Monday, 25 April 2016

Indonesia Harus Menekan Singapura

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Negara sebesar Indonesia sepertinya mati kutu menghadapi negara kutu sekecil Singapura dalam hal mengembalikan para penjahat korup ke Indonesia.

            Apa susahnya sih?

            Saya hanya berpikir sederhana sebagai orang yang sederhana. Selama ini alasan Singapura tidak menjalankan perjanjian ekstradisi yang pernah disepakati dengan Indonesia hanyalah “dibuat-buat” dan diupayakan oleh orang-orang Indonesia juga agar rakyat “mengerti atau memahami” sulitnya Singapura mengembalikan para koruptor ke Indonesia. Alasannya memang bisa macam-macam. Terakhir, alasan Singapura tidak mengembalikan para pencuri itu adalah arti koruptor di Indonesia tidak sama dengan arti koruptor di Singapura. Maksudnya, Singapura tidak akan mengembalikan para koruptor karena apa yang disebut perilaku korup di Indonesia tidak sama dengan di Singapura.

            Ini alasan yang aneh. Saya merasakan Singapura mulai mengintervensi kedaulatan hukum Indonesia. Urusan hukum Indonesia terhadap para koruptor ya urusan Indonesia, tak perlu campur tangan negara lain. Apa yang kita sebut korup ya urusan kita. Kalau Indonesia memaklumi alasan aneh Singapura itu, sesungguhnya kita membiarkan orang lain merendahkan kedaulatan hukum Indonesia. Itu sangat tidak baik. Singapura itu suka aneh-aneh memang. Dulu mereka mau mengembalikan koruptor asal diberi tempat untuk latihan militer. Itu kan alasan aneh juga.

            Apa pun alasannya, sesungguhnya Singapura itu berupaya melindungi para koruptor karena para koruptor itu banyak uang dan bisa banyak belanja di sana. Itu adalah keuntungan buat Singapura. Apalagi kalau para koruptor itu berinvestasi di sana, Singapura semakin mendapatkan keuntungan yang besar. Paling tidak, ada sekitar 800 triliun investasi orang Indonesia di Singapura. Artinya, Indonesia berperan besar memberikan kehidupan pada Singapura.

            Di samping mendapatkan keuntungan dari investasi orang-orang Indonesia, Singapura pun banyak mendapatkan keuntungan dari hal lainnya, misalnya, reklamasi dan peluasan pantai. Tanah-tanah atau pasir-pasir yang digunakan mereka untuk reklamasi dan peluasan pantai pun berasal dari Indonesia. Belum lagi dari sektor pariwisata dan kunjungan lainnya, mereka mendapatkan untung besar.

            Sesungguhnya, jika mau lebih serius memerangi korupsi dan menangkap koruptor di Singapura, Indonesia bisa memperhitungkan kelemahan dan kekuatan kita melawan Singapura.

            Kita harus memahami siapa yang memiliki tingkat ketergantungan yang lebih tinggi, Indonesia terhadap Singapura ataukah Singapura terhadap Indonesia?

            Kalaulah ternyata Singapura lebih bergantung kepada Indonesia, itu artinya kita sangat mudah untuk menekan Singapura agar mengembalikan para koruptor. Sangat aneh jika sudah paham bahwa Singapura bergantung kepada Indonesia, tetapi Indonesia tidak berbuat banyak untuk menekan Singapura.

            Kalaulah ternyata Indonesia yang lebih banyak bergantung hidup pada Singapura, coba identifikasi dalam hal apa saja kita bergantung pada mereka, lalu lepaskan ketergantungan itu.

            Bukankah kita ingin mandiri?

            Lagian, sebesar apa sih Indonesia bergantung pada Singapura?

            Soal apa sih?

            Pelabuhan Singapura lebih bagus dan lebih besar?

            Kita kan bisa membuat yang lebih bagus.

            Rumah sakitnya lebih bagus?

            Yang saya dengar sih tidak begitu. Secara keilmuan, para dokter di Indonesia malah banyak yang lebih bagus. Bedanya hanya dalam hal pelayanan. Pelayanan mereka memang lebih menyenangkan, baik dokter, perawat, maupun sarana dan prasarananya.

            Lalu, apalagi yang membuat kita sulit menekan Singapura?

            Saya sangat khawatir bahwa kita tidak bisa menekan Singapura karena ada segelintir pejabat Indonesia yang “tidak mau” membuat tekanan itu karena punya banyak kepentingan pribadi di sana. Sebagai bangsa, sebenarnya tidak perlu seperti itu.

            Kita sebenarnya bisa melakukan tekanan, misalnya, moratorium terhadap investasi orang Indonesia di Singapura, moratorium TKI, moratorium kunjungan wisata, kesehatan, pendidikan, dan bisnis-bisnis lainnya dengan Singapura. Moratorium itu harus dilakukan sepanjang Singapura tidak mau serius mengembalikan para koruptor ke Indonesia. Di samping itu, kita pun bisa melakukan tekanan-tekanan lainnya. Jika kita berani, Singapura akan mengalami kerugian yang tidak sedikit. Kita bisa melihat langkah Menteri Susi Pudjiastuti yang memberlakukan moratorium hasil penangkapan ikan yang mampu meningkatkan pendapatan ikan dalam negeri dan membuat rugi perusahaan asing, khususnya Cina. Dalam hal ini pun, kita tidak perlu ragu membuat Singapura rugi jika mereka “memelihara” para pencuri uang Indonesia untuk kepentingan negerinya.

            Mengapa kita tidak berani melakukan tekanan yang bisa membuat Singapura rugi?

            Takut?

            Kalaulah memerangi korupsi adalah bagian dari jihad dan memang begitulah seharusnya, ingat kata-kata Allah swt, “Jika kamu merasakan sakit, sesungguhnya mereka juga merasakan sakit.”

            Maksudnya, kalau mau serius berjihad menekan Singapura agar mengembalikan para pencuri itu, kita akan mendapatkan kerugian. Akan tetapi, Singapura pun akan merasakan kerugian yang sama, bahkan lebih rugi dibandingkan Indonesia.

            Masalahnya, siapa yang lebih kuat berkorban untuk kepentingan negerinya sendiri, Indonesia atau Singapura?

            Pengorbanan memang harus dilakukan, seperti yang sering diulang-ulang oleh Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Ir. Soekarno, “No sacrifice is wasted.”

            Tak ada pengorbanan yang sia-sia. Hasil yang kita dapatkan adalah sebesar pengorbanan yang kita berikan.

            Pemerintah harus menekan Singapura. Di samping itu, elemen-elemen bangsa yang lain beserta masyarakat jangan terus-terusan pula jadi agen iklan gratis bagi Singapura. Sangat sering media-media di Indonesia, baik cetak maupun elektronik memuja-muji keindahan dan situasi di Singapura, padahal Singapura memakan uang-uang Indonesia yang dibelanjakan para koruptor di sana. Rakyat pun demikian, sangat banyak yang mengiklankan Singapura secara dari mulut ke mulut yang entah benar, entah tidak, padahal dibayar juga enggak sama Singapura.

            Pemerintah dan rakyat seluruhnya harus menekan Singapura dan berhenti jadi agen promosi gratis bagi Singapura. Kita punya keinginan agar Singapura menghormati Indonesia dengan mengembalikan para pencuri kotor itu.

            Begitu seharusnya.

No comments:

Post a Comment