oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Akar kasus-kasus perkosaan
itu sebenarnya kebanyakan adalah hal yang sepele, bukan sesuatu yang rumit dan sophisticated. Permasalahannya adalah
kita sendiri yang membuatnya rumit dan menyusahkan diri sendiri. Akar
masalahnya sepele banget, senilai dengan kasus kambing dengan tanaman sayuran.
Kita sendirilah yang membuatnya menjadi rumit dan berputar-putar menghabiskan
tenaga hingga masuk ke ranah politik.
Masih ingat kisah dua orang
yang mengadu kepada Nabi Muhammad saw mengenai perselisihan yang mereka alami?
Kedua orang itu adalah yang
seorang pemilik kambing, sedangkan seorang lagi pemilik kebun sayuran. Mereka
bertengkar hebat karena Sang Kambing memakan dan merusakkan tanaman sayuran di
kebun. Pemilik kebun marah bukan main dan menyalahkan pemilik kambing. Demikian
pula sebaliknya, pemilik kambing yang justru menyalahkan pemilik kebun sayuran
karena kambing sudah sifatnya seperti itu.
Nabi Muhammad saw
menyelesaikan dengan cara yang sangat mudah, yaitu Sang Pemilik Kebun harus
membuat pagar di seputar kebunnya, sedangkan Sang Pemilik Kambing harus
mengikat kambingnya.
Selesailah persoalan itu.
Mudah bukan?
Persoalan kasus perkosaan
pun sama saja seperti antara kambing dengan kebun sayuran. Penyelesaiannya pun
sebetulnya sama saja seperti itu. Akan tetapi, manusia tidak mau diselesaikan
dengan cara seperti itu. Manusia merasa diri lebih pintar dan masih ingin tetap
terus menikmati keinginannya sendiri yang jelas bisa merugikan dirinya sendiri
itu. Malahan, manusia rela bertegang-tegang untuk tidak diselesaikan dengan cara
seperti itu. Tak sedikit yang membikin organisasi massa untuk menentang
penyelesaian yang sesungguhnya mudah itu. Manusia ingin menang sendiri, padahal
sesungguhnya merugikan dirinya sendiri.
Apa bedanya dengan kasus
kambing dan kebun sayuran?
Sama saja kan?
Dari dulu juga kan sudah
dibilangin bahwa perempuan harus menjaga dirinya dengan pakaian yang tidak
mengundang birahi, bahkan harus menutupnya, sedangkan yang laki-laki harus
menundukkan pandangannya pada perempuan yang bukan muhrimnya.
Sederhana kan?
Permasalahannya ada pada
diri kita sendiri. Kita tidak mau begitu. Yang cewek ingin bebas seksi
berekspresi dan ingin dilihat laki-laki untuk mengundang birahinya, sedangkan
yang laki-laki berupaya memelototi tubuh-tubuh perempuan yang mengundang
syahwatnya. Bahkan, meskipun situs-situs porno sudah banyak yang diblokir,
tetap saja dicari-cari hingga akhirnya ketemu juga.
Siapa yang salah?
Kita juga yang bego!
Bagaimana mungkin laki-laki normal bisa tahan disuguhi pandangan-pandangan seksi yang menggairahkan?
Untuk menyalurkan birahinya,
laki-laki beriman yang sudah punya istri akan pulang ke istrinya, yang tidak
beriman dan punya uang akan pergi ke pelacuran, yang tidak beriman dan tidak
punya uang akan onani, yang tidak beriman dan tidak punya uang, tetapi tidak
ingin onani akan memperkosa orang.
Adapun perempuan-perempuan
seksi yang ada di panggung hiburan atau lalu lalang di jalan yang telah memicu
gairah birahinya hanya akan menjadi kembang
buruan.
Istilah kembang buruan itu saya dapat dari ibu saya, artinya bunga di taman. Maksudnya, wanita-wanita
seksi itu hanya sebagai bunga di taman yang enak dilihat, enak dipegang, tetapi
akan menyusahkan jika dibawa kemana-mana. Memang akan menyusahkan jika kita
membawa-bawa bunga dari taman ke mana-mana, mengganggu kehidupan kita. Ngotorin
malah.
Ketika laki-laki terpicu
birahinya karena memandang wanita-wanita seksi, dia akan pulang ke istrinya,
pelacuran, onani, atau memperkosa orang. Adapun wanita-wanita seksi itu tidak
diingatnya lagi karena hanya berfungsi sebagai pemicu, starter.
Kita mesti jujur tentang hal
itu, jangan ditutup-tutupi, kebanyakan ditutupi jadi salah langkah. Tidak perlu
Jaim karena memang begitu kenyataannya.
Ketika terjadi pemerkosaan
yang disalahkan jelas laki-laki, apalagi dengan penyiksaan, sampai terjadi
pembunuhan. Benar 100% salah laki-laki, tetapi itu terjadi karena ada
pemicunya, yaitu masih wanita juga, entah korban perkosaan atau wanita lain
yang memicu birahinya. Laki-laki jelas sangat salah telah memperkosa dan wajar
jika dimaki dan dihukum, tetapi ingat perkosaan telah terjadi, sudah ada
perempuan yang terluka harga diri dan fisiknya.
Apakah kita sangat puas
telah menyalahkan laki-laki?
Apakah kita sangat puas
dengan menghibur dan berempati terhadap perempuan korban perkosaan?
Itukah yang kita inginkan,
menyalahkan laki-laki dan berempati pada korban?
Sependek itukah keinginan
kita?
Ingat korban sudah jatuh dan
tanda perlakuan kotor tetap ada sepanjang hidupnya. Laki-laki boleh disalahkan
karena memang salah, tetapi korban sudah jatuh dan itu perempuan yang malang.
Hukuman apa pun termasuk
kebiri dan hukuman mati tidak akan menghilangkan kasus perkosaan sepanjang
laki-laki dan perempuan tidak mau menahan dirinya masing-masing. Yang perempuan
harus menjaga dirinya agar tidak mengundang birahi para laki-laki yang bukan
haknya. Yang laki-laki pun sama harus menjaga pandangan dari para perempuan
yang bukan haknya. Sepanjang wanita ingin tampil seksi dan mengundang perhatian
laki-laki dan sepanjang laki-laki matanya jelalatan dan berusaha keras mencari
keseksian wanita, perkosaan jangan diharap akan berhenti. Kasusnya akan semakin
banyak dan terus banyak. Akan ada lagi orang-orang yang bawa-bawa lilin di
Youtube sebagai rasa simpati terhadap korban. Ke depan tayangan seperti itu
akan memenuhi Youtube dan berbagai media sosial lainnya. Percaya sama saya.
Saya sarankan bagi yang
sudah berjilbab, gunakan cadar jika berada di tempat-tempat atau lingkungan
yang asing dan merasa tidak aman. Kalau cadarnya mau dibuka, bukalah di
lingkungan yang benar-benar dirasakan sangat aman. Bagi para orangtua, jangan
berbangga-bangga dengan memakaikan pakaian seksi bagi anak-anak perempuannya. Sekarang
ini anak-anak perempuan makin sehat dan cantik, sangat mungkin mengundang
birahi para pedofil. Jadi, jangan pakaikan pakaian yang seksi bagi mereka.
Sekarang ini banyak anak perempuan berusia 4, 6, 7, 8 tahun yang seksi-seksi
dan cantik-cantik, berbahaya jika memakaikan pakaian seksi bagi mereka.
Orang-orang goblok, bego,
dan tolol pasti bilang bahwa di luar negeri juga tidak pakai jilbab aman-aman
saja.
Itu pernyataan sok tahu yang
sangat bodoh!
Saya ini sering chatting sama orang luar negeri dari
berbagai negara. Saya pernah menantang orang London, Inggris, untuk membuktikan
mana yang lebih banyak kasus perkosaan di London dengan di Bandung. Saya
tantang dia untuk membawa data valid dari kepolisian London tentang kasus perkosaan
dengan angka-angka yang akurat dan saya akan bawa juga data-data dari Poltabes
Bandung data-data yang sama dan akurat.
Dia berani nggak?
Dia takut dan menghindar
untuk meneruskan perdebatan soal itu. Alasan dia karena dia punya banyak
pekerjaan, tidak punya waktu untuk mendapatkan data-data itu dari kepolisian. Jadi,
jangan sok tahu bahwa di luar negeri lebih aman. Lebih rusak tahu!
Ngerti?
Yang harus dilakukan
sekarang adalah ya seperti antara kambing dan kebun sayuran. Laki-laki harus
menjaga pandangan dan perempuan harus menjaga dan menutup dirinya dari
pandangan-pandangan kotor.
No comments:
Post a Comment