oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Seluruh elemen bangsa
Indonesia harus berjihad setiap hari. Baik itu pemerintah, DPR, LSM, maupun
masyarakat harus berjihad untuk mencapai tujuan nasionalnya. Tanpa semangat
jihad, apa pun yang dilakukan akan berjalan lambat dan banyak hambatan yang
tidak perlu.
Jihad itu secara sederhana artinya serius, fokus mencapai tujuan dengan tenaga maksimal. Artinya,
kalau tidak dilakukan dengan jihad, program apa pun akan berjalan setengah
hati, tidak serius, kurang fokus, dan kurang tenaga.
Kalau dalam situasi perang, perang itu harus dilakukan
dengan semangat jihad, yaitu serius dan maksimal agar bisa menang. Kalau dalam
situasi damai, program atau rencana kerja di level apa pun harus dilaksanakan
dengan jihad, penuh kesungguhan. Kalau memerangi Narkoba, harus jihad.
Memerangi korupsi, harus jihad. Menyingkirkan terorisme, harus jihad. Mencapai
kemakmuran bersama, harus jihad. Kalau belajar, harus jihad. Bekerja harus
jihad. Berbakti pada orangtua harus jihad. Apapun harus dilakukan dengan
nilai-nilai jihad.
Kalau kata Jokowi, “Kerja, kerja, kerja.”
Itu harus dilakukan dengan “jihad, jihad, jihad”.
Cukupkah hanya dengan nilai-nilai jihad kita bekerja?
Ow, sama sekali tidak cukup.
Jihad itu kan artinya tadi sudah dikatakan, yaitu serius
dan penuh kesungguhan dengan tenaga maksimal. Serius dan sungguh-sungguh saja
sangat tidak cukup. Memang hanya dengan jihad, tujuan yang ingin dicapai bisa
diraih karena dilaksanakan dengan fokus dan tenaga penuh. Akan tetapi, jihad
itu pun harus dipagari agar mendapatkan nilai dari Allah swt. Pagar itu berupa fiisabilillaah, di jalan Allah swt. Jadi
tidak cukup hanya serius, tetapi harus pula berada dalam jalan Allah swt. Apabila jihad tidak dilakukan dalam jalan
Allah swt, hal yang terjadi adalah jihad
di jalan thaghut, serius di jalan syetan.
Koruptor itu serius bekerja mendapatkan uang untuk
keluarga, teman-teman, kelompoknya, dan sering pula menyumbang lembaga
keagamaan, bahkan membangun rumah ibadat. Oleh sebab itu, terkadang mereka berpikir
sedang berjuang atau berjihad. Memang benar mereka berjihad, tetapi itu jihad di jalan syetan. Demikian pula
pedagang Narkoba, mereka pun serius berjuang mencari nafkah, tetapi itu di
jalan syetan.
Semua yang diprogramkan di Negara Indonesia, baik itu di
level pemerintahan, nonpemerintah, maupun kelompok kecil seperti keluarga,
bahkan individu yang bertujuan baik harus dilakukan dengan jihad fiisabilillaah. Sayang jika yang kita kerjakan tidak bernilai
ibadat. Semuanya bisa bernilai sia-sia di hadapan Allah swt. Bisa saja di
hadapan manusia diacungi jempol dan dielu-elukan, tetapi di hadapan Allah swt
nilainya NOL BESAR.
Apabila apa yang kita kerjakan tidak dilaksanakan dengan
jihad fiisabilillaah untuk mencapai keridhoan Allah swt, alamat bakal rugi
kita. Nanti di akhirat Allah swt akan menolak segala perbuatan baik kita karena
kita berbuat baik bukan untuk Allah swt, tetapi untuk mendapatkan pujian dari
manusia dan kehormatan dari orang banyak.
Ketika kita meminta pahala atas kebaikan kita nanti di
akhirat, Allah swt bisa saja berkata, “Mengapa kamu meminta pahala kepada-Ku?
Bukankah kamu berperilaku baik bukan untuk-Ku, melainkan untuk mendapatkan
pujian manusia? Minta saja pahala kepada mereka dan jangan meminta kepada-Ku!”
Bagaimana kalau sudah begitu?
Rugi, kan?
Salahnya kan hanya sedikit, tetapi akibatnya fatal.
Perbuatan baik yang dilakukan kontennya sama, tetapi ujungnya menjadi berbeda
hanya karena tujuan dari perbuatan baik itu. Kalau berbuat baik hanya untuk
dilihat manusia dan mendapatkan penghormatan manusia, Allah swt akan membiarkan
kita rumit dalam mencapainya, bahkan membiarkan manusia untuk melecehkan dan
menghina kita, padahal kita sudah berbuat baik. Manusia memang begitu,
jangankan kita melakukan salah, kita benar saja disalahkan, bahkan sering tidak
diakui sebagai sebuah kebaikan, malahan mendapat fitnah dari orang-orang yang
dengki, lebih parah lagi jika para penghina itu memfitnah sambil mengklaim
perbuatan baik kita sebagai perbuatan baik yang dilakukan oleh dirinya.
Berbeda jika kita berbuat baik dalam rangka mencapai
keridhoan Allah swt. Kita lebih tenang dan bahagia melakukannya. Mendapat pujian
atau tidak dari manusia, tidak menjadi masalah karena yang penting mendapatkan
cinta dari Allah swt. Kalaupun ada yang iri, dengki, dan hasud, Allah swt yang
akan melindungi diri kita. Insyaallah.
Dengan demikian, kita putar niat sedikit agar perbuatan
baik mendapat nilai di hadapan Allah swt dan lebih menyenangkan dalam
melakukannya. Niatkan bahwa kita melakukan kebaikan sebesar apa pun di muka
Bumi ini adalah dalam rangka mendapatkan ridho Allah swt. Dengan demikian, di
akhirat nanti apa yang kita lakukan mendapatkan nilai yang sangat tinggi di
hadapan Allah swt. Insyaallah.
No comments:
Post a Comment