oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kemenangan mutlak Dedi
Mulyadi dalam Pilkada 2024 Provinsi Jawa Barat lumayan meributkan media sosial.
Ada yang bersuara menggunakan ilmu pengetahuan, ada juga yang bersuara
menggunakan kebodohan.
Dedi Mulyadi yang dipandang sebagai pemegang teguh ajaran
Sunda Wiwitan dianggap telah mengalahkan Islam di Jawa Barat. Sungguh, saya
pastikan orang yang berpendapat seperti adalah orang yang tidak memahami Islam
dan sangat tidak memahami Sunda Wiwitan.
Panjang sebenarnya kalau menulis hal ini, bisa
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Akan tetapi, sedikit saja saya jelaskan
bahwa Sunda Wiwitan itu adalah sistem sosial yang digunakan leluhur Sunda dalam
mengatur masyarakat, termasuk di dalamnya ada keyakinan yang monoteisme atau “bertuhan
tunggal”. Oleh sebab itu, orang Sunda mudah sekali menerima Islam sebagai agama
karena memiliki getaran yang sama dengan Sunda Wiwitan.
Beberapa raja Sunda mencoba mengabadikan
ajaran-ajaran Sunda Wiwitan dalam berbagai bentuk tulisan. Misalnya,
sebagaimana yang direkam oleh “Prabu Munding Laya bin Gajah Agung bin
Cakrabuana bin Aji Putih, Raja Sumedang Larang”.
“Dina
Agama Sunda Wiwitan, aya anu unina kieu, ‘Nya inyana anu muhung di ayana, aya
tanpa rupa, aya tanpa waruga, hanteu ka ambeu-ambeu acan, tapi wasa maha kawasa
di sagala karep inyana’.”
Artinya.
“Dalam
Agama Sunda Wiwitan, ada ajaran seperti ini, ‘Dia-lah Yang Mahaagung dalam
keberadaan-Nya, ada tanpa kelihatan rupa-Nya, ada tanpa kelihatan wujud-Nya,
tidak tercium keberadaan-Nya, tetapi berkuasa yang kemahakuasaan-Nya adalah
sesuai dengan kehendak-Nya’.”
Itu satu kalimat dari Sunda Wiwitan yang pernah saya baca
naskahnya. Kalau penasaran, nanti saya tambah lagi. Sayangnya, saya lupa
menulis sumber naskahnya karena dulu saya kurang menganggap penting sumber
tulisan, hanya mementingkan redaksinya. Insyaalah,
kalau saya temukan sumbernya, saya share lagi.
Pertanyaannya, adakah dari satu kalimat Sunda Wiwitan
tadi yang bertentangan dengan ajaran Islam?
Kalau ada, kasih tahu saya. Sangat senang saya
mendiskusikannya. Kalau tidak ada, kalimat itu tidak bertentangan dengan Islam.
Jadi, tidak benar Sunda Wiwitan mengalahkan Islam.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment