Tuesday 18 October 2016

Pledoi Jessica Bisa Picu Perang Lanjutan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Proses peradilan mengenai kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang ditudingkan Jaksa Penuntut Umum kepada Jessica Kumala Wongso mendapat perhatian yang luas dari masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat internasional. Proses peradilannya pun disiarkan secara luas dan langsung oleh beberapa stasiun televisi. Masyarakat banyak yang tidak merasa bosan menyaksikannya secara langsung pula.

            Tak jarang jadwal pengadilan Jessica menjadi jadwal wajib pula bagi mereka yang benar-benar serius tertarik memperhatikannya. Banyak yang tidak bekerja atau sengaja yang menunda pekerjaannya hanya untuk menyaksikan proses peradilan tersebut.

            Pembacaan pledoi Jessica adalah salah satu acara yang dinanti-nanti oleh masyarakat. Orang ingin tahu Jessica akan berbicara apa. Saya adalah salah seorang yang memperhatikan ketika Jessica membaca pledoinya yang sangat pendek dan kurang berarti itu. Saya sangat menyayangkan isi pledoi yang “kurang rasa” itu. Seharusnya, untuk mempengaruhi hakim, ia dapat mengeksplor bagaimana hubungan mesra atau teramat baik antara dirinya dengan Mirna. Ia bisa menceriterakan bagaimana bahagianya atau senangnya bersahabat dengan Mirna. Ia bisa mengungkapkan beberapa pertemuan dengan Mirna di tempat-tempat menyenangkan dengan suka cita. Ia pun bisa menerangkan ketika terjadi hubungan baik saling tolong-menolong, saling Curhat, saling melindungi, dan saling menjaga ketika salah seorang di antara mereka mendapatkan kesusahan. Ia bisa menjelaskan bagaimana senangnya berteman dengan Mirna dan bagaimana Mirna merasa senang pula bersahabat dengan dirinya. Di samping itu, Jessica dapat menggali lebih dalam rasa kehilangan dan rasa sedih dirinya telah kehilangan sahabat yang sangat disayanginya, sahabat yang sangat baik dan menyenangkan. Apabila hal-hal itu bisa digali lebih dalam dan lebih panjang diungkapkan, akan ada banyak orang yang terpengaruh, termasuk hakim sehingga bisa membuat pikiran orang bahwa “tidak mungkin” Jessica membunuh Mirna karena mereka adalah sahabat dekat yang saling menyayangi dan Jessica benar-benar kehilangan sahabatnya itu.

            Akan tetapi, sayang sekali Saudara-saudara, pledoi itu sangat pendek, padahal Hakim memberikan keleluasaan yang sangat luas. Hal yang lebih saya sayangkan lagi adalah dia mengucapkan kata-kata yang berpotensi memicu perang lanjutan dalam pledoinya.

            Tidak pernah terlintas dipikiran saya bahwa Mirna datang dari keluarga yang siap menekan dan mengintimidasi siapa pun yang mereka percaya telah berbuat hal yang buruk walau tanpa penjelasan yang pasti. Itu membuat saya berpikir apakah mereka menjadi jahat karena kehilangan Mirna atau apakah mereka kehilangan Mirna karena mereka jahat?

            Para pembaca bisa membaca salah satu paragraf dari pledoi Jessica tersebut. Dalam paragraf tersebut ada yang tidak saya tebalkan dan ada yang saya tebalkan. Bagian yang tidak saya tebalkan saya ambil dari salah satu media online. Bagian yang saya tebalkan saya ambil dari siaran langsung stasiun televisi iNews.

            Saya sungguh heran terhadap beberapa media di internet yang mengutip nota pembelaan Jessica secara tidak lengkap. Padahal, mereka mengklaim beritanya adalah tentang nota pembelaan Jessica yang lengkap.

            Mengapa mereka harus menyembunyikan beberapa kata dan menulis dengan terang kata yang lainnya?

            Mengapa mereka tidak menuliskannya secara utuh?

            Apakah mereka sengaja melakukannya untuk membohongi publik?

            Apakah mereka mendapatkan nota pembelaan itu dari sumber yang telah mengeditnya terlebih dahulu?

            Rangkaian kalimat yang hilang atau tidak ada atau tidak ditulis dalam media-media yang sempat saya baca itu adalah “…atau apakah mereka kehilangan Mirna karena mereka jahat?

            Saya tidak mengerti mengapa rangkaian kalimat itu tidak ada di media-media yang saya baca itu?

            Saya mendengarnya dengan jelas pada saat siaran langsung. Saya juga coba cek lagi melalui tayangan di Youtube yang di-upload stasiun televisi tvOne. Saya dengar lagi ketika tvOne mengulangi siaran pembacaan pledoi itu. Kalimat itu tetap ada dan diucapkan Jessica dengan jelas di depan pengadilan.

            Sungguh, ketika mendengar dan menyaksikan Jessica mengucapkan kalimat “…atau apakah mereka kehilangan Mirna karena mereka jahat?”, saya cukup tersentak.

            Mengapa dia harus membuat kalimat itu?

            Kalimat itu memang bukan tuduhan kepada keluarga Mirna sebagai keluarga yang jahat karena diawali dengan kata tanya “apakah”, tetapi sungguh kalimat tanya itu bisa mengusik keluarga Mirna. Kalimat itu berpotensi memperluas perseteruan dan permusuhan dengan keluarga Mirna dan itu sangat kontraproduktif dengan upayanya membebaskan diri dari segala “dakwaan”.

            Keluarga Mirna pasti mendengarnya, hakim juga, jaksa, dan pengacara pun sama. Demikian pula masyarakat.

            Coba tanyakan saja kepada keluarga Mirna, apakah mereka terusik dengan kalimat itu?

            Kemungkinan besar mereka terusik. Kalau tidak terusik, mereka sungguh keluarga yang memiliki kelapangan dada yang luar biasa hebat.

            Kalimat itu bisa menjadi bahan analisis para ahli ilmu jiwa dan akan dikaitkan dengan pribadi Jessica yang telah diuraikan banyak ahli ilmu jiwa selama dalam persidangan. Masyarakat pun, termasuk saya akan memiliki hasil analisis pula sesuai kapasitasnya masing-masing.

            Kalimat itu menurut saya, sangat tidak perlu diucapkan karena berpotensi menyulut perang dengan keluarga Mirna. Bisa perang urat syaraf, perang opini, atau yang lainnya. Itu lumayan merugikan Jessica sendiri. Seharusnya, Jessica fokus dalam membantah segala tuduhan dengan alasan-alasan logis dan urutan kronologis yang jelas dan bisa dipahami dengan baik kalau memang benar-benar tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan. Akan tetapi, kalau memang benar-benar Jessica melakukan kejahatan itu, sebaiknya dia mengakui saja karena itu adalah lebih baik. Dia adalah perempuan muda cantik yang percaya eksistensi Tuhan. Sebagai orang yang percaya Tuhan, mestinya dia percaya pula bahwa ada pengadilan di akhirat nanti yang akan membuka kedok seluruh manusia. Tak ada yang bisa lari pada saat itu. Semua benar-benar berada dalam kekuasaan Tuhan. Jika dia berbohong, kebohongan itu akan terbongkar juga, bisa di dunia ini atau bisa di akhirat nanti. Hukuman di dunia ini sangat ringan dan bisa dijalani sampai batas akhir hukuman. Akan tetapi, di akhirat nanti, hukuman akan lebih berat dan sangat menyiksa. Lebih celakanya lagi, hukuman itu kekal abadi tanpa batas akhir. Hukuman itu akan terus terjadi berulang-ulang tanpa pernah berhenti.

            Jika Jessica tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan, fokuslah dalam membantah tuduhan itu dan jangan memperluas permusuhan dengan siapa pun karena sangat tidak produktif. Mudah-mudahan bisa berhasil. Akan tetapi, jika benar-benar melakukan kejahatan yang sangat keji itu, akui saja. Semua orang pernah salah, khilaf, dan melakukan hal-hal bodoh. Pengakuan itu lebih baik untuk membebaskan jiwa dan menundukkan hati agar lebih lunak dan tenang dalam menjalani hidup selanjutnya.

No comments:

Post a Comment