Sunday 8 May 2016

Akar Perkosaan Itu Sepele

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Akar kasus-kasus perkosaan itu sebenarnya kebanyakan adalah hal yang sepele, bukan sesuatu yang rumit dan sophisticated. Permasalahannya adalah kita sendiri yang membuatnya rumit dan menyusahkan diri sendiri. Akar masalahnya sepele banget, senilai dengan kasus kambing dengan tanaman sayuran. Kita sendirilah yang membuatnya menjadi rumit dan berputar-putar menghabiskan tenaga hingga masuk ke ranah politik.

Masih ingat kisah dua orang yang mengadu kepada Nabi Muhammad saw mengenai perselisihan yang mereka alami?

Kedua orang itu adalah yang seorang pemilik kambing, sedangkan seorang lagi pemilik kebun sayuran. Mereka bertengkar hebat karena Sang Kambing memakan dan merusakkan tanaman sayuran di kebun. Pemilik kebun marah bukan main dan menyalahkan pemilik kambing. Demikian pula sebaliknya, pemilik kambing yang justru menyalahkan pemilik kebun sayuran karena kambing sudah sifatnya seperti itu.

Nabi Muhammad saw menyelesaikan dengan cara yang sangat mudah, yaitu Sang Pemilik Kebun harus membuat pagar di seputar kebunnya, sedangkan Sang Pemilik Kambing harus mengikat kambingnya.

Selesailah persoalan itu.

Mudah bukan?

Persoalan kasus perkosaan pun sama saja seperti antara kambing dengan kebun sayuran. Penyelesaiannya pun sebetulnya sama saja seperti itu. Akan tetapi, manusia tidak mau diselesaikan dengan cara seperti itu. Manusia merasa diri lebih pintar dan masih ingin tetap terus menikmati keinginannya sendiri yang jelas bisa merugikan dirinya sendiri itu. Malahan, manusia rela bertegang-tegang untuk tidak diselesaikan dengan cara seperti itu. Tak sedikit yang membikin organisasi massa untuk menentang penyelesaian yang sesungguhnya mudah itu. Manusia ingin menang sendiri, padahal sesungguhnya merugikan dirinya sendiri.

Apa bedanya dengan kasus kambing dan kebun sayuran?

Sama saja kan?

Dari dulu juga kan sudah dibilangin bahwa perempuan harus menjaga dirinya dengan pakaian yang tidak mengundang birahi, bahkan harus menutupnya, sedangkan yang laki-laki harus menundukkan pandangannya pada perempuan yang bukan muhrimnya.

Sederhana kan?

Permasalahannya ada pada diri kita sendiri. Kita tidak mau begitu. Yang cewek ingin bebas seksi berekspresi dan ingin dilihat laki-laki untuk mengundang birahinya, sedangkan yang laki-laki berupaya memelototi tubuh-tubuh perempuan yang mengundang syahwatnya. Bahkan, meskipun situs-situs porno sudah banyak yang diblokir, tetap saja dicari-cari hingga akhirnya ketemu juga.

Siapa yang salah?

Kita juga yang bego!

Bagaimana mungkin laki-laki normal bisa tahan disuguhi pandangan-pandangan seksi yang menggairahkan?

Untuk menyalurkan birahinya, laki-laki beriman yang sudah punya istri akan pulang ke istrinya, yang tidak beriman dan punya uang akan pergi ke pelacuran, yang tidak beriman dan tidak punya uang akan onani, yang tidak beriman dan tidak punya uang, tetapi tidak ingin onani akan memperkosa orang.

Adapun perempuan-perempuan seksi yang ada di panggung hiburan atau lalu lalang di jalan yang telah memicu gairah birahinya hanya akan menjadi kembang buruan.

Istilah kembang buruan itu saya dapat dari ibu saya, artinya bunga di taman. Maksudnya, wanita-wanita seksi itu hanya sebagai bunga di taman yang enak dilihat, enak dipegang, tetapi akan menyusahkan jika dibawa kemana-mana. Memang akan menyusahkan jika kita membawa-bawa bunga dari taman ke mana-mana, mengganggu kehidupan kita. Ngotorin malah.

Ketika laki-laki terpicu birahinya karena memandang wanita-wanita seksi, dia akan pulang ke istrinya, pelacuran, onani, atau memperkosa orang. Adapun wanita-wanita seksi itu tidak diingatnya lagi karena hanya berfungsi sebagai pemicu, starter.

Kita mesti jujur tentang hal itu, jangan ditutup-tutupi, kebanyakan ditutupi jadi salah langkah. Tidak perlu Jaim karena memang begitu kenyataannya.

Ketika terjadi pemerkosaan yang disalahkan jelas laki-laki, apalagi dengan penyiksaan, sampai terjadi pembunuhan. Benar 100% salah laki-laki, tetapi itu terjadi karena ada pemicunya, yaitu masih wanita juga, entah korban perkosaan atau wanita lain yang memicu birahinya. Laki-laki jelas sangat salah telah memperkosa dan wajar jika dimaki dan dihukum, tetapi ingat perkosaan telah terjadi, sudah ada perempuan yang terluka harga diri dan fisiknya.

Apakah kita sangat puas telah menyalahkan laki-laki?

Apakah kita sangat puas dengan menghibur dan berempati terhadap perempuan korban perkosaan?

Itukah yang kita inginkan, menyalahkan laki-laki dan berempati pada korban?

Sependek itukah keinginan kita?

Ingat korban sudah jatuh dan tanda perlakuan kotor tetap ada sepanjang hidupnya. Laki-laki boleh disalahkan karena memang salah, tetapi korban sudah jatuh dan itu perempuan yang malang.

Hukuman apa pun termasuk kebiri dan hukuman mati tidak akan menghilangkan kasus perkosaan sepanjang laki-laki dan perempuan tidak mau menahan dirinya masing-masing. Yang perempuan harus menjaga dirinya agar tidak mengundang birahi para laki-laki yang bukan haknya. Yang laki-laki pun sama harus menjaga pandangan dari para perempuan yang bukan haknya. Sepanjang wanita ingin tampil seksi dan mengundang perhatian laki-laki dan sepanjang laki-laki matanya jelalatan dan berusaha keras mencari keseksian wanita, perkosaan jangan diharap akan berhenti. Kasusnya akan semakin banyak dan terus banyak. Akan ada lagi orang-orang yang bawa-bawa lilin di Youtube sebagai rasa simpati terhadap korban. Ke depan tayangan seperti itu akan memenuhi Youtube dan berbagai media sosial lainnya. Percaya sama saya.

Saya sarankan bagi yang sudah berjilbab, gunakan cadar jika berada di tempat-tempat atau lingkungan yang asing dan merasa tidak aman. Kalau cadarnya mau dibuka, bukalah di lingkungan yang benar-benar dirasakan sangat aman. Bagi para orangtua, jangan berbangga-bangga dengan memakaikan pakaian seksi bagi anak-anak perempuannya. Sekarang ini anak-anak perempuan makin sehat dan cantik, sangat mungkin mengundang birahi para pedofil. Jadi, jangan pakaikan pakaian yang seksi bagi mereka. Sekarang ini banyak anak perempuan berusia 4, 6, 7, 8 tahun yang seksi-seksi dan cantik-cantik, berbahaya jika memakaikan pakaian seksi bagi mereka.

Orang-orang goblok, bego, dan tolol pasti bilang bahwa di luar negeri juga tidak pakai jilbab aman-aman saja.

Itu pernyataan sok tahu yang sangat bodoh!

Saya ini sering chatting sama orang luar negeri dari berbagai negara. Saya pernah menantang orang London, Inggris, untuk membuktikan mana yang lebih banyak kasus perkosaan di London dengan di Bandung. Saya tantang dia untuk membawa data valid dari kepolisian London tentang kasus perkosaan dengan angka-angka yang akurat dan saya akan bawa juga data-data dari Poltabes Bandung data-data yang sama dan akurat.

Dia berani nggak?

Dia takut dan menghindar untuk meneruskan perdebatan soal itu. Alasan dia karena dia punya banyak pekerjaan, tidak punya waktu untuk mendapatkan data-data itu dari kepolisian. Jadi, jangan sok tahu bahwa di luar negeri lebih aman. Lebih rusak tahu!

Ngerti?


Yang harus dilakukan sekarang adalah ya seperti antara kambing dan kebun sayuran. Laki-laki harus menjaga pandangan dan perempuan harus menjaga dan menutup dirinya dari pandangan-pandangan kotor.

No comments:

Post a Comment