oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Hampir di seluruh instansi,
baik swasta maupun negeri, biasanya gaji, honor, maupun bonus, selalu diberikan
setelah kita bekerja. Artinya, kita harus melakukan dulu serangkaian aktivitas
yang dikehendaki oleh atasan kita, kemudian kita berhak meminta atau memohon
upah atas kerja yang kita lakukan. Sangatlah aneh jika ada seseorang atau
sekelompok orang yang protes meminta haknya diberikan, tetapi tidak dapat
menunjukkan hasil kerjanya. Ia tidak akan pernah mendapatkan apa yang dia
inginkan sebelum bekerja dengan baik. Bekerja dengan baik adalah syarat utama
untuk mendapatkan upah dan tetap bertahan dalam pekerjaan tersebut. Jika tidak
bekerja dengan baik atau bekerja tidak sesuai instruksi, ia bisa tidak
mendapatkan honor atau bahkan diberhentikan dari pekerjaan tersebut.
Demikian pula seharusnya kita bersikap kepada Allah swt.
Kita harus menunjukkan diri terlebih dahulu sebagai hamba yang baik, taat, dan
tahan uji agar Allah swt mengasihi kita, melindungi kita, memberikan jalan
keluar bagi kita dari berbagai kesulitan, dan membimbing kita ke jalan yang Dia
inginkan.
Begitulah
etika yang harus dilakukan jika kita mengharapkan sesuatu dari Allah swt
sebagaimana firman Allah swt dalam Al Quran Surat Al Fatihah ayat 5:
“Hanya kepada Engkaulah kami mengabdi
dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan.”
Ayat
tersebut menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya kita harus mengabdi dulu
kepada Allah swt, baru meminta pertolongan. Kita harus menunjukkan sepenuh jiwa
raga bahwa hanya Allah swt yang kita sembah, yang kita agungkan, yang kita
abdi, bukan yang lain. Kita harus jelas secara lahir dan batin bahwa Allah swt
sajalah yang menjadi tujuan serta zat yang kita takuti dan kita taati. Kita
tidak boleh taat kepada siapa pun, kecuali Allah swt. Setelah kita menunjukkan
diri sebagai hamba sejati Allah swt, baru kita pantas untuk meminta pertolongan
Allah swt.
Yang
harus diingat adalah Allah swt pemilik segalanya dan berkuasa atas segala
sesuatu. Artinya, Allah swt adalah Zat yang seharusnya paling ditakuti dan
dipatuhi. Segala sesuatu yang bertentangan dengan Allah swt harus pula menjadi
musuh kita dan kita tidak boleh berada di dalam kubangan para penentang Allah
swt.
Sangatlah
tidak etis jika kita hidup jauh dari tuntunan Allah swt, bahkan berada dalam
kubangan lumpur kesesatan, tetapi ketika kita ditimpa musibah atau menginginkan
sesuatu, tiba-tiba kita memohon kepada Allah swt. Kita pasti tidak berani
meminta uang atau gaji kepada seorang direktur yang tidak kita kenal dan kita
tidak pernah bekerja padanya.
Akan
tetapi, mengapa kita berani meminta kepada Allah swt tanpa menunjukkan
kepatuhan kita secara nyata kepada Allah swt?
Tidak
tahu malukah kita?
Yang
lebih parah adalah menuding Allah swt sebagai tidak adil jika tidak mengabulkan
permohonan kita. Lebih jauh lagi adalah menganggap bahwa doa itu sama sekali
tidak berguna karena keinginan kita tidak dipenuhi Allah swt.
Memangnya
Allah swt adalah Koordinator Pengadaan
Barang dan Jasa?
Memangnya
Allah swt adalah Penjaga Gudang Barang dan Jasa?
Terlalu
banyak orang yang telah merendahkan Allah swt dengan cara memohon tanpa
menunjukkan bukti diri sebagai orang yang taat kepada-Nya.
Benar
sekali Allah swt memiliki segalanya serta menjaga dan memelihara segala
milik-Nya, baik di Bumi maupun di langit, baik yang tampak maupun yang gaib.
Oleh sebab itu, kita harus menunjukkan diri sebagai pribadi-pribadi yang pantas
mendapatkan pertolongan dan rahmat Allah swt.
Allah
swt Menjerumuskan Manusia ke Lembah Kesulitan
Sering pula Allah swt
menjerumuskan hamba-Nya ke dalam lembah kesulitan dan penderitaan yang
seolah-olah tak berakhir. Allah swt membiarkannya dalam kesengsaraan dan
kepedihan mendalam. Itu artinya Allah swt sedang menguji dan membersihkan diri
seseorang dari berbagai dosa dan kekotoran hidup.
Allah
swt benar-benar menyaksikan orang-orang yang dijerumuskan-Nya dalam kehinaan
dan mengujinya, apakah benar-benar beriman serta kembali kepada-Nya ataukah
akan mengambil jalan pintas yang teramat buruk dan menyesatkan?
Jika
orang-orang itu tetap beriman dan kembali kepada Allah swt, kemudian dengan
sangat lirih mengakui berbagai dosa yang telah diperbuatnya serta menangis
memohon pertolongan Allah swt dengan kata-kata permohonan yang tulus penuh
mutiara hikmah, Allah swt senang kepada orang itu dan membanggakannya di hadapan
para malaikat. Sungguh, Allah swt kerap menjebak manusia dalam lembah
kesengsaraan agar mereka menggunakan lidahnya dengan bersih untuk memohon
ampun, mengagungkan Allah swt, dan meminta dengan kepasrahan untuk segera
dilepaskan dari kesulitan yang sedang dideritanya.
Menurut
Syekh Abdul Qadir Jaelani, manusia
itu tidak akan pasrah kepada Allah swt jika masih ada sesuatu yang lain yang
bisa menolong dirinya. Orang itu tidak akan pernah benar-benar tunduk kepada
Allah swt jika masih ada orang lain atau sesuatu yang lain yang menjadi
andalannya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Akan tetapi, ketika tidak
ada seorang pun atau sesuatu pun yang mampu menolong dirinya, ia mulai menyadari
bahwa hanya Allah swt yang mampu menyelamatkan dirinya.
Ketika
ditimpa kesulitan, biasanya manusia berusaha dengan dirinya sendiri. Ketika
dirinya tidak mampu menyelesaikannya, dia meminta pertolongan kepada orang
banyak, orang yang lebih kuat, atau orang yang punya kekuasaan atas banyak hal.
Ia akan sangat mengharapkan pertolongan mereka. Tak letih ia mondar-mandir,
menunggu berjam-jam, berhari-hari hanya untuk merayu dan mengemis rasa kasihan
dari orang-orang yang dianggap lebih berkuasa atas dirinya. Akan tetapi, ketika
orang-orang itu tidak dapat memberikan pertolongan dan terlepas dari dirinya,
ia mulai mencari hal-hal lain yang dapat menyelamatkan dirinya. Ia akan
berpayah-payah mencari jalan keluar dari kesedihan dan kebingungan yang
menimpanya. Ketika tak ada sesuatu pun atau seorang pun yang dapat dijadikan
penolong bagi dirinya, ia mulai kecewa teramat berat, sedih tiada terkira,
bingung bukan kepalang. Ia benar-benar merasa putus dari sekelilingnya, tak ada
lagi yang bisa diharapkan. Benar-benar dia putus asa. Allah swt memang sedang
benar-benar meremukan dirinya. Hancurlah dirinya, terhina sampai ke
dasar-dasarnya.
Ia
sudah sangat putus asa. Ia berulang-ulang berdoa kepada Allah swt dengan
kalimat-kalimat yang menyedihkan dan penuh keputusasaan. Ia benar-benar sangat
mengharapkan Allah swt. Akan tetapi, sayang seribu sayang, Allah swt tetap
membiarkannya dalam keadaan tanpa harapan. Allah swt membenamkannya dalam
lumpur kehinaan. Doa-doa yang dipanjatkannya tak kunjung terkabul karena memang
Allah swt tidak mengabulkannya.
Ketika
semua sudah tak bisa lagi diharapkan dan Allah swt seolah-olah membiarkan
doa-doanya hangus dan hancur menjadi serpihan-serpihan tak berguna yang ditiup
angin terbuang ke segala arah, ia kemudian hanya bertumpu pada ruhnya. Ia kini
hidup bagai bola sepak yang ditendang ke sana kemari oleh para pemain bola
tanpa bisa melakukan apa pun karena sudah terlalu letih. Ia sudah bagai jenazah
di tangan orang-orang yang memandikannya. Ia sudah tak ada lagi upaya untuk
melakukan sesuatu bagai mayat yang dibolak-balikan oleh orang yang
memandikannya.
Sungguh
ia sedang diuji. Dalam keadaan terkapar penuh derita, ia bisa memilih antara
kesesatan dan Allah swt. Jika dia memilih kesesatan, Allah swt akan
membiarkannya terombang-ambing dalam lautan kebingungan tanpa petunjuk hingga
akhir hayatnya jika Allah swt tidak memberikannya pertolongan dan berakhir
dalam neraka. Akan tetapi, jika dia memilih kebenaran, Allah swt mulai
menjanjikannya dengan berbagai harapan-harapan. Perlahan namun pasti, Allah swt
mulai membasuh luka-lukanya, menghangati lagi tubuhnya dari dinginnya
kesengsaraan. Allah swt memperlakukannya bagai bayi yang baru lahir. Bayi itu
menangis atau tidak, Sang Ibu tetap menyusuinya. Artinya, berdoa ataupun tidak
Allah swt akan memberikan rahmatnya. Allah swt mulai menyembuhkannya dari
segala kesusahan dan diberinya jalan keluar dari berbagai kesulitan.
Kondisi
ini adalah kondisi terbaru bagi dirinya. Dia sudah sangat diperhatikan Allah
swt. Jika Allah swt mulai lagi memberinya banyak kemudahan, lalu dia terlena
lagi dengan kemudahan itu, Allah swt mengancamnya lagi dan mulai lagi
menghancurkannnya seremuk-remuknya. Kemudian, jika dia kembali sadar dengan
cepat, Allah swt pun memudahkannya lagi. Dalam keadaan sulit, ia tetap
diberikan harapan. Dalam keadaan penuh dengan kemudahan, ia tetap berada dalam
ancaman Allah swt.
Allah
swt memperlakukannya demikian karena menginginkan dia melakukan pengabdian yang
utuh kepada-Nya agar Allah swt mengujinya. Kemudian jika dia berhasil, Allah
swt tetap bersamanya. Jika dia gagal, tersesatlah dalam kehampaan hidup.
Mulailah
menunjukkan diri sebagai pengabdi sejati Allah swt dan ingkari seluruh hal yang
menjauhkan diri dari Allah swt.
Mudah-mudahan
Allah swt selalu melindungi dan memberikan petunjuk kepada kita semua.
Amin.
No comments:
Post a Comment