oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Semua sepakat bahwa apa yang
dilakukan Gus Miftah kepada Sunhaji, pedagang es teh dari Magelang adalah
keburukan meskipun disampaikan dengan cara bercanda, olok-olok yang niatnya
hanya menyegarkan suasana. Sunhaji hanya dijadikan sebagai objek untuk menerangkan
bahwa yang memberikan rezeki itu adalah Allah swt.
Kesalahan yang dilakukan Gus Miftah mudah saja dilakukan
oleh orang lain, terutama orang yang bekerja atau yang aktivitasnya banyak
berbicara, seperti, saya yang punya ribuan murid, para guru, para dosen, para
ustadz, mentor, pembina, trainer, dan lain sebagainya. Bisa saja kita pun
pernah melukai orang lain dengan kata-kata, baik sengaja ataupun tidak,
bercanda ataupun serius.
Gus Miftah malah punya keuntungan besar karena ditegur
Allah swt secara cepat melalui bulian, hujatan, dan makian rakyat Indonesia.
Dengan demikian, dia bisa segera cepat memperbaiki diri. Tampaknya, Miftah pun
memperbaiki dirinya. Dia meminta maaf secara langsung kepada Sunhaji,
menjanjikannya umrah, dan menggelar pengajian di sekitar tempat tinggalnya. Di
samping itu, Presiden RI Prabowo Subianto pun memberikan modal usaha buat
Sunhaji karena Miftah sekarang adalah bagian dari dirinya, bagian dari istana
yang ditugasi untuk mengurus hal-hal khusus yang berkaitan dengan kerukunan
hidup umat beragama serta fasilitas beragama. Tambahan pula, banyak orang yang
bersimpati kepada Sunhaji dan dengan dermawan memberikan banyak bantuan.
 |
Sunhaji dan Miftah (Foto: ANTARA Jateng) |
Abah Miftah sudah mendapatkan banyak hukuman dari
masyarakat selama berhari-hari. Saya pikir sudah cukup masyarakat memberikan
peringatan kepadanya. Dia mungkin akan memperbaiki dirinya. Hal itu pun menjadi
keuntungan bagi kita karena kita bisa belajar dari kesalahan dirinya dan tidak
perlu melakukan hal yang serupa. Miftah sudah mulai membenahi dirinya. Kita
masyarakat tidak perlu terus-menerus membulinya. Kalau kita terus-menerus
membencinya, mungkin ada yang salah dalam diri kita. Bisa jadi hidup kita
banyak masalah, banyak penderitaan, kekecewaan, dan kegagalan yang kemudian
dilampiaskan dengan membuli, menghujat, dan memaki orang lain.
Kemarahan kita akan menjadi pahala jika diniatkan untuk
memperbaiki Miftah agar bisa menjadi gus yang lebih bermanfaat dan tidak
berlebihan. Akan tetapi, kemarahan kita akan menjadi dosa dan membuat diri kita
buruk jika hanya untuk mengumbar kebencian dan berlebihan.
Mereka yang sangat marah kepada Miftah saya perhatikan
sangat banyak dari para antihabib. Memang Miftah tampaknya masih berat untuk
mengakui bahwa para habib bukanlah keturunan Nabi Muhammad saw. Dia masih
membela habib meskipun tidak punya bukti karena katanya dirinya adalah murid
dari Abah Luthfi atau yang dikenal Luthfi bin Yahya. Memang berat untuk
mengakui bahwa kenyataannya gurunya yang dia hormati tidak tersambung nasabnya
ke Nabi saw. Miftah punya masalah dengan dirinya soal hal itu.
Soal
ejekan atau olokan kepada Sunhaji adalah hal yang berbeda dengan urusan nasab
para habib. Olokan kepada Sunhaji adalah masalah adab, sedangkan soal nasab
para habib yang justru kabarnya secara DNA tersambung ke Yahudi Israel adalah
masalah ilmu pengetahuan. Jangan dihubung-hubungkan karena itu adalah dua
persoalan yang berbeda.
Gus Miftah sudah memperbaiki diri, tinggal
kita juga sekarang harus menjaga diri.
Foto
Sunhaji dan Miftah saya dapatkan dari ANTARA Jateng.
Sampurasun