oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Beritanya sudah ada dua hari
yang lalu. Seorang mahasiswa yang diduga Warga Negara Indonesia (WNI)
diprovokasi pria bule asal Amerika Serikat (AS) dengan kata-kata rasis dan
ancaman. Awalnya mahasiswa WNI itu menghindari perselisihan. Akan tetapi,
karena dikejar terus, akhirnya perkelahian pun tidak terhindarkan. Akhirnya,
pria bule AS itu jatuh terkapar di aspal. Hal yang unik adalah ketika Si Bule
itu jatuh, mahasiswa WNI itu menolongnya agar sadar dan bisa terduduk. Itulah
yang menjadi dugaan bahwa mahasiswa yang menghajar pria bule rasis AS itu berasal
dari Indonesia. Saya mendapatkan video tersebut berasal dari https://www.youtube.com/watch?v=TIOVf17aJMM
dalam video tersebut lebih lengkap.
Sayangnya, hingga saya menulis ini belum ada konfirmasi,
baik dari Duta Besar Indonesia di AS, maupun dari Kementerian Luar Negeri RI
bahwa mahasiswa yang mengkaparkan pria AS itu adalah benar-benar mahasiswa
Indonesia, bukan dari negara lain. Informasi ini menjadi sangat penting agar
mahasiswa Indonesia yang belajar di AS lebih berhati-hati dengan
manusia-manusia rasis semacam itu yang menganggap dirinya manusia terbaik di
dunia.
Orang-orang rasis itu memang menjengkelkan. Saya juga
sebagai orang Indonesia pernah dikata-katain dan diejek oleh orang-orang rasis.
Saya pernah dikatain bahwa saya bukan manusia, melainkan setengah manusia dan
setengah binatang. Hal itu disebabkan orang-orang rasis selalu berpegang pada “Teori Darwin” yang menjelaskan bahwa
manusia itu berasal dari monyet. Begitulah sederhananya Teori Darwin. Monyet berubah menjadi manusia itu melalui berbagai
bentuk dan mengalami perubahan warna kulit serta tinggi badan. Bangsa-bangsa di
dunia ini banyak yang belum menjadi manusia sempurna. Mereka yang telah sempurna
adalah manusia yang berkulit putih. Adapun manusia seperti saya ini dan banyak
bangsa di dunia masih menjalani proses menuju manusia. Itulah sebabnya saya
disebut setengah manusia dan setengah binatang karena saya orang Indonesia
berkulit sawo matang.
Daripada adu jotos mendingan adu ilmu. Meruntuhkan Teori
Darwin itu mudah, hal yang susah adalah menurunkan egoisme para rasis. Meskipun
secara ilmu sudah dikalahkan, egoisme mereka mengundang kita untuk adu jotos.
Perlu kesabaran tingkat tinggi. Dalam video tersebut memang terpaksa adu jotos,
tak ada jalan lain.
Meskipun demikian, para rasis itu sekarang jumlahnya
sudah turun drastis, baik karena kematian, kehancuran organisasinya, maupun
kesadaran mereka sendiri bahwa pikiran mereka adalah salah. Mudah-mudahan kita
tidak menjadi rasis dan menolak rasisme karena kita semua diciptakan Allah swt
dengan penuh cinta, berbangsa-bangsa untuk saling belajar dalam hidup dan
kehidupan ini.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment