalau dari perempuan terputus, tidak perlu ngaku-ngaku keturunan Nabi saw, kan terputus, iya kan?

            Itu juga kalau memang benar Bahar adalah keturunan Nabi saw.

Ini cacat logika menurut saya.

Bulian atau ejekan orang-orang Arab bodoh itu membuat Nabi Muhammad saw sedih bukan main. Allah swt tahu kesedihan Nabi saw. Oleh sebab itu, Allah swt menurunkan QS Al Kautsar untuk menghibur Nabi Muhammad saw. Baca saja sendiri ayat dan artinya, pendek kok. Dalam surat itu Allah swt menegaskan bahwa Nabi saw sudah diberikan nikmat yang sangat besar dan garis keturunannya tidak terputus meskipun punya cucu dari Fatimah ra. Justru, orang-orang yang membuli Nabi Muhammad saw itulah yang keturunannya terputus.

Turunnya surat Al Kautsar itu merupakan penegasan Allah swt bahwa keturunan dari perempuan itu tidak membuat garis keturunan setelahnya terputus, tetap berlanjut. Jadi, keturunan Nabi saw tidak terputus dan terus berlanjut dari jalur anak perempuannya, Fatimah ra.

Zaman teknologi sekarang malah lebih mudah diterangkan. Manusia itu ada karena adanya pertemuan antara sperma laki-laki dan ovum atau sel telur dari perempuan. Tidak mungkin lahir manusia jika hanya ada sperma laki-laki kalau tanpa ada sel telur dari perempuan, kecuali untuk kasus tertentu misalnya kelahiran Nabi Isa as atau Yesus. Normalnya sih, laki-laki dan perempuan itu memiliki kontribusi yang sama untuk melahirkan seorang manusia. Anak-anaknya, ya anak mereka, bukan hanya anak atau keturunan dari pihak laki-laki atau ayahnya.

Dulu ketika saya masih SMA, sering bercanda tentang asal usul manusia. Asal manusia itu dari ibu, sedangkan ayah itu cuma usul. Kalau usul itu kan suka ngacung, kalau usulannya diterima oleh ibu, terjadilah pertemuan yang menghasilkan keturunan. Artinya, pihak ayah dan pihak ibu sama-sama punya jasa atas kelahiran anak-anaknya.

            Soal ucapan Bahar yang mengatakan keturunan para wali itu terputus adalah salah besar. Hal itu disebabkan keturunan para wali bukan hanya dari jalur ibu, melainkan pula dari jalur ayah. Kalaupun hanya dari jalur ibu, keturunan mereka juga tidak terputus sebagaimana yang ditegaskan Allah swt dan dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.

            Kalau mau berguru atau menganggap seseorang itu guru, dari dulu sudah diberikan arahan bahwa guru itu harus pertama orang yang luas ilmunya, memiliki banyak sumber ilmu. Kedua, kalaupun ilmunya biasa-biasa saja, usianya harus yang sudah sepuh karena usianya yang sudah tua itu berarti sudah memiliki pengalaman hidup yang panjang. Dengan pengalaman hidupnya yang melewati suka, duka, asam, garam, manis, dan pahit itu akan memberikan banyak ilmu untuk generasi setelahnya. Ketiga, guru itu harus wara, bijaksana dan berhati-hati dalam berucap, berperilaku, dan memberikan pengajaran agar tidak merugikan dan mencelakakan murid-muridnya. Pilih guru yang baik dan mengajarkan untuk hidup lebih baik, bukan mengajarkan kerusakkan dan membuat kehidupan menjadi gelisah.

            Maaf kalau tulisan saya salah. Kalau ada yang berbeda pendapat dan harus ada yang dikoreksi, sampaikan saja. Kita bisa berdiskusi dengan baik tanpa harus bertengkar atau bermusuhan.

            Ilustrasi Wali Songo saya dapatkan dari kompas com.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment