Saturday, 7 May 2016

Indonesia Berjihad

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Seluruh elemen bangsa Indonesia harus berjihad setiap hari. Baik itu pemerintah, DPR, LSM, maupun masyarakat harus berjihad untuk mencapai tujuan nasionalnya. Tanpa semangat jihad, apa pun yang dilakukan akan berjalan lambat dan banyak hambatan yang tidak perlu.

            Jihad itu secara sederhana artinya serius, fokus mencapai tujuan dengan tenaga maksimal. Artinya, kalau tidak dilakukan dengan jihad, program apa pun akan berjalan setengah hati, tidak serius, kurang fokus, dan kurang tenaga.

            Kalau dalam situasi perang, perang itu harus dilakukan dengan semangat jihad, yaitu serius dan maksimal agar bisa menang. Kalau dalam situasi damai, program atau rencana kerja di level apa pun harus dilaksanakan dengan jihad, penuh kesungguhan. Kalau memerangi Narkoba, harus jihad. Memerangi korupsi, harus jihad. Menyingkirkan terorisme, harus jihad. Mencapai kemakmuran bersama, harus jihad. Kalau belajar, harus jihad. Bekerja harus jihad. Berbakti pada orangtua harus jihad. Apapun harus dilakukan dengan nilai-nilai jihad.

            Kalau kata Jokowi, “Kerja, kerja, kerja.”

            Itu harus dilakukan dengan “jihad, jihad, jihad”.

            Cukupkah hanya dengan nilai-nilai jihad kita bekerja?

            Ow, sama sekali tidak cukup.

            Jihad itu kan artinya tadi sudah dikatakan, yaitu serius dan penuh kesungguhan dengan tenaga maksimal. Serius dan sungguh-sungguh saja sangat tidak cukup. Memang hanya dengan jihad, tujuan yang ingin dicapai bisa diraih karena dilaksanakan dengan fokus dan tenaga penuh. Akan tetapi, jihad itu pun harus dipagari agar mendapatkan nilai dari Allah swt. Pagar itu berupa fiisabilillaah, di jalan Allah swt. Jadi tidak cukup hanya serius, tetapi harus pula berada dalam jalan Allah swt. Apabila jihad tidak dilakukan dalam jalan Allah swt, hal yang terjadi adalah jihad di jalan thaghut, serius di jalan syetan.

            Koruptor itu serius bekerja mendapatkan uang untuk keluarga, teman-teman, kelompoknya, dan sering pula menyumbang lembaga keagamaan, bahkan membangun rumah ibadat. Oleh sebab itu, terkadang mereka berpikir sedang berjuang atau berjihad. Memang benar mereka berjihad, tetapi itu jihad di jalan syetan. Demikian pula pedagang Narkoba, mereka pun serius berjuang mencari nafkah, tetapi itu di jalan syetan.

            Semua yang diprogramkan di Negara Indonesia, baik itu di level pemerintahan, nonpemerintah, maupun kelompok kecil seperti keluarga, bahkan individu yang bertujuan baik harus dilakukan dengan jihad fiisabilillaah. Sayang jika yang kita kerjakan tidak bernilai ibadat. Semuanya bisa bernilai sia-sia di hadapan Allah swt. Bisa saja di hadapan manusia diacungi jempol dan dielu-elukan, tetapi di hadapan Allah swt nilainya NOL BESAR.

            Apabila apa yang kita kerjakan tidak dilaksanakan dengan jihad fiisabilillaah untuk mencapai keridhoan Allah swt, alamat bakal rugi kita. Nanti di akhirat Allah swt akan menolak segala perbuatan baik kita karena kita berbuat baik bukan untuk Allah swt, tetapi untuk mendapatkan pujian dari manusia dan kehormatan dari orang banyak.

            Ketika kita meminta pahala atas kebaikan kita nanti di akhirat, Allah swt bisa saja berkata, “Mengapa kamu meminta pahala kepada-Ku? Bukankah kamu berperilaku baik bukan untuk-Ku, melainkan untuk mendapatkan pujian manusia? Minta saja pahala kepada mereka dan jangan meminta kepada-Ku!”

            Bagaimana kalau sudah begitu?

            Rugi, kan?

            Salahnya kan hanya sedikit, tetapi akibatnya fatal. Perbuatan baik yang dilakukan kontennya sama, tetapi ujungnya menjadi berbeda hanya karena tujuan dari perbuatan baik itu. Kalau berbuat baik hanya untuk dilihat manusia dan mendapatkan penghormatan manusia, Allah swt akan membiarkan kita rumit dalam mencapainya, bahkan membiarkan manusia untuk melecehkan dan menghina kita, padahal kita sudah berbuat baik. Manusia memang begitu, jangankan kita melakukan salah, kita benar saja disalahkan, bahkan sering tidak diakui sebagai sebuah kebaikan, malahan mendapat fitnah dari orang-orang yang dengki, lebih parah lagi jika para penghina itu memfitnah sambil mengklaim perbuatan baik kita sebagai perbuatan baik yang dilakukan oleh dirinya.

            Berbeda jika kita berbuat baik dalam rangka mencapai keridhoan Allah swt. Kita lebih tenang dan bahagia melakukannya. Mendapat pujian atau tidak dari manusia, tidak menjadi masalah karena yang penting mendapatkan cinta dari Allah swt. Kalaupun ada yang iri, dengki, dan hasud, Allah swt yang akan melindungi diri kita. Insyaallah.


            Dengan demikian, kita putar niat sedikit agar perbuatan baik mendapat nilai di hadapan Allah swt dan lebih menyenangkan dalam melakukannya. Niatkan bahwa kita melakukan kebaikan sebesar apa pun di muka Bumi ini adalah dalam rangka mendapatkan ridho Allah swt. Dengan demikian, di akhirat nanti apa yang kita lakukan mendapatkan nilai yang sangat tinggi di hadapan Allah swt. Insyaallah.

No comments:

Post a Comment