oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Banyak orang menganalisa
kekalahan Ridwan Kamil-Suswono oleh Pramono Anung-Rano Karno disebabkan berbagai
hal. Ada yang menyebutkan bahwa partai-partai pendukung Ridwan Kamil (RK) tidak
solid dan terlalu sibuk untuk mengurus kemenangan di daerah lain; penolakan
oleh pecinta Persija, Jakmania; kurang blusukan; mulai rapat dengan para habib.
Saya merasa tertarik terhadap alasan kekalahan RK yang
dikatakan mulai dekat dengan para habib, bahkan dikabarkan ada semacam
kesepakatan di antara mereka. Sesungguhnya, untuk memahami hal ini diperlukan
upaya survey yang jujur dan jernih sehingga mendapatkan simpulan yang juga
lebih akurat. Harus ada observasi dan wawancara terhadap mereka yang
meninggalkan RK, kemudian memilih yang lain.
Apakah mereka meninggalkan RK karena para habib mulai
merapat ke RK atau karena hal lain?
Sekali lagi, itu perlu survey dan bukan ocehan-ocehan sok
tahu.
Meskipun demikian, memang ada hal menarik yang terjadi. Jauh
sebelum Pilkada 27 November 2024, pasangan RK-Sus selalu berada di posisi
puncak berada di atas pasangan Pram-Doel dalam survey-survey. Akan tetapi, sejak
RK mulai hadir dalam majelis-majelis para habib Jakarta, angkanya menurun
secara bertahap hingga kalah dalam versi hitung cepat.
Beberapa akun media sosial menjelaskan bahwa mereka
awalnya menyukai RK-Sus dan akan memilihnya, tetapi ketika para habib diterima
dengan baik oleh RK untuk mendekat, mereka beralih hati, beralih pilihan. Mereka
sangat tidak menyukai para habib dan melihat bahaya dari para habib, baik
secara agama maupun secara sosial. Mereka memiliki simpulan kilat bahwa RK akan
lebih mengukuhkan posisi para habib di masyarakat dan itu sangat tidak disukai
banyak orang.
Kita
harus maklum bahwa para habib ini sedang tidak disukai mayoritas rakyat
Indonesia. Tandanya bisa kita lihat bahwa kegiatan-kegiatan para habib,
seperti, 212, 411, dan lain sebagainya sudah sangat sepi peminat. Bahkan, Dedi
Mulyadi pemenang Pilkada Jawa Barat mendapat dukungan mayoritas rakyat Jabar
untuk menghentikan perilaku oknum para habib yang dianggap arogan dan
mengganggu masyarakat.
Kalaulah
memang benar kekalahan RK disebabkan kedekatannya dengan para habib,
sesungguhnya RK tidak salah, kesalahannya adalah RK menganggap bahwa seluruh
rakyat memahami yang dia lakukan, padahal rakyat bisa punya pandangan yang berbeda.
RK tidak menjelaskan sikap dirinya menghadiri undangan para habib dan
menjelaskan kehadirannya di lingkungan para habib.
Sebagai
seorang pemimpin, RK sudah benar. Pemimpin itu harus mengayomi, melindungi,
membimbing, melayani, dan mengarahkan seluruh komunitas di dalam kehidupan rakyat.
Para habib itu adalah bagian dari rakyat juga. Mereka juga harus diperlakukan
sama seperti rakyat lainnya. Hak dan kewajiban para habib juga harus dijamin
dan dilindungi sebagaimana rakyat kebanyakan. Tak boleh dipinggirkan sekaligus
tidak boleh diistimewakan, biasa saja. Kalaulah para habib dipandang sebagai
sebuah komunitas yang dianggap mengganggu, itulah kewajiban Ridwan Kamil untuk
membimbing para habib agar bisa berbaur dan bermanfaat bagi masyarakat
Indonesia, khususnya Jakarta.
Meskipun
sekarang ini banyak orang yang tidak menyukai para habib, tidak boleh berlebihan,
jangan menyuarakan mereka untuk diusir ke Yaman misalnya. Para habib juga harus
introspeksi diri karena terlalu membanggakan diri dan leluhurnya hingga
menyakiti rakyat. Tidak semua habib sih, tetapi oknumnya banyak. Itulah
kewajiban Ridwan Kamil untuk membimbing rakyatnya.
Kalaulah
memang benar kekalahan RK disebabkan membuka diri kepada para habib, jelaskan
saja bahwa pemimpin itu harus bertanggung jawab terhadap seluruh komunitas
dalam rakyat. Ridwan Kamil memang tampaknya lupa menjelaskan hal ini kepada
rakyat.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment