Wednesday, 27 November 2024

Imad-Dedi Runtuhkan para Habib

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sudah menjadi kenyataan dan tidak bisa ditolak bahwa Kiyai Imad telah meruntuhkan keyakinan atas silsilah atau nasab kaum Baalawi yang dianggap menyambung ke Nabi Muhammad saw. Imad dengan tesis ilmiahnya telah menyadarkan banyak sekali orang bahwa Baalawi yang dikenal dengan para habib itu ternyata sama sekali bukan keturunan Nabi Muhammad saw. Hasil penelitian Imad itu tidak mendapatkan bantahan yang setara hingga hari ini. Tak ada tesis atau karya ilmiah yang mengalahkan penelitian Imad, baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri. Para ulama dalam dan luar negeri tak memiliki data, fakta, dan analisis yang tepat untuk membantah Kiyai Imad. Penelitian Imad bagai “snow ball”, ‘bola salju’ yang asalnya kecil menggelinding terus hingga membesar. Hal-hal yang tersisa dari para habib itu hanyalah dongeng-dongeng kesaktian kosong, seperti, menurunkan rantai emas dari langit, bolak-balik 70 kali dalam semalam ke langit, dan mengirim surat ke malaikat Munkar-Nakir supaya tidak disiksa dalam kubur.

            Dedi Mulyadi lebih menjelaskan situasi bahwa para habib itu ternyata tidak ada apa-apanya secara politik, mereka tidak memiliki kekuatan yang hebat. Dedi berulang-ulang menyerang dan menantang mereka dalam berbagai pidato, bahkan semakin sering ketika dalam kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2024. Dedi tidak takut kehilangan suara dari para pecinta habib. Dedi malah menyadarkan rakyat, khususnya Sunda agar bangga dan kembali pada ajaran leluhurnya yang memiliki nilai-nilai keadaban yang tinggi. Meskipun diserang sebagai musyrik, sesat, zalim, kafir, dan sebagainya, Dedi tetap ajeg pada keyakinannya. Dia menyadarkan rakyat agar jangan mau dijajah para pendatang yang membanggakan leluhurnya, lalu ingin dianggap mulia sehingga rakyat harus tunduk, bahkan memberikan hartanya untuk para pendatang itu. Berbagai hasil survey, exit poll, quick count, dan teknik lain dalam menghitung jumlah pemilih dalam Pilkada 2024 menunjukkan bahwa Dedi memuncaki kepercayaan rakyat Jawa Barat di atas 60%. Itu menjelaskan bahwa para habib itu tidak dipercayai rakyat mayoritas muslim Jawa Barat sebagai keturunan Nabi saw. Hal yang lebih menarik adalah Dedi membuat video reels yang menantang siapa pun untuk tidak memilih dirinya, tetapi jangan melarang dirinya untuk menyembah apa pun yang dia yakini. Uniknya, rakyat Jawa Barat ternyata memilih dirinya untuk memimpin Provinsi Jawa Barat.

            Hal-hal yang dilakukan Imad dan Dedi telah meruntuhkan para habib yang dulunya sangat ingin dipuja sebagai keturunan Nabi saw. Jawa Barat yang merupakan wilayah mayoritas para habib telah menunjukkan bahwa para habib itu sama sekali tidak mempengaruhi mereka. Kalaulah diancam kafir, sesat, hingga masuk neraka, rakyat tidak peduli. Rakyat memiliki keyakinannya sendiri. Para habib itu telah runtuh dengan penelitian Kiyai Imad dan perolehan suara Dedi Mulyadi dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2024.

            Sampurasun

Saturday, 16 November 2024

Oleh-Oleh Debat Calon Gubernur Jabar 2024

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ada dua oleh-oleh yang didapatkan setelah menghadiri undangan acara debat Cagub-Cawagub Provinsi Jawa Barat yang diselenggarakan pada 11 November 2024 bertempat di Graha Sanusi Hardjadinata, saya menyebutnya aula Unpad, Dipati Ukur. Itu memang aula universitas yang dulu saya sering menggunakannya ketika masih menjadi mahasiswa Unpad, mungkin juga saya akan menjadi mahasiswa Unpad lagi, insyaallah.

            Oleh-oleh yang pertama jelas biasa seperti kebanyakan orang, yaitu bingkisan yang isinya maskot Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat, buku catatan bersampul kulit, dan gantungan kunci bermotif barcode KPU. Maskot KPU Jabar adalah “Bara”, yaitu harimau berloreng kuning. Ada dua bara, yaitu bara jantan dan bara betina. Bara jantan bernama “Sili”, sedangkan yang betina bernama “Wangi”. Jika digabungkan, maskot KPU Jawa Barat bernama “Siliwangi”, sebagai perlambang keberanian, keteguhan, dan kekuatan yang dipadu oleh ajaran “sili asih, sili asah, sili asuh”; saling menyayangi, saling mencerdaskan, dan saling membimbing.


Oleh-oleh Debat Cagub-Cawagub Jawa Barat 2024


            Oleh-oleh yang kedua adalah sosok pemenang pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Tentu saja, itu berdasarkan hasil analisa saya setelah hadir dalam perdebatan tersebut. Mereka yang berdebat adalah Paslon No. 1 Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina; No. 2 Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja; No. 3 Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie; No. 4 Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan.

            Dari perdebatan tersebut, saya menyaksikan seluruhnya orang-orang cerdas, punya banyak pengetahuan, tak ada yang bodoh. Di samping itu, semua punya banyak program dan cara untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Provinsi Jawa Barat.

            Kalau begitu, siapa pemenangnya?

            Karena semua cerdas dan punya program hebat, rakyat sulit mencari kelemahan daya pikir dan hasil pemikiran mereka. Rakyat tidak akan berlelah-lelah untuk memikirkan siapa yang paling cerdas dan hebat. Rakyat hanya akan melihat, merasakan, untuk selanjutnya memilih sosok yang paling dekat dengan rakyat. Calon gubernur yang sudah dekat dengan rakyat, dianggap telah memberikan manfaat kepada rakyat, terasa langsung kehadirannya oleh rakyat, sosok ini sudah ada secara otomatis dalam hati rakyat. Dialah pemenangnya.

            Sesungguhnya, seluruh pasangan calon memiliki rakyat pendukungnya. Seluruh calon sudah ada dalam hati rakyat. Persoalannya, jumlah pemilih di Jawa Barat ini ada sekitar 35 juta orang. Dari jumlah sebanyak itu, akan terbagi suaranya kepada setiap Paslon. Paslon yang paling sering berdekatan dengan rakyat itulah pemenangnya. Dia yang akan meraih suara terbesar dari 35 juta pemilih.

            Simpan tulisan saya ini. Lalu, buktikan pada hasil pemilihan 27 November 2024.

            Sampurasun.

Saturday, 9 November 2024

Ditinggal Prabowo Dua Minggu, Gibran Ditemani Sang Ayah Mengendalikan Negara

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sekitar dua minggu Presiden RI Prabowo melakukan berbagai kunjungan ke luar negeri. Selama itu pula Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menggantikan posisi Prabowo di dalam negeri sebagai pucuk pimpinan eksekutif. Begitu aturannya.

            Hal yang menarik adalah ketika Presiden Prabowo terbang ke luar negeri, Presiden ke-7 RI Jokowi segera merapat ke Jakarta dengan alasan ingin bermain dengan cucu di mall. Kita masih bisa mengingat bahwa Jokowi pernah mengatakan ingin tidur, istirahat di kediamannya di Solo. Akan tetapi, ketika anaknya, Gibran, ditinggalkan Prabowo untuk beberapa waktu menjalankan tugas negara, Jokowi tidak lantas istirahat di Solo. Dia ke Jakarta mendekat ke Gibran, anak sulungnya.

Jokowi bersama cucu-cucunya (Foto: detikcom)

            Foto Jokowi bermain di mall bersama Jan Ethes dan La Lembah Manah saya dapatkan dari detikcom.

            Seolah-olah Jokowi memonitor, menjaga, dan berada dekat untuk memberikan kekuatan, mem-back up Wakil Presiden dalam menjalankan tugas kepemerintahannya. Dia akan bersegera ada jika anaknya merasakan adanya kesulitan atau membutuhkan arahan dalam mengelola negara. Jokowi ingin memastikan bahwa anaknya tetap dalam koridor visi dan program Presiden Prabowo Subianto.

            Salahkah apa yang dilakukan Jokowi?

            Tak ada yang salah.

            Begitulah seorang ayah yang selalu berusaha memastikan kesuksesan dan kebaikan anaknya. Wajar jika seorang ayah selalu mempersiapkan dirinya untuk membantu anaknya. Wajar juga jika seorang anak mengalami kesulitan, mendekat dan meminta nasihat, bahkan bantuan ayahnya.

            Iya toh?

            Begitulah yang namanya keluarga.

            Saya juga begitu kok. Saya juga seorang ayah. Anak pertama saya sudah menjadi aparatur sipil negara (ASN) dan sudah bisa membiayai dirinya sendiri, bahkan membantu orang lain. Anak kedua saya baru lulus kuliah dan mencoba mendapatkan jalan untuk menapaki masa depannya. Saya tetap memonitor, menjaga, dan membantu mereka. Malah, saya kerap bertanya apakah mereka mengalami kesulitan agar saya bisa membantu mereka jika mereka ingin bantuan. Sampai hari ini juga begitu kok. Tak ada yang salah dengan itu semua.

            Seorang ayah wajar jika terus melindungi anaknya. Demikian pula seorang anak sangat wajar jika merasa letih mendekat kepada orangtuanya untuk mendapatkan kembali kekuatan. It’s oke, normal, malah bagus dalam menguatkan jalinan ikatan keluarga.

            Jokowi dan Gibran adalah ayah dan anak kandung. Bagus sekali jika mereka terus berhubungan saling menguatkan dan saling mengingatkan.

            Sampurasun.