Sunday, 29 May 2016

Pariwisata, Miras, Perzinahan, Pembunuhan, Batuk, Pilek, Sakit Kepala

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Indonesia semakin dikenal di dunia. Tanah airnya penuh dengan keindahan. Jika dikelola dengan baik, setiap wilayah di Indonesia ini akan menjadi sektor pariwisata yang sangat mengagumkan. Masih teramat banyak keindahan negeri yang tersembunyi dan belum tersentuh dengan baik. Setiap lekuk Indonesia menawarkan pemandangan yang luar biasa indah. Keindahan itu jangan sampai rusak oleh pembangunan dan oleh mereka yang ingin menikmatinya. Pembangunan harus hanya menjadi sarana penunjang untuk tetap lestarinya keindahan anugerah Allah swt tersebut.

            Dengan semakin dikenalnya Indonesia oleh dunia yang disertai pembangunan yang tidak mendurhakai alam, Indonesia akan menjadi pusat pariwisata nomor satu di dunia. Orang-orang akan berbondong-bondong datang. Demikian pula, uang akan banyak masuk dan mengalir dengan deras.

            Hal yang harus diperhatikan adalah Indonesia harus menawarkan “keindonesiaan", bukan menawarkan hal sama yang sudah dinikmati orang lain di negeri mereka sendiri. Indonesia harus menawarkan keindahan yang belum pernah dilihat orang dan memberikan fasilitas suasana keindonesiaan. Bidang pariwisata jangan menjadi pintu masuk bagi pengaruh-pengaruh negatif asing terhadap Indonesia, melainkan wajib menjadi sarana dalam memberikan pengaruh positif pada orang lain sesuai dengan kebaikan yang kita miliki. Tak perlu menawarkan hal-hal negatif yang bisa didapat mereka di negerinya sendiri.

            Kita tidak perlu menawarkan alkohol karena alkohol bisa dinikmati mereka di negerinya sendiri. Sebaiknya, kita menawarkan minuman sehat dari alam Indonesia. Jangan menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk bermabuk-mabukan. Kalau mau mabuk, jangan di Indonesia. Di tempatnya sendiri saja yang lebih banyak pilihan minuman keras. Tak perlu menawarkan pelacuran di Indonesia. Kalau mau ngeseks, di negaranya sendiri lebih banyak pilihan wanita yang rupa-rupa warnanya, tetapi rasanya pasti sama. Kita sebaiknya menawarkan keramahan dan kelembutan kaum perempuan yang bening mata dan hatinya sehingga membuat nyaman siapa pun. Kita tidak harus menawarkan diskotik karena di negaranya diskotik pasti lebih heboh dan mengasyikan. Sebaiknya, kita memperlihatkan tarian dan seni yang mengajak mereka pada kebersamaan, kelembutan, kedamaian, dan rasa saling menghormati.

            Mereka datang dari berbagai negara adalah untuk menikmati sesuatu yang lain daripada yang lain. “Sesuatu” itu adalah jati diri Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Indonesia.

            Apa menariknya menyuguhkan berbagai hal yang mereka sendiri dapat temui di negaranya sendiri?

            Apabila kita mampu menunjukkan siapa diri kita sebenarnya, mereka yang pernah datang ke Indonesia akan berceritera tentang Indonesia yang lain daripada yang lain. Hal itu akan membuat lebih banyak orang yang datang dan membelanjakan uangnya di Indonesia.

            Jangan membiarkan perilaku bangsa lain yang negatif berpengaruh pada bangsa Indonesia melalui pintu pariwisata. Seharusnya, seluruh sektor pariwisata mampu menghembuskan angin sejuk “keindonesiaan” pada siapa pun yang datang sehingga mereka dapat pulang dengan membawa oleh-oleh yang tak terlupakan dan terpengaruh positif oleh diri kita.

            Mulailah dari penghentian pasar minuman keras. Hal itu disebabkan minuman keras mengakibatkan hal-hal buruk lainnya.

            Pernah dengar kisah seorang Israel yang saleh dan rajin ibadat yang berakhir menjadi durhaka?

            Ia adalah orang yang sangat saleh dan rajin ibadat. Sepanjang hidupnya dihabiskan oleh mengabdikan diri kepada Allah swt. Oleh sebab itu, orang-orang percaya kepadanya, termasuk dipercaya untuk menjaga adik perempuan beberapa laki-laki yang akan pergi berperang. Akan tetapi, suatu saat ia tergoda syetan. Syetan pun memberikan pilihan antara minuman keras, berzina, dan membunuh. Ia memilih yang paling ringan dosanya, yaitu meminum minuman keras. Setelah mabuk, ia kehilangan kesadaran, dorongan seksualnya meningkat tak terkendali. Akhirnya, ia memperkosa perempuan yang seharusnya dia jaga. Setelah memperkosa, ia sadar dan takut ketahuan. Perempuan itu pun dibunuh, lalu dikuburnya. Ketika kakak-kakaknya datang dan menanyakan adik perempuan yang dititipkan padanya. Ia pun berbohong dan seterusnya dan seterusnya.

            Begitulah minuman keras. Disangkanya hanya berakhir sampai mabuk. Ternyata, tidak sama sekali. Ia menuntun manusia melakukan hal-hal buruk lainnya, termasuk memperkosa dan membunuh orang lain.

            Minuman keras, perzinahan, dan pembunuhan itu adalah tiga serangkai yang penuh persaudaraan. Hal itu sama dengan batuk, pilek, dan sakit kepala yang juga tiga serangkai bersaudara yang kerap datang bersamaan. Keluhan batuk itu sering sekali disertai pilek dan sakit kepala. Sama halnya dengan Miras yang kerap mendorong perzinahan, bahkan perkosaan yang menumbuhkan pembunuhan.

            Kita, bangsa Indonesia, sudah sangat marah dan kesal karena pelecehan seksual dan perkosaan. Kasus-kasus itu menjadi sangat besar mendapat perhatian banyak orang. Jangan lagi memperumit diri dengan maksud membuat nyaman orang lain yang datang ke Indonesia dengan menyediakan alkohol dan berbagai aktivitas kemaksiatan lainnya. Promosikan Indonesia sebagaimana Indonesia, bukan sebagai tempat berbagai kemaksiatan dapat ditemukan.

            Kita pengaruhi siapa pun yang datang ke Indonesia menjadi orang-orang baik sebagaimana kebaikan yang tertanam dalam diri kita. Syaratnya, kitanya sendiri yang harus baik terlebih dahulu.

            Bagaimana kita dapat meniupkan “angin kebaikan” kepada orang lain jika kita sendiri sangat gemar melakukan berbagai keburukan dan kemaksiatan?

No comments:

Post a Comment