oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Tahu kan royalti?
Royalti itu semacam
penghasilan yang diperoleh dari sebuah karya yang telah mendapatkan
penghasilan.
Pusing juga menerangkannya.
Sebaiknya, buka saja kamus. Kalau masih pusing, saya kasih contoh.
Contohnya, saya kalau
diminta untuk menulis naskah, baik buku atau apa pun, selalu melalui proses
perjanjian yang isinya saya dibayar secara royalti atau secara “putus”. Kalau
kesepakatannya saya dibayar putus, ya saya dibayar lunas setelah naskah itu
selesai. Misalnya, jika naskah buku selesai, saya segera dibayar utuh dan
urusan selesai sampai di sana. Mau bukunya laku banyak atau sama sekali tidak
laku, saya tidak boleh lagi ikut campur. Itu sudah menjadi urusan penerbit
seluruhnya. Artinya, kalau bukunya laku banyak, saya tidak dapat apa-apa lagi.
Berbeda dengan sistem royalti.
Saya tidak dibayar saat pekerjaan selesai, tetapi dibayar ketika naskah atau
buku saya dibeli orang lain. Selama buku itu ada yang membeli, saya mendapatkan
penghasilan. Kalau buku laku banyak, saya pun dapat banyak. Kalau buku laku
sedikit, saya pun dapat penghasilan sedikit. Kalau buku itu sudah tidak ada
yang beli lagi, saya juga tidak dapat apa-apa lagi.
Baik sistem royalti maupun
secara putus, ada untung-ruginya, baik itu bagi penulis maupun bagi penerbit.
Semuanya harus berawal dari perjanjian yang disepakati keduabelah pihak.
Royalti ini tidak hanya
untuk dunia perbukuan, melainkan pula ada pada bidang-bidang lain, misalnya,
penciptaan lagu, film, penggunaan nama, dan lain sebagainya. Royalti yang
sangat sering dibicarakan manusia adalah soal uang. Akan tetapi, sesungguhnya
ada royalti yang lebih penting dibandingkan uang dan ini bisa didapatkan oleh
siapa saja.
Royalti
Menguntungkan
Ketika saya diajak oleh
Prof. Dr. H. Mohamad Surya yang pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) berkunjung ke sahabat-sahabatnya,
sepanjang jalan kami berbincang-bincang, kadang-kadang serius, kadang penuh
canda, tertawa-tawa, kadang pula santai, tetapi penuh hikmah. Dia memang
pengajar aktif dan penulis aktif. Dia bilang tidak begitu peduli buku karyanya
menghasilkan untung besar atau sedikit, bagi dia yang paling penting adalah
bukunya memberikan manfaat bagi orang banyak. Tak heran sebagian bukunya memang
ada yang dijual, tetapi ada pula yang dibagikan secara gratis. Dia berharap
bahwa bukunya itu bisa dibaca orang dengan baik. Kalaupun saat ini belum
dipelajari dengan baik, dia yakin suatu saat ada orang-orang muda, terutama
mahasiswa yang menggunakan bukunya sebagai dasar untuk berpikir dan bertindak.
Ia membayangkan bahwa mungkin sepuluh atau dua puluh tahun lagi ketika dirinya
sudah meninggal, masih ada orang yang mendapatkan manfaat dari buku yang dia
tulis. Memang kebanyakan bukunya mengenai psikologi, terutama bimbingan
konseling. Ketika dia sudah di alam barzakh, ada anak-anak muda yang mendapatkan
manfaat dari bukunya.
Ketika ada orang yang
mendapatkan manfaat dari karyanya, dia bilang, “Mudah-mudahan saya terus mendapatkan
pahala dari manfaat yang didapatkan mereka meskipun saya sudah meninggal.”
Dia membayangkan bahwa jika
ada orang mampu berpikir dan bertindak dengan baik atas dasar pengetahuan yang
dia tulis dalam bukunya, orang itu akan mendapatkan pahala. Dengan demikian,
dia pun sebagai penulis akan mendapatkan pahala. Itu baru jika hanya satu orang
yang menjadi orang baik setelah membaca bukunya, beda lagi jika yang membacanya
sampai sepuluh, seratus, seribu, atau berjuta-juta orang dari zaman ke zaman
sebelum kiamat tiba.
Berapa banyak pahala yang
bisa didapat dari itu semua?
Sang Penulis buku akan
terus-terusan mendapatkan kucuran pahala meskipun sudah berada dalam kubur.
Itulah royalti abadi.
Itu royalti abadi bagi
penulis buku yang menulis karya yang baik-baik dan bermanfaat. Royalti itu pun
akan didapatkan oleh para pencipta karya-karya yang bermanfaat bagi manusia.
Sepanjang karyanya itu memberikan kebaikan bagi orang lain dan menjadi
inspirasi orang untuk berbuat baik, Sang Pencipta Kebaikan itu pun akan
terus-terusan mendapatkan royalti pahala sampai kiamat.
Bagaimana jika kita bukan
penulis buku, pembuat film, atau pencipta karya-karya lainnya, bisakah
mendapatkan royalti abadi?
Bisa! Sangat bisa!
Begini caranya. Jika menulis
status di Medsos, tulislah yang baik-baik saja. Minimal kalimat-kalimat baik,
apalagi jika mampu menginspirasi orang untuk berbuat baik. Ketika menulis pun
sudah mendapatkan pahala kebaikan, jika orang lain terpengaruh untuk berbuat
baik, kita pun akan mendapatkan kebaikan dari perilaku baik orang lain itu.
Satu orang yang terinspirasi untuk berbuat baik oleh kita, kita akan kebagian
pahala. Ketika orang itu berulang-ulang melakukan kebaikan, kita pun berulang-ulang
mendapatkan kebaikan dari orang itu. Itu jika hanya satu orang.
Bagaimana jika yang
terpengaruh oleh status kita jumlahnya sepuluh, seratus, seribu, atau bahkan
lebih dari sejuta orang?
Berapa banyak pahala yang
kita dapatkan?
Dahsyat jumlahnya!
Kalau menulis komentar untuk
orang lain pun, gunakan kalimat yang baik dan mencerahkan agar orang lain
merasa tenang. Kalau mau mengkritik, kritiklah dengan baik dan tulus, usahakan
kritik itu bisa sampai ke hati tanpa harus menghajar nama baik orang lain.
Begitu pula jika meng-upload foto atau video. Buatlah sesuatu
yang mendorong orang untuk berbuat baik agar kita pun mendapatkan kebaikan
tanpa batas sampai kiamat tiba.
Tulislah hal-hal yang baik,
tayangkanlah hal-hal yang bermanfaat, berbuatlah yang manis-manis agar kita
mendapatkan royalti kebaikan terus-menerus tanpa henti. Kebaikan yang kita
lakukan akan kembali baik kepada kita, baik di dunia ini maupun di akhirat
nanti. Ketika di dunia, kita akan mendapatkan banyak jalan keluar dari berbagai
permasalahan dari arah yang tidak
diduga-duga. Ketika di akhirat, kita akan mendapatkan perhitungan amal kebaikan
yang membingungkan. Bingung karena kita merasa tidak pernah melakukan
perbuatan-perbuatan baik yang tertulis dalam catatan amal kita, tetapi di
catatan itu tertulis jelas kita telah melakukan banyak sekali kebaikan. Catatan
amal baik yang tidak pernah kita lakukan itulah yang berasal dari royalti
kebaikan yang telah dilakukan orang lain dan kita pun mendapatkan kebaikan itu
karena orang lain berbuat baik setelah mendapatkan pengetahuan dari kita.
Royalti
Merugikan
Sudah pasti royalti yang
merugikan adalah kebalikan dari royalti yang menguntungkan. Satu hal besar
orang yang mendapatkan royalti merugikan adalah orang yang menghalangi orang lain
untuk berpikir dan bertindak dengan baik. Orang ini punya banyak penyakit dalam
hatinya. Dia selalu menghalangi kebaikan yang akan dilakukan orang lain.
Biasanya orang seperti ini selalu memelihara rasa iri, dengki, hasad, dan hasud
dalam dirinya. Dia tidak ingin orang lain tampak lebih baik dibandingkan
dirinya. Dia selalu mencari cara dan berupaya keras agar orang lain hidup tidak
lebih baik dibandingkan dirinya.
Dosa orang ini sangat
berlipat-lipat. Bayangkan saja, jika kebaikan yang dilakukan orang lain akan
berakibat baik bagi orang banyak, tetapi dia menghalangi kebaikan itu, artinya telah
merugikan orang lain untuk mendapatkan banyak kebaikan. Keburukan yang
didapatnya adalah sebanding dengan terhalanginya kebaikan pada orang lain. Jika
ada satu juta orang yang tidak mendapatkan kebaikan gara-gara dia, keburukan
yang akan datang padanya adalah jumlah kebaikan yang seharusnya diterima orang
lain yang telah berubah menjadi keburukan pada dirinya. Di dunia dia akan
selalu diterpa masalah dan di akhirat akan penuh penyesalan.
Demikian pula jika melahirkan
karya-karya yang buruk, baik itu buku, film, atau tulisan dan tayangan di
Medsos, kita akan mendapatkan keburukan dan dosa yang bertubi-tubi. Hasil
perilaku kita yang jika mendorong orang lain melakukan hal yang buruk, keburukan
yang dilakukan orang lain pun akan menjadi royalti keburukan bagi kita. Setiap
ada orang yang melakukan keburukan karena terdorong oleh keburukan kita,
keburukan dan dosa orang lain pun akan kita terima pula meskipun kita tidak
melakukannya. Orang-orang berbuat buruk karena kita. Oleh sebab itu, keburukan
pun akan kembali kepada kita.
Mending jika hanya satu
orang yang terpengaruh oleh keburukan kita.
Bagaimana jika sudah
sepuluh, seratus, seribu, bahkan lebih dari sejuta orang yang telah melakukan
keburukan gara-gara kita?
Wow, sudah berapa gunung
dosa yang akan dijatuhkan kepada kita?
Ketika di dunia pun orang
semacam ini akan selalu diliputi kegelisahan, kebingungan, kemarahan,
kedengkian, dan rupa-rupa penyakit hati dan pikiran lainnya. Tak ada ketenangan
hidup bagi dirinya. Kalaupun tampak bahagia, itu hanya kamuflase untuk menutupi
kegetiran dalam hidupnya. Di akhirat nanti orang ini akan terkaget-kaget karena
banyak sekali dosa yang harus dipertanggungjawabkannya. Di samping harus
menanggung dosanya sendiri, juga harus menanggung dosa-dosa orang lain.
Orang-orang jenis ini akan
dimintai tanggung jawab oleh orang-orang lain yang merasa terjerumus oleh
ajakannya untuk berperilaku dan berpikir buruk. Dia sendiri akan melawannya karena
merasa tidak pernah memaksa orang lain untuk berpikir dan bertindak buruk
seperti dirinya. Orang-orang buruk akan saling bertengkar salah-menyalahkan.
Mereka akan benar-benar bangkrut sehingga kebaikan-kebaikan kecil yang pernah
diperbuatnya sama sekali tidak mampu menutupi keburukan yang bentuknya lebih
besar dibandingkan gunung-gunung di dunia ini. Mengerikan sekali.
Jadi, jangan terkejut jika di dunia ini selalu ditimpa banyak kesulitan dan kesedihan karena di samping telah berperilaku buruk, juga harus menerima resonansi keburukan yang berupa royalti merugikan karena orang lain melakukan keburukan setelah meneladani kalian sebagai orang-orang yang gemar berkarya buruk, menulis hal yang buruk, menayangkan keburukan, dan mempromosikan keburukan.
No comments:
Post a Comment