Wednesday, 23 December 2015

Membahagiakan Ibu

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Berbakti kepada orangtua, terutama ibu adalah jiwa dan ruh bangsa Indonesia. Alhamdulillaah, kita patut bersyukur bahwa saat ini masih teramat banyak anak yang ingin membahagiakan ibunya. Ada yang ingin membiayai ibunya pergi ke Mekah, ingin membangun rumah untuk orangtuanya, ingin membiayai perawatan kesehatan orangtuanya, ingin membuktikan diri sebagai anak yang shaleh di hadapan orangtuanya, dan lain sebagainya. Tak peduli apakah Sang Anak itu sudah dewasa, remaja, atau anak-anak, mereka selalu terikat dan ingin selalu terhubung dengan keluarga asalnya. Itulah ruh dan spirit anak-anak mulia Indonesia. Apabila ada anak yang tidak terhubung atau terputus koneksi dengan orangtuanya, hidupnya akan tidak seimbang, sedih, atau malahan merasa ada yang tidak beres dalam hidupnya. Berbeda jauh dengan hubungan anak-orangtua di Barat yang memiliki aturan bahwa Sang Anak boleh menentukan nasibnya sendiri setelah usianya mencapai 18 tahun tanpa orangtuanya bisa ikut campur dalam kehidupan pribadi Sang Anak. Akibatnya, hubungan antara anak-orangtua bisa sangat rapuh dan lepas kendali. Kita bukanlah mereka dan mereka sama sekali bukan contoh yang baik bagi kita. Kitalah yang seharusnya memberikan contoh kebaikan bagi mereka dan dunia.

            Apa yang diinginkan ibu kita sebenarnya?

            Ada fakta yang unik di Indonesia ini tentang keinginan orangtuanya terhadap anak.

Hampir setiap keluarga di Indonesia ini selalu mendoakan anaknya dengan kalimat yang memiliki makna yang sama, yaitu, “Semoga menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan agama.”

Tak peduli suku apa pun dan agama apa pun, kalimat yang semakna itu selalu ada di dalam sebuah keluarga yang memiliki bayi. Coba cek sendiri. Artinya, setiap orangtua selalu menginginkan anaknya menjadi anak yang baik-baik, bukan anak yang menyusahkan orangtuanya dan orang lain.

Di Suku Sunda, suku saya hidup dan berkembang, ada syair yang sangat indah untuk setiap bayi yang masih lucu-lucunya. Syair itu pada masa lalu dinyanyikan hampir oleh setiap orangtua, bahkan kakek dan nenek Sang Bayi. Sekarang lagu itu sudah tak terdengar lagi, padahal punya makna dan harapan yang teramat dalam dan menenangkan. Syair itu pun bisa sangat ampuh jika dinyanyikan untuk menidurkan bayi.

Begini lagunya dalam bahasa Sunda
.
Nelengneng kung nelengneng kung
Geura gede geura jangkung
Geura sakola ka Bandung
Geura makayakeun indung
           
            Dalam bahasa Indonesia.

            Nelengneng kung nelengneng kung
            Cepatlah besar dan tinggi
            Segeralah sekolah ke Bandung
            Cepatlah bahagiakan ibumu

            Di Jawa Barat ini, bahkan di Indonesia memang Bandung terkenal dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi yang berkualitas tinggi serta memiliki kehalusan bahasa dan tingkah laku yang lebih lembut dibandingkan di tempat-tempat lain. Orang Sunda ada di mana-mana, tetapi kelembutan tutur kata dan kehalusan budi pekerti ada di Bandung. Siapa pun yang datang ke Bandung, baik itu orang Sunda yang bukan dari Bandung, maupun suku bukan Sunda akan segera berupaya beradaptasi dengan adat istiadat orang Bandung. Jika mereka mampu beradaptasi dengan perilaku Bandung, hidupnya akan lebih bahagia dan pasti lebih lembut. Kelembutan itu akan dibawa jika mereka pulang ke tempat asalnya. Ini kenyataan. Apabila ada orang bukan Bandung yang berupaya atau tidak berperilaku sebagaimana perilaku ruh Bandung, pada akhirnya mereka akan rugi dan jika terus berperilaku menyimpang dari perilaku Bandung, mereka akan dihancurkan sampai mereka mau menghormati dan berperilaku sebagaimana jiwa Bandung yang penuh sopan santun.

            Bukankah sudah terjadi ada mobil yang dibakar di Bandung karena perilaku komunitas pengendaranya yang arogan dan kurang ajar?

            Bukankah sudah terjadi penghancuran dan pengusiran terhadap komunitas pedagang di tempat tertentu karena mereka melakukan perilaku yang sangat tidak disukai warga Bandung?

            Bukankah dulu sering terjadi ada pelemparan batu terhadap rumah-rumah yang selalu digunakan untuk acara-acara tertentu secara rutin yang dianggap mengganggu ketenangan lingkungan setempat?

            Jadi, jangan kurang ajar dan tidak sopan di Bandung karena bisa dihajar habis-habisan. Memang orang Bandung itu susah marah. Jika perilaku buruk itu hanya sekali atau dua kali terjadi, biasanya tidak apa-apa. Akan tetapi, jika orang non-Bandung terlalu nyaman dengan keburukannya, kemarahan memuncak bisa sangat terjadi dan akibatnya sangat fatal.

            Jika kita hubungkan dengan syair Sunda tadi, kita harus menghormati dan mengacungkan jempol kepada orangtua kita. Mereka tahu bahwa dengan syair itu diharapkan anaknya dapat memiliki ilmu yang sangat tinggi dalam arti cerdas otak, tetapi sekaligus memiliki budi pekerti yang luhur. Hal itu disebabkan di Bandung banyak perguruan tinggi berkualitas tinggi dan suasana hidupnya yang jauh lebih sopan.

            Memang sekarang ada pergeseran yang saya anggap “gangguan” terhadap ruh Bandung yang diakibatkan perilaku dan tingkah laku buruk orang bukan Bandung yang datang ke Bandung, pengaruh negatif dari informasi negatif, pendidikan yang mengarah ke jiwa kapitalis, dan sistem politik yang cenderung mengadu domba masyarakat. Akan tetapi, ruh Bandung tetap ada. Meskipun terancam rusak, sebagian besar masyarakat Bandung tetap ingin berada dalam jiwa-jiwa yang damai. Hal itu memang masih sangat terasa. Kedamaian dan kebahagiaan tetap diinginkan oleh orang Bandung. Bahkan, Walikota Bandung Ridwan Kamil berani mengklaim bahwa indeks kebahagiaan orang Bandung mencapai 73%. Itu artinya, warga Bandung adalah warga yang paling bahagia di seluruh Indonesia. Itu untuk warga Kota Bandung. Untuk warga Kabupaten Bandung dan wilayah Bandung Raya lainnya, saya tidak tahu.

            Syair Sunda Nelengneng Kung tadi mengisyaratkan dengan jelas bahwa setiap ibu menginginkan anaknya pintar, cerdas, dan berbudi pekerti luhur.

            Untuk apa anaknya pintar, cerdas, dan berbudi pekerti luhur?

            Perhatikan baris terakhir dari syair tersebut!

            Geura makayakeun indung yang artinya segeralah bahagiakan ibumu.

            Sungguh syair ini bukan hanya untuk orang Sunda. Kebetulan saja syair ini diciptakan di Tatar Pasundan. Sesungguhnya, syair ini sangat berguna bagi seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dunia.

            Segeralah bahagiakan ibumu. Itu adalah kalimat perintah agar Sang Anak harus berbakti pada ibunya dan jangan melepaskan hubungan dengan ibunya.

            Membahagiakan ibu tidak boleh tidak harus dengan cara memiliki kecerdasan dan budi pekerti yang luhur.

            Untuk apa cerdas, pintar, terkenal, berkedudukan tinggi, tetapi merugikan orang lain, curang, dan korup?

            Seorang ibu tak akan bahagia jika punya anak hebat dan memberinya banyak uang, tetapi hidup dalam kelicikan dan kejahatan.

            Demikian pula sebaliknya. Jika hanya berbudi pekerti yang luhur tanpa kecerdasan akademik, Sang Anak tidak akan sempurna membahagiakan ibunya. Hal itu disebabkann Sang Anak hanya akan berperilaku baik, tetapi tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi situasi dan zaman yang selalu berubah. Ia hanya akan selalu berada di pinggir-pinggir pentas kehidupan tanpa memberikan manfaat yang signifikan bagi orang lain. Ia hanya bisa baik untuk dirinya sendiri, tetapi tidak mampu memberikan manfaat banyak bagi orang lain. Akibatnya, doa untuknya ketika masih kecil tidak akan terkabul, yaitu berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan agama.

            Bagaimana mungkin berguna bagi bangsa, negara, dan agama jika hanya memiliki budi pekerti yang baik?

            Ia memang akan menjadi orang baik dan tidak merugikan siapa pun, tetapi akan mudah ditipu, diperalat, dan dijerumuskan orang-orang jahat ke kehidupan yang menyengsarakan. Ia memang akan tetap baik, tetapi hidupnya akan selalu terpinggirkan.

            Syair tadi menjelaskan bahwa Sang Ibu mengharapkan anaknya cerdas, berpengetahuan tinggi, dan berbudi pekerti luhur. Dengan demikian, doa orang banyak ketika Sang Anak masih kecil, yaitu berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan agama akan terkabul.

            Apabila setiap anak berusaha membahagiakan ibunya dengan kecerdasan dan budi pekertinya yang tinggi, insyaallah Negera Indonesia akan benar-benar maju, aman, dan membahagiakan. Hiruk pikuk koruptor dan orang-orang keji serakah akan tertekan seminimal mungkin.

            Jika mampu membahagiakan ibu kandungnya, ibu angkatnya, dan mereka yang telah berperilaku ibu terhadap kita, sangat mungkin kita bisa membahagiakan ibu seluruh bangsa Indonesia, yaitu Ibu Pertiwi.  

            Geura makayakeun indung.


            Segeralah bahagiakan ibumu.

No comments:

Post a Comment