oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Berbakti kepada orangtua,
terutama ibu adalah jiwa dan ruh bangsa Indonesia. Alhamdulillaah, kita patut bersyukur bahwa saat ini masih teramat
banyak anak yang ingin membahagiakan ibunya. Ada yang ingin membiayai ibunya pergi
ke Mekah, ingin membangun rumah untuk orangtuanya, ingin membiayai perawatan
kesehatan orangtuanya, ingin membuktikan diri sebagai anak yang shaleh di
hadapan orangtuanya, dan lain sebagainya. Tak peduli apakah Sang Anak itu sudah
dewasa, remaja, atau anak-anak, mereka selalu terikat dan ingin selalu
terhubung dengan keluarga asalnya. Itulah ruh dan spirit anak-anak mulia
Indonesia. Apabila ada anak yang tidak terhubung atau terputus koneksi dengan
orangtuanya, hidupnya akan tidak seimbang, sedih, atau malahan merasa ada yang
tidak beres dalam hidupnya. Berbeda jauh dengan hubungan anak-orangtua di Barat
yang memiliki aturan bahwa Sang Anak boleh menentukan nasibnya sendiri setelah
usianya mencapai 18 tahun tanpa orangtuanya bisa ikut campur dalam kehidupan
pribadi Sang Anak. Akibatnya, hubungan antara anak-orangtua bisa sangat rapuh
dan lepas kendali. Kita bukanlah mereka dan mereka sama sekali bukan contoh
yang baik bagi kita. Kitalah yang seharusnya memberikan contoh kebaikan bagi
mereka dan dunia.
Apa yang diinginkan ibu kita sebenarnya?
Ada fakta yang unik di Indonesia ini tentang keinginan
orangtuanya terhadap anak.
Hampir
setiap keluarga di Indonesia ini selalu mendoakan anaknya dengan kalimat yang
memiliki makna yang sama, yaitu, “Semoga
menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan agama.”
Tak
peduli suku apa pun dan agama apa pun, kalimat yang semakna itu selalu ada di
dalam sebuah keluarga yang memiliki bayi. Coba cek sendiri. Artinya, setiap
orangtua selalu menginginkan anaknya menjadi anak yang baik-baik, bukan anak
yang menyusahkan orangtuanya dan orang lain.
Di
Suku Sunda, suku saya hidup dan berkembang, ada syair yang sangat indah untuk
setiap bayi yang masih lucu-lucunya. Syair itu pada masa lalu dinyanyikan hampir
oleh setiap orangtua, bahkan kakek dan nenek Sang Bayi. Sekarang lagu itu sudah
tak terdengar lagi, padahal punya makna dan harapan yang teramat dalam dan
menenangkan. Syair itu pun bisa sangat ampuh jika dinyanyikan untuk menidurkan
bayi.
Begini
lagunya dalam bahasa Sunda
.
Nelengneng kung nelengneng kung
Geura gede geura jangkung
Geura sakola ka Bandung
Geura makayakeun indung
Dalam bahasa Indonesia.
Nelengneng kung nelengneng
kung
Cepatlah besar dan tinggi
Segeralah sekolah ke Bandung
Cepatlah bahagiakan ibumu
Di Jawa Barat ini,
bahkan di Indonesia memang Bandung terkenal dengan perguruan tinggi-perguruan
tinggi yang berkualitas tinggi serta memiliki kehalusan bahasa dan tingkah laku
yang lebih lembut dibandingkan di tempat-tempat lain. Orang Sunda ada di
mana-mana, tetapi kelembutan tutur kata dan kehalusan budi pekerti ada di
Bandung. Siapa pun yang datang ke Bandung, baik itu orang Sunda yang bukan dari
Bandung, maupun suku bukan Sunda akan segera berupaya beradaptasi dengan adat
istiadat orang Bandung. Jika mereka mampu beradaptasi dengan perilaku Bandung,
hidupnya akan lebih bahagia dan pasti lebih lembut. Kelembutan itu akan dibawa
jika mereka pulang ke tempat asalnya. Ini kenyataan. Apabila ada orang bukan
Bandung yang berupaya atau tidak berperilaku sebagaimana perilaku ruh Bandung,
pada akhirnya mereka akan rugi dan jika terus berperilaku menyimpang dari
perilaku Bandung, mereka akan dihancurkan sampai mereka mau menghormati dan
berperilaku sebagaimana jiwa Bandung yang penuh sopan santun.
Bukankah sudah terjadi ada mobil yang dibakar di Bandung
karena perilaku komunitas pengendaranya yang arogan dan kurang ajar?
Bukankah sudah terjadi penghancuran dan pengusiran
terhadap komunitas pedagang di tempat tertentu karena mereka melakukan perilaku
yang sangat tidak disukai warga Bandung?
Bukankah dulu sering terjadi ada pelemparan batu terhadap
rumah-rumah yang selalu digunakan untuk acara-acara tertentu secara rutin yang
dianggap mengganggu ketenangan lingkungan setempat?
Jadi, jangan kurang ajar dan tidak sopan di Bandung
karena bisa dihajar habis-habisan. Memang orang Bandung itu susah marah. Jika
perilaku buruk itu hanya sekali atau dua kali terjadi, biasanya tidak apa-apa.
Akan tetapi, jika orang non-Bandung terlalu nyaman dengan keburukannya,
kemarahan memuncak bisa sangat terjadi dan akibatnya sangat fatal.
Jika kita hubungkan dengan syair Sunda tadi, kita harus
menghormati dan mengacungkan jempol kepada orangtua kita. Mereka tahu bahwa dengan
syair itu diharapkan anaknya dapat memiliki ilmu yang sangat tinggi dalam arti
cerdas otak, tetapi sekaligus memiliki budi pekerti yang luhur. Hal itu
disebabkan di Bandung banyak perguruan tinggi berkualitas tinggi dan suasana
hidupnya yang jauh lebih sopan.
Memang sekarang ada pergeseran yang saya anggap “gangguan”
terhadap ruh Bandung yang diakibatkan perilaku dan tingkah laku buruk orang
bukan Bandung yang datang ke Bandung, pengaruh negatif dari informasi negatif, pendidikan
yang mengarah ke jiwa kapitalis, dan sistem politik yang cenderung mengadu
domba masyarakat. Akan tetapi, ruh Bandung tetap ada. Meskipun terancam rusak,
sebagian besar masyarakat Bandung tetap ingin berada dalam jiwa-jiwa yang
damai. Hal itu memang masih sangat terasa. Kedamaian dan kebahagiaan tetap
diinginkan oleh orang Bandung. Bahkan, Walikota Bandung Ridwan Kamil berani
mengklaim bahwa indeks kebahagiaan
orang Bandung mencapai 73%. Itu
artinya, warga Bandung adalah warga yang paling bahagia di seluruh Indonesia.
Itu untuk warga Kota Bandung. Untuk warga Kabupaten Bandung dan wilayah Bandung
Raya lainnya, saya tidak tahu.
Syair Sunda Nelengneng
Kung tadi mengisyaratkan dengan jelas bahwa setiap ibu menginginkan anaknya
pintar, cerdas, dan berbudi pekerti luhur.
Untuk apa anaknya pintar, cerdas, dan berbudi pekerti
luhur?
Perhatikan baris terakhir dari syair tersebut!
Geura makayakeun
indung yang artinya segeralah
bahagiakan ibumu.
Sungguh syair ini
bukan hanya untuk orang Sunda. Kebetulan saja syair ini diciptakan di Tatar Pasundan.
Sesungguhnya, syair ini sangat berguna bagi seluruh masyarakat Indonesia,
bahkan dunia.
Segeralah
bahagiakan ibumu. Itu adalah kalimat perintah agar Sang Anak harus berbakti
pada ibunya dan jangan melepaskan hubungan dengan ibunya.
Membahagiakan ibu tidak boleh tidak harus dengan cara
memiliki kecerdasan dan budi pekerti yang luhur.
Untuk apa cerdas, pintar, terkenal, berkedudukan tinggi,
tetapi merugikan orang lain, curang, dan korup?
Seorang ibu tak akan bahagia jika punya anak hebat dan
memberinya banyak uang, tetapi hidup dalam kelicikan dan kejahatan.
Demikian pula sebaliknya. Jika hanya berbudi pekerti yang
luhur tanpa kecerdasan akademik, Sang Anak tidak akan sempurna membahagiakan
ibunya. Hal itu disebabkann Sang Anak hanya akan berperilaku baik, tetapi tidak
memiliki kesiapan dalam menghadapi situasi dan zaman yang selalu berubah. Ia
hanya akan selalu berada di pinggir-pinggir pentas kehidupan tanpa memberikan
manfaat yang signifikan bagi orang lain. Ia hanya bisa baik untuk dirinya
sendiri, tetapi tidak mampu memberikan manfaat banyak bagi orang lain.
Akibatnya, doa untuknya ketika masih kecil tidak akan terkabul, yaitu berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan
agama.
Bagaimana mungkin berguna bagi bangsa, negara, dan agama
jika hanya memiliki budi pekerti yang baik?
Ia memang akan menjadi orang baik dan tidak merugikan
siapa pun, tetapi akan mudah ditipu, diperalat, dan dijerumuskan orang-orang
jahat ke kehidupan yang menyengsarakan. Ia memang akan tetap baik, tetapi
hidupnya akan selalu terpinggirkan.
Syair tadi menjelaskan bahwa Sang Ibu mengharapkan
anaknya cerdas, berpengetahuan tinggi, dan berbudi pekerti luhur. Dengan
demikian, doa orang banyak ketika Sang Anak masih kecil, yaitu berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan agama
akan terkabul.
Apabila setiap anak berusaha membahagiakan ibunya dengan
kecerdasan dan budi pekertinya yang tinggi, insyaallah
Negera Indonesia akan benar-benar maju, aman, dan membahagiakan. Hiruk
pikuk koruptor dan orang-orang keji serakah akan tertekan seminimal mungkin.
Jika mampu membahagiakan ibu kandungnya, ibu angkatnya,
dan mereka yang telah berperilaku ibu terhadap kita, sangat mungkin kita bisa
membahagiakan ibu seluruh bangsa Indonesia, yaitu Ibu Pertiwi.
Geura makayakeun
indung.
Segeralah bahagiakan ibumu.
No comments:
Post a Comment