oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Presiden pujaaan umat ini,
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mepet terus dan menggelayut terus ke
Presiden Indonesia Jokowi. Ini terjadi di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di King Abdulaziz
International Convention Center (KAICC), Riyadh, Arab Saudi pada Sabtu
(11/11/2023). Foto mereka saya dapatkan dari riauone com.
Erdogan dan Jokowi (Foto: riauone.com) |
Hal ini mudah dipahami sebenarnya. Negara-negara Arab dan anggota OKI tampaknya sudah mulai kebingungan karena sampai hari ini upaya mereka tidak juga membuahkan hasil dalam menyelesaikan sengkarut antara Israel dan Palestina. Kalau dilihat-lihat, memang kejadiannya selalu begitu: perang, penghancuran, dan pembunuhan demi pembunuhan. Erdogan yang selalu lantang dan keras dalam membela kepentingan dunia Islam pun, hasilnya belum kelihatan dalam urusan Palestina dan Israel ini. Dunia Islam perlu format baru, cara baru dalam mengatasi masalah ini.
Jokowi
dan nenek bertubuh pendek pemberani yang dipercaya Jokowi untuk menjadi menjadi
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi telah menggetarkan PBB dan sidang-sidang
OKI. Jokowi dan Retno adalah yang paling logis dan keras bersuara dalam
menyelesaikan kekacauan di Timur Tengah ini. Mereka ingin perang dihentikan dan
upaya pendudukan oleh Israel ke Palestina pun dihentikan. Pendudukan adalah
masalah utamanya dan perang tidak akan pernah berhenti jika pendudukan masih
dilakukan.
Jokowi dan Erdogan (Foto: riauone.com) |
Kalau diperhatikan, Jokowi lebih keras dibandingkan Erdogan dalam bersikap terhadap Israel. Erdogan itu masih mau berhubungan dengan Israel, sedangkan Jokowi tidak pernah mau untuk berbicara dengan Israel dan Indonesia tetap konsisten tidak mau berhubungan dengan Israel selama mereka masih menduduki Palestina. Jadi, wajar jika Erdogan terus mendekat ke Jokowi untuk menitipkan keinginan dan pesannya dalam menyelesaikan konflik Palestina Vs Israel. Akhirnya, memang 57 pemimpin negara Islam menunjuk Jokowi untuk menjadi juru damai dan juru bicara mereka dalam bernegosiasi dengan Amerika Serikat untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Palestina.
Kita
memang butuh solusi yang bukan hanya perang untuk menyelesaikan hal tersebut.
Toh, perang tidak pernah berhenti dan selalu merugikan semuanya.
No comments:
Post a Comment