Friday, 5 June 2015

Mengabdi Dulu Baru Meminta



oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Hampir di seluruh instansi, baik swasta maupun negeri, biasanya gaji, honor, maupun bonus, selalu diberikan setelah kita bekerja. Artinya, kita harus melakukan dulu serangkaian aktivitas yang dikehendaki oleh atasan kita, kemudian kita berhak meminta atau memohon upah atas kerja yang kita lakukan. Sangatlah aneh jika ada seseorang atau sekelompok orang yang protes meminta haknya diberikan, tetapi tidak dapat menunjukkan hasil kerjanya. Ia tidak akan pernah mendapatkan apa yang dia inginkan sebelum bekerja dengan baik. Bekerja dengan baik adalah syarat utama untuk mendapatkan upah dan tetap bertahan dalam pekerjaan tersebut. Jika tidak bekerja dengan baik atau bekerja tidak sesuai instruksi, ia bisa tidak mendapatkan honor atau bahkan diberhentikan dari pekerjaan tersebut.

            Demikian pula seharusnya kita bersikap kepada Allah swt. Kita harus menunjukkan diri terlebih dahulu sebagai hamba yang baik, taat, dan tahan uji agar Allah swt mengasihi kita, melindungi kita, memberikan jalan keluar bagi kita dari berbagai kesulitan, dan membimbing kita ke jalan yang Dia inginkan. 

Begitulah etika yang harus dilakukan jika kita mengharapkan sesuatu dari Allah swt sebagaimana firman Allah swt dalam Al Quran Surat Al Fatihah ayat 5:

“Hanya kepada Engkaulah kami mengabdi dan  hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.”

Ayat tersebut menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya kita harus mengabdi dulu kepada Allah swt, baru meminta pertolongan. Kita harus menunjukkan sepenuh jiwa raga bahwa hanya Allah swt yang kita sembah, yang kita agungkan, yang kita abdi, bukan yang lain. Kita harus jelas secara lahir dan batin bahwa Allah swt sajalah yang menjadi tujuan serta zat yang kita takuti dan kita taati. Kita tidak boleh taat kepada siapa pun, kecuali Allah swt. Setelah kita menunjukkan diri sebagai hamba sejati Allah swt, baru kita pantas untuk meminta pertolongan Allah swt.

Yang harus diingat adalah Allah swt pemilik segalanya dan berkuasa atas segala sesuatu. Artinya, Allah swt adalah Zat yang seharusnya paling ditakuti dan dipatuhi. Segala sesuatu yang bertentangan dengan Allah swt harus pula menjadi musuh kita dan kita tidak boleh berada di dalam kubangan para penentang Allah swt.

Sangatlah tidak etis jika kita hidup jauh dari tuntunan Allah swt, bahkan berada dalam kubangan lumpur kesesatan, tetapi ketika kita ditimpa musibah atau menginginkan sesuatu, tiba-tiba kita memohon kepada Allah swt. Kita pasti tidak berani meminta uang atau gaji kepada seorang direktur yang tidak kita kenal dan kita tidak pernah bekerja padanya.

Akan tetapi, mengapa kita berani meminta kepada Allah swt tanpa menunjukkan kepatuhan kita secara nyata kepada Allah swt?

Tidak tahu malukah kita?

Yang lebih parah adalah menuding Allah swt sebagai tidak adil jika tidak mengabulkan permohonan kita. Lebih jauh lagi adalah menganggap bahwa doa itu sama sekali tidak berguna karena keinginan kita tidak dipenuhi Allah swt.

Memangnya Allah swt adalah Koordinator Pengadaan Barang dan Jasa?

Memangnya Allah swt adalah  Penjaga Gudang Barang dan Jasa?

Terlalu banyak orang yang telah merendahkan Allah swt dengan cara memohon tanpa menunjukkan bukti diri sebagai orang yang taat kepada-Nya.

Benar sekali Allah swt memiliki segalanya serta menjaga dan memelihara segala milik-Nya, baik di Bumi maupun di langit, baik yang tampak maupun yang gaib. Oleh sebab itu, kita harus menunjukkan diri sebagai pribadi-pribadi yang pantas mendapatkan pertolongan dan rahmat Allah swt.


Allah swt Menjerumuskan Manusia ke Lembah Kesulitan

Sering pula Allah swt menjerumuskan hamba-Nya ke dalam lembah kesulitan dan penderitaan yang seolah-olah tak berakhir. Allah swt membiarkannya dalam kesengsaraan dan kepedihan mendalam. Itu artinya Allah swt sedang menguji dan membersihkan diri seseorang dari berbagai dosa dan kekotoran hidup. 

Allah swt benar-benar menyaksikan orang-orang yang dijerumuskan-Nya dalam kehinaan dan mengujinya, apakah benar-benar beriman serta kembali kepada-Nya ataukah akan mengambil jalan pintas yang teramat buruk dan menyesatkan?

Jika orang-orang itu tetap beriman dan kembali kepada Allah swt, kemudian dengan sangat lirih mengakui berbagai dosa yang telah diperbuatnya serta menangis memohon pertolongan Allah swt dengan kata-kata permohonan yang tulus penuh mutiara hikmah, Allah swt senang kepada orang itu dan membanggakannya di hadapan para malaikat. Sungguh, Allah swt kerap menjebak manusia dalam lembah kesengsaraan agar mereka menggunakan lidahnya dengan bersih untuk memohon ampun, mengagungkan Allah swt, dan meminta dengan kepasrahan untuk segera dilepaskan dari kesulitan yang sedang dideritanya.

Menurut Syekh Abdul Qadir Jaelani, manusia itu tidak akan pasrah kepada Allah swt jika masih ada sesuatu yang lain yang bisa menolong dirinya. Orang itu tidak akan pernah benar-benar tunduk kepada Allah swt jika masih ada orang lain atau sesuatu yang lain yang menjadi andalannya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Akan tetapi, ketika tidak ada seorang pun atau sesuatu pun yang mampu menolong dirinya, ia mulai menyadari bahwa hanya Allah swt yang mampu menyelamatkan dirinya.

Ketika ditimpa kesulitan, biasanya manusia berusaha dengan dirinya sendiri. Ketika dirinya tidak mampu menyelesaikannya, dia meminta pertolongan kepada orang banyak, orang yang lebih kuat, atau orang yang punya kekuasaan atas banyak hal. Ia akan sangat mengharapkan pertolongan mereka. Tak letih ia mondar-mandir, menunggu berjam-jam, berhari-hari hanya untuk merayu dan mengemis rasa kasihan dari orang-orang yang dianggap lebih berkuasa atas dirinya. Akan tetapi, ketika orang-orang itu tidak dapat memberikan pertolongan dan terlepas dari dirinya, ia mulai mencari hal-hal lain yang dapat menyelamatkan dirinya. Ia akan berpayah-payah mencari jalan keluar dari kesedihan dan kebingungan yang menimpanya. Ketika tak ada sesuatu pun atau seorang pun yang dapat dijadikan penolong bagi dirinya, ia mulai kecewa teramat berat, sedih tiada terkira, bingung bukan kepalang. Ia benar-benar merasa putus dari sekelilingnya, tak ada lagi yang bisa diharapkan. Benar-benar dia putus asa. Allah swt memang sedang benar-benar meremukan dirinya. Hancurlah dirinya, terhina sampai ke dasar-dasarnya.

Ia sudah sangat putus asa. Ia berulang-ulang berdoa kepada Allah swt dengan kalimat-kalimat yang menyedihkan dan penuh keputusasaan. Ia benar-benar sangat mengharapkan Allah swt. Akan tetapi, sayang seribu sayang, Allah swt tetap membiarkannya dalam keadaan tanpa harapan. Allah swt membenamkannya dalam lumpur kehinaan. Doa-doa yang dipanjatkannya tak kunjung terkabul karena memang Allah swt tidak mengabulkannya.

Ketika semua sudah tak bisa lagi diharapkan dan Allah swt seolah-olah membiarkan doa-doanya hangus dan hancur menjadi serpihan-serpihan tak berguna yang ditiup angin terbuang ke segala arah, ia kemudian hanya bertumpu pada ruhnya. Ia kini hidup bagai bola sepak yang ditendang ke sana kemari oleh para pemain bola tanpa bisa melakukan apa pun karena sudah terlalu letih. Ia sudah bagai jenazah di tangan orang-orang yang memandikannya. Ia sudah tak ada lagi upaya untuk melakukan sesuatu bagai mayat yang dibolak-balikan oleh orang yang memandikannya.

Sungguh ia sedang diuji. Dalam keadaan terkapar penuh derita, ia bisa memilih antara kesesatan dan Allah swt. Jika dia memilih kesesatan, Allah swt akan membiarkannya terombang-ambing dalam lautan kebingungan tanpa petunjuk hingga akhir hayatnya jika Allah swt tidak memberikannya pertolongan dan berakhir dalam neraka. Akan tetapi, jika dia memilih kebenaran, Allah swt mulai menjanjikannya dengan berbagai harapan-harapan. Perlahan namun pasti, Allah swt mulai membasuh luka-lukanya, menghangati lagi tubuhnya dari dinginnya kesengsaraan. Allah swt memperlakukannya bagai bayi yang baru lahir. Bayi itu menangis atau tidak, Sang Ibu tetap menyusuinya. Artinya, berdoa ataupun tidak Allah swt akan memberikan rahmatnya. Allah swt mulai menyembuhkannya dari segala kesusahan dan diberinya jalan keluar dari berbagai kesulitan.

Kondisi ini adalah kondisi terbaru bagi dirinya. Dia sudah sangat diperhatikan Allah swt. Jika Allah swt mulai lagi memberinya banyak kemudahan, lalu dia terlena lagi dengan kemudahan itu, Allah swt mengancamnya lagi dan mulai lagi menghancurkannnya seremuk-remuknya. Kemudian, jika dia kembali sadar dengan cepat, Allah swt pun memudahkannya lagi. Dalam keadaan sulit, ia tetap diberikan harapan. Dalam keadaan penuh dengan kemudahan, ia tetap berada dalam ancaman Allah swt.

Allah swt memperlakukannya demikian karena menginginkan dia melakukan pengabdian yang utuh kepada-Nya agar Allah swt mengujinya. Kemudian jika dia berhasil, Allah swt tetap bersamanya. Jika dia gagal, tersesatlah dalam kehampaan hidup.

Mulailah menunjukkan diri sebagai pengabdi sejati Allah swt dan ingkari seluruh hal yang menjauhkan diri dari Allah swt. 

Mudah-mudahan Allah swt selalu melindungi dan memberikan petunjuk kepada kita semua.

Amin.

No comments:

Post a Comment