Thursday 5 May 2016

Royalti Abadi

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Tahu kan royalti?

Royalti itu semacam penghasilan yang diperoleh dari sebuah karya yang telah mendapatkan penghasilan.

Pusing juga menerangkannya. Sebaiknya, buka saja kamus. Kalau masih pusing, saya kasih contoh.

Contohnya, saya kalau diminta untuk menulis naskah, baik buku atau apa pun, selalu melalui proses perjanjian yang isinya saya dibayar secara royalti atau secara “putus”. Kalau kesepakatannya saya dibayar putus, ya saya dibayar lunas setelah naskah itu selesai. Misalnya, jika naskah buku selesai, saya segera dibayar utuh dan urusan selesai sampai di sana. Mau bukunya laku banyak atau sama sekali tidak laku, saya tidak boleh lagi ikut campur. Itu sudah menjadi urusan penerbit seluruhnya. Artinya, kalau bukunya laku banyak, saya tidak dapat apa-apa lagi.

Berbeda dengan sistem royalti. Saya tidak dibayar saat pekerjaan selesai, tetapi dibayar ketika naskah atau buku saya dibeli orang lain. Selama buku itu ada yang membeli, saya mendapatkan penghasilan. Kalau buku laku banyak, saya pun dapat banyak. Kalau buku laku sedikit, saya pun dapat penghasilan sedikit. Kalau buku itu sudah tidak ada yang beli lagi, saya juga tidak dapat apa-apa lagi.

Baik sistem royalti maupun secara putus, ada untung-ruginya, baik itu bagi penulis maupun bagi penerbit. Semuanya harus berawal dari perjanjian yang disepakati keduabelah pihak.

Royalti ini tidak hanya untuk dunia perbukuan, melainkan pula ada pada bidang-bidang lain, misalnya, penciptaan lagu, film, penggunaan nama, dan lain sebagainya. Royalti yang sangat sering dibicarakan manusia adalah soal uang. Akan tetapi, sesungguhnya ada royalti yang lebih penting dibandingkan uang dan ini bisa didapatkan oleh siapa saja.



Royalti Menguntungkan
Ketika saya diajak oleh Prof. Dr. H. Mohamad Surya yang pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) berkunjung ke sahabat-sahabatnya, sepanjang jalan kami berbincang-bincang, kadang-kadang serius, kadang penuh canda, tertawa-tawa, kadang pula santai, tetapi penuh hikmah. Dia memang pengajar aktif dan penulis aktif. Dia bilang tidak begitu peduli buku karyanya menghasilkan untung besar atau sedikit, bagi dia yang paling penting adalah bukunya memberikan manfaat bagi orang banyak. Tak heran sebagian bukunya memang ada yang dijual, tetapi ada pula yang dibagikan secara gratis. Dia berharap bahwa bukunya itu bisa dibaca orang dengan baik. Kalaupun saat ini belum dipelajari dengan baik, dia yakin suatu saat ada orang-orang muda, terutama mahasiswa yang menggunakan bukunya sebagai dasar untuk berpikir dan bertindak. Ia membayangkan bahwa mungkin sepuluh atau dua puluh tahun lagi ketika dirinya sudah meninggal, masih ada orang yang mendapatkan manfaat dari buku yang dia tulis. Memang kebanyakan bukunya mengenai psikologi, terutama bimbingan konseling. Ketika dia sudah di alam barzakh, ada anak-anak muda yang mendapatkan manfaat dari bukunya.

Ketika ada orang yang mendapatkan manfaat dari karyanya, dia bilang, “Mudah-mudahan saya terus mendapatkan pahala dari manfaat yang didapatkan mereka meskipun saya sudah meninggal.”

Dia membayangkan bahwa jika ada orang mampu berpikir dan bertindak dengan baik atas dasar pengetahuan yang dia tulis dalam bukunya, orang itu akan mendapatkan pahala. Dengan demikian, dia pun sebagai penulis akan mendapatkan pahala. Itu baru jika hanya satu orang yang menjadi orang baik setelah membaca bukunya, beda lagi jika yang membacanya sampai sepuluh, seratus, seribu, atau berjuta-juta orang dari zaman ke zaman sebelum kiamat tiba.

Berapa banyak pahala yang bisa didapat dari itu semua?

Sang Penulis buku akan terus-terusan mendapatkan kucuran pahala meskipun sudah berada dalam kubur. Itulah royalti abadi.

Itu royalti abadi bagi penulis buku yang menulis karya yang baik-baik dan bermanfaat. Royalti itu pun akan didapatkan oleh para pencipta karya-karya yang bermanfaat bagi manusia. Sepanjang karyanya itu memberikan kebaikan bagi orang lain dan menjadi inspirasi orang untuk berbuat baik, Sang Pencipta Kebaikan itu pun akan terus-terusan mendapatkan royalti pahala sampai kiamat.

Bagaimana jika kita bukan penulis buku, pembuat film, atau pencipta karya-karya lainnya, bisakah mendapatkan royalti abadi?

Bisa! Sangat bisa!

Begini caranya. Jika menulis status di Medsos, tulislah yang baik-baik saja. Minimal kalimat-kalimat baik, apalagi jika mampu menginspirasi orang untuk berbuat baik. Ketika menulis pun sudah mendapatkan pahala kebaikan, jika orang lain terpengaruh untuk berbuat baik, kita pun akan mendapatkan kebaikan dari perilaku baik orang lain itu. Satu orang yang terinspirasi untuk berbuat baik oleh kita, kita akan kebagian pahala. Ketika orang itu berulang-ulang melakukan kebaikan, kita pun berulang-ulang mendapatkan kebaikan dari orang itu. Itu jika hanya satu orang.

Bagaimana jika yang terpengaruh oleh status kita jumlahnya sepuluh, seratus, seribu, atau bahkan lebih dari sejuta orang?

Berapa banyak pahala yang kita dapatkan?

Dahsyat jumlahnya!

Kalau menulis komentar untuk orang lain pun, gunakan kalimat yang baik dan mencerahkan agar orang lain merasa tenang. Kalau mau mengkritik, kritiklah dengan baik dan tulus, usahakan kritik itu bisa sampai ke hati tanpa harus menghajar nama baik orang lain.

Begitu pula jika meng-upload foto atau video. Buatlah sesuatu yang mendorong orang untuk berbuat baik agar kita pun mendapatkan kebaikan tanpa batas sampai kiamat tiba.

Tulislah hal-hal yang baik, tayangkanlah hal-hal yang bermanfaat, berbuatlah yang manis-manis agar kita mendapatkan royalti kebaikan terus-menerus tanpa henti. Kebaikan yang kita lakukan akan kembali baik kepada kita, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Ketika di dunia, kita akan mendapatkan banyak jalan keluar dari berbagai permasalahan dari arah yang tidak diduga-duga. Ketika di akhirat, kita akan mendapatkan perhitungan amal kebaikan yang membingungkan. Bingung karena kita merasa tidak pernah melakukan perbuatan-perbuatan baik yang tertulis dalam catatan amal kita, tetapi di catatan itu tertulis jelas kita telah melakukan banyak sekali kebaikan. Catatan amal baik yang tidak pernah kita lakukan itulah yang berasal dari royalti kebaikan yang telah dilakukan orang lain dan kita pun mendapatkan kebaikan itu karena orang lain berbuat baik setelah mendapatkan pengetahuan dari kita.

Royalti Merugikan
Sudah pasti royalti yang merugikan adalah kebalikan dari royalti yang menguntungkan. Satu hal besar orang yang mendapatkan royalti merugikan adalah orang yang menghalangi orang lain untuk berpikir dan bertindak dengan baik. Orang ini punya banyak penyakit dalam hatinya. Dia selalu menghalangi kebaikan yang akan dilakukan orang lain. Biasanya orang seperti ini selalu memelihara rasa iri, dengki, hasad, dan hasud dalam dirinya. Dia tidak ingin orang lain tampak lebih baik dibandingkan dirinya. Dia selalu mencari cara dan berupaya keras agar orang lain hidup tidak lebih baik dibandingkan dirinya.

Dosa orang ini sangat berlipat-lipat. Bayangkan saja, jika kebaikan yang dilakukan orang lain akan berakibat baik bagi orang banyak, tetapi dia menghalangi kebaikan itu, artinya telah merugikan orang lain untuk mendapatkan banyak kebaikan. Keburukan yang didapatnya adalah sebanding dengan terhalanginya kebaikan pada orang lain. Jika ada satu juta orang yang tidak mendapatkan kebaikan gara-gara dia, keburukan yang akan datang padanya adalah jumlah kebaikan yang seharusnya diterima orang lain yang telah berubah menjadi keburukan pada dirinya. Di dunia dia akan selalu diterpa masalah dan di akhirat akan penuh penyesalan.

Demikian pula jika melahirkan karya-karya yang buruk, baik itu buku, film, atau tulisan dan tayangan di Medsos, kita akan mendapatkan keburukan dan dosa yang bertubi-tubi. Hasil perilaku kita yang jika mendorong orang lain melakukan hal yang buruk, keburukan yang dilakukan orang lain pun akan menjadi royalti keburukan bagi kita. Setiap ada orang yang melakukan keburukan karena terdorong oleh keburukan kita, keburukan dan dosa orang lain pun akan kita terima pula meskipun kita tidak melakukannya. Orang-orang berbuat buruk karena kita. Oleh sebab itu, keburukan pun akan kembali kepada kita.

Mending jika hanya satu orang yang terpengaruh oleh keburukan kita.

Bagaimana jika sudah sepuluh, seratus, seribu, bahkan lebih dari sejuta orang yang telah melakukan keburukan gara-gara kita?

Wow, sudah berapa gunung dosa yang akan dijatuhkan kepada kita?

Ketika di dunia pun orang semacam ini akan selalu diliputi kegelisahan, kebingungan, kemarahan, kedengkian, dan rupa-rupa penyakit hati dan pikiran lainnya. Tak ada ketenangan hidup bagi dirinya. Kalaupun tampak bahagia, itu hanya kamuflase untuk menutupi kegetiran dalam hidupnya. Di akhirat nanti orang ini akan terkaget-kaget karena banyak sekali dosa yang harus dipertanggungjawabkannya. Di samping harus menanggung dosanya sendiri, juga harus menanggung dosa-dosa orang lain.

Orang-orang jenis ini akan dimintai tanggung jawab oleh orang-orang lain yang merasa terjerumus oleh ajakannya untuk berperilaku dan berpikir buruk. Dia sendiri akan melawannya karena merasa tidak pernah memaksa orang lain untuk berpikir dan bertindak buruk seperti dirinya. Orang-orang buruk akan saling bertengkar salah-menyalahkan. Mereka akan benar-benar bangkrut sehingga kebaikan-kebaikan kecil yang pernah diperbuatnya sama sekali tidak mampu menutupi keburukan yang bentuknya lebih besar dibandingkan gunung-gunung di dunia ini. Mengerikan sekali.

Jadi, jangan terkejut jika di dunia ini selalu ditimpa banyak kesulitan dan kesedihan karena di samping telah berperilaku buruk, juga harus menerima resonansi keburukan yang berupa royalti merugikan karena orang lain melakukan keburukan setelah meneladani kalian sebagai orang-orang yang gemar berkarya buruk, menulis hal yang buruk, menayangkan keburukan, dan mempromosikan keburukan.

No comments:

Post a Comment