oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Banyak orang
sudah sangat kesal dan letih dengan kepemimpinan Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono. Berbagai isu digunakan untuk menjelaskan kelemahan kepemimpinan SBY,
mulai ketimpangan ekonomi, ketidakpastian hukum, ketidakadilan tanah,
pemanfaatan sumber daya alam yang dinikmati pihak asing, dan lain sebagainya.
Rencana kenaikan harga BBM menjadi pemicu atau akumulasi dari kekesalan banyak orang
mengakibatkan demonstrasi dan aksi protes di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Teramat banyak orang yang gemas dan gereget ingin menjatuhkan SBY.
Keinginan menjatuhkan SBY itu sebenarnya
adalah keinginan sepele, kecil, rendah, dan tidak menyelesaikan masalah.
Bahkan, akan menimbulkan masalah baru. Buat apa menjatuhkan SBY? Kalau SBY
jatuh, mengundurkan diri, atau menghilang tiba-tiba, kemudian siapa
penggantinya?
Sesungguhnya, siapa pun yang
menggantikan SBY akan sangat sulit dalam memimpin Indonesia. Hal itu disebabkan
kita masih menggunakan sistem politik Anjing Buduk yang bernama Demokrasi.
Siapa pun orangnya akan selalu tersandera berbagai kepentingan karena dalam
demokrasi itu dipenuhi berbagai tawar-menawar dan hutang janji proyek, balas
budi, ataupun penguasaan sektor-sektor politik dan ekonomi di Indonesia.
Korupsi pun akan tetap terjadi, bahkan mungkin akan semakin semarak memperkaya
para bajingan tengik. Rakyat hanya akan menonton pergantian pemimpin tanpa mengalami
perubahan berarti.
Yang harus kita lakukan adalah
mengganti sistem politik kutu kupret yang sekarang ini dengan sistem politik
baru sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia yang dianugerahi Allah swt dengan
berbagai kelebihan. Sistem politik Indonesia yang baru harus membebaskan
orang-orang hebat di negeri ini dari berbagai hutang budi, hutang balas jasa, hutang
proyek, hutang politik, dan rupa-rupa hutang yang melilit mempersulit para
pemimpin untuk mengabdikan diri membangun bangsa mencapai cita-cita
nasionalnya.
Sumpah demi Allah swt, upaya menjatuhkan
SBY adalah kegiatan yang kurang kerjaan. Hal itu disebabkan musuh rakyat itu
bukan SBY, bukan pemerintah, bahkan bukan satu orang Indonesia pun. Musuh kita
itu adalah sistem politik yang penuh kejahatan seperti sekarang ini. Sungguh,
orang Indonesia itu dilahirkan untuk kebaikan. Tak seorang ibu pun yang melahirkan
anaknya di Indonesia ini berharap bayinya untuk melakukan keburukan kelak.
Orang-orang Indonesia yang penuh kebaikan ini sesungguhnya saat ini terpenjara,
tersandera, dan terikat oleh sistem politik hina yang membuat orang-orang jadi kacau, berpikiran
sempit, dan menumbuhkan pertengkaran.
Percuma menjatuhkan SBY! Ganti
sistem politik! Mulai lagi dari awal! Kita restart
Indonesia, kemudian kita install
ulang dengan berbagai program-program fresh
yang mampu menjalankan program untuk mencapai cita-cita nasional Indonesia
sebagaimana tertera dalam Preambul UUD 1945!
Revolusi Belum Selesai, Bung!
Bukan revolusi fisik! Memangnya mau
berantem sama siapa? Mau berkelahi sesama bangsa sendiri? Mau saling bunuh
sesama penduduk asli dari Sabang sampai
Merauke? Kalau bertarung sesama bangsa sendiri, kita adalah orang-orang
brengsek yang tertipu sistem politik brengsek!
Revolusi yang harus dilakukan adalah
revolusi pikiran dan sikap! Jauhi itu demokrasi, kosongkan TPS-TPS (Tempat
Pemungutan Suara) di setiap tingkatan dalam pemilihan apa pun, baik itu Pileg,
Pilpret, ataupun Pemilihan Kadal!
Lakukan dengan damai penuh pengajaran dan cinta
karena itu adalah hak kita untuk tidak memilih serta kewajiban kita untuk
memperbaiki keadaan sekaligus bakti kita dalam mengamalkan ilmu pengetahuan!
TPS kosong, demokrasi bangkrut, ruh Pancasila pun bangkit!
Insyaallah. Demi Allah swt. Bissmillaahi
Allahu Akbar!
No comments:
Post a Comment