Monday, 24 April 2023

Takbir Menyenangkan Mendunia

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kalimat takbir itu adalah “Allahu Akbar”, ‘Allah Mahabesar’. Ada takbir mengesalkan, membuat marah, ada juga takbir yang menyenangkan dan menarik hati.

            Kalimat takbir ini sudah mendunia sejak lama. Banyak orang yang tahu dan hapal, baik orang Islam maupun nonmuslim, baik pendukung Islam maupun anti-Islam.

            Pada puluhan tahun lalu, pasca-keruntuhan Ottoman, takbir ini terkesan mengesalkan, membuat marah, dan mengerikan. Hal ini disebabkan kalimat takbir ini selalu digunakan untuk berperang dan semangat membunuh manusia, padahal dunia sudah berubah. Kekuasaan menjadi lebih tersebar, tidak lagi di tangan satu atau dua penguasa, seperti, kekhalifahan, kekaisaran Romawi, atau Mongolia. Hal ini terus berlanjut hingga tahun-tahun belakangan ini, terutama takbir digunakan oleh para teroris, semacam Isis, Al Qaeda, FSA, Boko Haram, dan lain sebagainya, serta gerakan-gerakan pengacau masyarakat, baik di luar negeri maupun di dalam negeri Indonesia. Penggunaan takbir semacam ini membuat Islam dan kaum muslimin dibuli oleh para anti-Islam sebagai agama pengacau dan terbelakang. Bahkan, beberapa pengamat, habib, gus, dan kiyai mensinyalir bahwa orang-orang yang kerap bertakbir keras-keras tanpa tujuan yang benar, perilakunya kasar dan menyebabkan banyak kaum muslimin murtad karena merasa terintimidasi dan terkekang dalam menjalankan agamanya.

            Sekarang, situasinya mulai berubah, terbalik. Banyak orang yang menyukai takbir, baik muslim maupun nonmuslim. Ramadhan tahun ini telah menggerakkan para santri, aktivis muslim yang menjadi youtuber atau influencer Indonesia membuat konten-konten kreatif dalam menyambut Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia. Mereka mengupload kegiatan dan kreativitas mereka dalam media sosial dengan lagu-lagu rohani yang menghentak dan menyenangkan; kehidupan keluarga yang saling menghormati; budaya sahur, ngabuburit, takjil, buka bersama (iftar), tarawih, hingga hal-hal lucu selama Ramadhan; kebersatuan para pejabat dan masyarakat. Hal ini membuat penduduk dunia ingin tahu Indonesia dengan lebih baik, termasuk pelaksanaan ajaran Islam di Indonesia. Perhatian mereka mulai teralihkan yang biasanya Islam itu identik dengan Arab dan Timur Tengah, kini perhatian mereka mulai terfokus pada Indonesia. Bahkan, orang-orang Timur Tengah pun terheran-heran dan tertarik dengan kehidupan kaum muslimin di Indonesia.

            Selama Ramadhan ini, banyak orang dari berbagai negara yang datang ke Indonesia hanya untuk merasakan atmosfir, getaran, resonansi, atau sensasi menjalankan ibadat shaum dan idul fitri di Indonesia. Ini terjadi bukan hanya pada orang-orang Islam, melainkan pula nonmuslim. Bagi orang Indonesia, aktivitas Ramadhan seperti ini sudah biasa dan memang biasanya begitu. Akan tetapi, bagi orang-orang dari Timur Tengah, Eropa, dan Asia lainnya merupakan hal yang baru. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa di negara mereka “kehilangan” momen-momen menyenangkan seperti di Indonesia.

            Hal ini membuat saya bertanya-tanya, memangnya Ramadhan di negara mereka suasananya bagaimana?

            Sepanjang yang dapat saya ingat, orang-orang asing yang berdatangan ke Indonesia sepanjang Ramadhan ini berasal dari Malaysia, Pakistan, Kanada, Italia, Amerika Serikat, Belanda, Rusia, Inggris, Perancis, Cekoslowakia, Iran, Palestina, Australia, Korea Selatan, Cina, Jepang, dan beberapa negara lainnya. Mereka bukan hanya muslim, melainkan pula nonmuslim. Mereka ikutan membangunkan sahur sambil bernyanyi, mencoba berpuasa, ikutan shalat, berburu takjil, ikut shalawatan, takbiran keliling, ngabuburit, dan lain sebagainya. Orang-orang Islam Indonesia pun tidak mempermasalahkan agama mereka apa, sama-sama saja bergembira. Hal ini bisa dilihat dari chanel-chanel youtube dan instagram mereka. Coba saja cek sendiri.

            Orang-orang nonmuslim dari berbagai negara pun ikut mengucapkan takbir karena mereka merasa senang. Hal ini membuat saya semakin mengerti bahwa para wali di Indonesia itu orang-orang cerdas menggunakan seni dan syair-syair yang menyenangkan untuk mendakwahkan Islam. Orang-orang asing tak lagi memandang bahwa takbir adalah teriakan untuk perang dan membunuh, tetapi untuk mengagungkan Tuhan dan mempererat hubungan di antara manusia.

            Takbir memang bisa digunakan untuk berperang agar mengukuhkan tauhid, menambah semangat, dan menggetarkan musuh. Akan tetapi, itu jika kita sedang terlibat perang.

            Kalau tidak sedang berperang, tidak perlu bertakbir untuk menakuti orang, iya kan?

            Bertakbirlah untuk hal-hal yang menyenangkan sehingga orang lain pun ikut senang.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment