Sunday, 8 December 2024

Sesembahan Orang Sunda

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera sang Surya

Karena banyak orang yang sok tahu tentang Islam dan Sunda Wiwitan, lalu menyesatkan banyak orang dengan kata-kata mereka dan tulisan mereka, saya jadi memaksakan diri untuk memeriksa catatan saya sekitar tujuh atau sepuluh tahun lalu. Saya pernah membaca dan merekam beberapa naskah tentang Sunda Wiwitan. Saya pastikan orang yang mengatakan bahwa orang Sunda pada zaman dahulu adalah penyembah pohon, batu, gunung, jin, atau patung, orang itu sudah pasti bodoh, sok tahu, dan berbicara, berpendapat, atau menulis hanya berdasarkan dugaan atau sangkaan belaka, tanpa ilmu. Celakanya, dugaan atau sangkaan itu dianggap sebagai kebenaran yang menghasilkan pemahaman dan perilaku yang salah. Orang Sunda sesungguhnya dari dulu sampai hari ini menyembah hanya satu hal, tidak berubah. Dulu menyembah “itu”, sekarang pun tetap menyembah “itu”. Perhatikan kalimat dari Sunda Wiwitan berikut ini.

            “Hyang tunggal anu Maha Luhung; satemenna tujuan utama manusa sembah Hyang; henteu boga anak henteu boga dulur; boga baraya jeung batur ogé henteu di jagat jeung ieu alam; anu pangunggulna dina sagala rupa hal; hung, tah éta téh nu ngagem bebeneran sajati, ahung.”

            Artinya.

            “Tuhan Tunggal Yang Mahaagung. Sesungguhnya, Dia-lah yang sebenarnya tujuan penyembahan manusia, tidak punya anak dan tidak punya saudara, punya kerabat dan teman juga tidak di seluruh jagat dan seluruh alam ini. Dia yang paling unggul dalam segala rupa hal. Hung! Itulah agama pegangan kebenaran yang sejati. Ahung!”

            Nah, Zat itulah yang disembah orang Sunda dari dulu sampai hari ini, tidak berubah. Sesuatu dengan kriteria itulah yang disembah orang Sunda hingga detik ini.

            Sekarang paham?

            Jadi, berhenti mendengarkan orang-orang bodoh dan sok tahu yang tidak punya pengetahuan. Berhati-hati dalam berpendapat, beropini, atau berfatwa jika belum memahami dengan benar apa yang sedang dibicarakan.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment