Saturday, 30 November 2024

Ridwan Kamil Kalah Gara-Gara Habib?

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Banyak orang menganalisa kekalahan Ridwan Kamil-Suswono oleh Pramono Anung-Rano Karno disebabkan berbagai hal. Ada yang menyebutkan bahwa partai-partai pendukung Ridwan Kamil (RK) tidak solid dan terlalu sibuk untuk mengurus kemenangan di daerah lain; penolakan oleh pecinta Persija, Jakmania; kurang blusukan; mulai rapat dengan para habib.

            Saya merasa tertarik terhadap alasan kekalahan RK yang dikatakan mulai dekat dengan para habib, bahkan dikabarkan ada semacam kesepakatan di antara mereka. Sesungguhnya, untuk memahami hal ini diperlukan upaya survey yang jujur dan jernih sehingga mendapatkan simpulan yang juga lebih akurat. Harus ada observasi dan wawancara terhadap mereka yang meninggalkan RK, kemudian memilih yang lain.

            Apakah mereka meninggalkan RK karena para habib mulai merapat ke RK atau karena hal lain?

            Sekali lagi, itu perlu survey dan bukan ocehan-ocehan sok tahu.

            Meskipun demikian, memang ada hal menarik yang terjadi. Jauh sebelum Pilkada 27 November 2024, pasangan RK-Sus selalu berada di posisi puncak berada di atas pasangan Pram-Doel dalam survey-survey. Akan tetapi, sejak RK mulai hadir dalam majelis-majelis para habib Jakarta, angkanya menurun secara bertahap hingga kalah dalam versi hitung cepat.

            Beberapa akun media sosial menjelaskan bahwa mereka awalnya menyukai RK-Sus dan akan memilihnya, tetapi ketika para habib diterima dengan baik oleh RK untuk mendekat, mereka beralih hati, beralih pilihan. Mereka sangat tidak menyukai para habib dan melihat bahaya dari para habib, baik secara agama maupun secara sosial. Mereka memiliki simpulan kilat bahwa RK akan lebih mengukuhkan posisi para habib di masyarakat dan itu sangat tidak disukai banyak orang.

Kita harus maklum bahwa para habib ini sedang tidak disukai mayoritas rakyat Indonesia. Tandanya bisa kita lihat bahwa kegiatan-kegiatan para habib, seperti, 212, 411, dan lain sebagainya sudah sangat sepi peminat. Bahkan, Dedi Mulyadi pemenang Pilkada Jawa Barat mendapat dukungan mayoritas rakyat Jabar untuk menghentikan perilaku oknum para habib yang dianggap arogan dan mengganggu masyarakat.

Kalaulah memang benar kekalahan RK disebabkan kedekatannya dengan para habib, sesungguhnya RK tidak salah, kesalahannya adalah RK menganggap bahwa seluruh rakyat memahami yang dia lakukan, padahal rakyat bisa punya pandangan yang berbeda. RK tidak menjelaskan sikap dirinya menghadiri undangan para habib dan menjelaskan kehadirannya di lingkungan para habib.

Sebagai seorang pemimpin, RK sudah benar. Pemimpin itu harus mengayomi, melindungi, membimbing, melayani, dan mengarahkan seluruh komunitas di dalam kehidupan rakyat. Para habib itu adalah bagian dari rakyat juga. Mereka juga harus diperlakukan sama seperti rakyat lainnya. Hak dan kewajiban para habib juga harus dijamin dan dilindungi sebagaimana rakyat kebanyakan. Tak boleh dipinggirkan sekaligus tidak boleh diistimewakan, biasa saja. Kalaulah para habib dipandang sebagai sebuah komunitas yang dianggap mengganggu, itulah kewajiban Ridwan Kamil untuk membimbing para habib agar bisa berbaur dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta.

Meskipun sekarang ini banyak orang yang tidak menyukai para habib, tidak boleh berlebihan, jangan menyuarakan mereka untuk diusir ke Yaman misalnya. Para habib juga harus introspeksi diri karena terlalu membanggakan diri dan leluhurnya hingga menyakiti rakyat. Tidak semua habib sih, tetapi oknumnya banyak. Itulah kewajiban Ridwan Kamil untuk membimbing rakyatnya.

Kalaulah memang benar kekalahan RK disebabkan membuka diri kepada para habib, jelaskan saja bahwa pemimpin itu harus bertanggung jawab terhadap seluruh komunitas dalam rakyat. Ridwan Kamil memang tampaknya lupa menjelaskan hal ini kepada rakyat.

Sampurasun

No comments:

Post a Comment