oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kabayan, Abunawas, dan
Nazarudin Khoja adalah tokoh yang dikenal kocak, jujur, pintar, tetapi pandir.
Orang-orang menyukainya karena kocak dan pandir. Karena pandir itulah mereka
menjadi kocak. Kalau ada orang yang dianggap pandir, lalu menimbulkan kelucuan,
biasanya disamakan dengan ketiga tokoh itu. Soalnya, dia sendiri tidak sadar
bahwa kelakuannya itu salah sehingga menimbulkan kelucuan. Dasar Kabayan kamu mah.
Kabayan adalah tokoh terkenal dari Sunda, Indonesia.
Adapun Abunawas dan Nazarudin Khoja berasal dari kisah-kisah 1001 malam dari
Irak.
Saya pernah diledekin seperti Abunawas oleh ayah saya.
Saat itu ayah saya menyuruh saya menutup pintu rumah agar tidak ada binatang
masuk. Biasanya, kalau pintu terbuka, suka ada binatang masuk, seperti, ayam,
kucing, bahkan anjing punya orang lain. Binatang itu memang suka membuat kotor
lantai rumah, bahkan terkadang mencuri makanan, dan tak jarang membuat
barang-barang di dapur berantakan. Saya pun segera mematuhi keinginan ayah
saya. Saya menutup pintu depan, malahan menguncinya. Di samping dikunci pakai
kunci pintu, ditambah dikunci pakai slot.
Jadi, jangankan binatang, manusia saja tidak bisa masuk, kecuali mengetuk pintu
rumah dan dibukakan dari dalam. Akan tetapi, beberapa menit kemudian saya
kaget, ternyata di dapur ada ayam dan kucing yang masuk. Ayah saya juga tahu.
Dia bilang, “Kamu ini bagaimana? Pintu depan dikunci,
tetapi pintu belakang tetap terbuka.”
Saya memang lupa.
Saat itulah ayah saya bilang, “Dasar Abunawas kamu mah!”
Memang sih, jadi
kayak orang pandir dengan menutup pintu depan agar tidak ada binatang masuk,
tetapi pintu belakang tetap terbuka. Dengan demikian, binatang-binatang itu
masih tetap bisa masuk.
Nah, dalam mengatasi perkosaan dan pelecehan seksual pun,
kita, Indonesia, memiliki dua pintu. Pintu depan berupa penegakkan hukum. Pintu
belakang berupa penyebab terjadinya perilaku pelecehan dan perkosaan. Pintu
depan memang ditutup rapat dengan kunci yang kuat dengan pemberatan berlipat-lipat.
Maksudnya, supaya pelecehan dan perkosaan itu tidak terjadi. Akan tetapi, pintu
belakang berupa penyebab terjadinya perkosaan dan pelecehan, tetap terbuka
lebar.
Itu kan seperti saya yang menutup rapat pintu depan,
tetapi membiarkan pintu belakang terbuka. Akibatnya, tetap saja binatang bisa
masuk.
Jangan-jangan, Negara Indonesia pun mirip Si …. Ah,
jangan deh.
Apa penyebab pelecehan dan perkosaan itu?
Banyak, banyak sekali. Ada video porno, ada wanita-wanita
seksi yang gemar mencari perhatian laki-laki, pakaian-pakaian yang mengundang
birahi, berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua dan guru, tidak adanya
teladan yang baik bagi masyarakat, pendidikan yang berubah hanya menjadi
pengajaran, keluarga dan lingkungan yang acuh tak acuh, dan lain sebagainya.
Benar, kita sudah berupaya menutup pintu depan kita
dengan sangat kuat dengan hukum yang diperberat. Akan tetapi, sayangnya, pintu
belakang yang memungkinkan terjadinya tindakan pelecehan dan perkosaan itu masih
sangat terbuka lebar. Orang-orang takut untuk menutup pintu belakang karena
terlalu memuja Ham yang dari luar negeri itu dan enggan menunjukkan jati diri
sebagai bangsa Indonesia yang sopan dan penuh kesantunan. Kita masih terlalu
pengecut untuk menutup pintu belakang karena akan disebut sebagai fanatik, kampungan, radikal, tidak modern, dan
lain sebagainya.
Kalau saya sih, tidak peduli disebut fanatik, Islam garis
keras, radikal, tidak modern, dan lain sebagainya. Yang penting kan tujuan
nasional Indonesia yang juga tujuan setiap individu Indonesia dapat tercapai,
yaitu makmur lahir dan batin.
Buat apa disebut
modern, hebat, dan pemuja Ham, tetapi hidup penuh masalah?
Mendingan disebut kampungan, tetapi hidup penuh
kebahagiaan dan ketenteraman.
Iya toh?
Iya toh pisan eta
mah.
Coba itu tutup pintu belakang supaya tidak diledek, “Dasar Keturunan Si Kabayan!”
No comments:
Post a Comment