oleh Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Proses peradilan mengenai
kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang ditudingkan Jaksa Penuntut Umum
kepada Jessica Kumala Wongso mendapat perhatian yang luas dari masyarakat
Indonesia, bahkan masyarakat internasional. Proses peradilannya pun disiarkan
secara luas dan langsung oleh beberapa stasiun televisi. Masyarakat banyak yang
tidak merasa bosan menyaksikannya secara langsung pula.
Tak jarang jadwal pengadilan Jessica menjadi jadwal wajib
pula bagi mereka yang benar-benar serius tertarik memperhatikannya. Banyak yang
tidak bekerja atau sengaja yang menunda pekerjaannya hanya untuk menyaksikan
proses peradilan tersebut.
Pembacaan pledoi Jessica adalah salah satu acara yang
dinanti-nanti oleh masyarakat. Orang ingin tahu Jessica akan berbicara apa.
Saya adalah salah seorang yang memperhatikan ketika Jessica membaca pledoinya
yang sangat pendek dan kurang berarti itu. Saya sangat menyayangkan isi pledoi
yang “kurang rasa” itu. Seharusnya, untuk mempengaruhi hakim, ia dapat
mengeksplor bagaimana hubungan mesra atau teramat baik antara dirinya dengan
Mirna. Ia bisa menceriterakan bagaimana bahagianya atau senangnya bersahabat
dengan Mirna. Ia bisa mengungkapkan beberapa pertemuan dengan Mirna di
tempat-tempat menyenangkan dengan suka cita. Ia pun bisa menerangkan ketika
terjadi hubungan baik saling tolong-menolong, saling Curhat, saling melindungi,
dan saling menjaga ketika salah seorang di antara mereka mendapatkan kesusahan.
Ia bisa menjelaskan bagaimana senangnya berteman dengan Mirna dan bagaimana
Mirna merasa senang pula bersahabat dengan dirinya. Di samping itu, Jessica
dapat menggali lebih dalam rasa kehilangan dan rasa sedih dirinya telah
kehilangan sahabat yang sangat disayanginya, sahabat yang sangat baik dan
menyenangkan. Apabila hal-hal itu bisa digali lebih dalam dan lebih panjang
diungkapkan, akan ada banyak orang yang terpengaruh, termasuk hakim sehingga
bisa membuat pikiran orang bahwa “tidak mungkin” Jessica membunuh Mirna karena
mereka adalah sahabat dekat yang saling menyayangi dan Jessica benar-benar
kehilangan sahabatnya itu.
Akan tetapi, sayang sekali Saudara-saudara, pledoi itu
sangat pendek, padahal Hakim memberikan keleluasaan yang sangat luas. Hal yang
lebih saya sayangkan lagi adalah dia mengucapkan kata-kata yang berpotensi
memicu perang lanjutan dalam pledoinya.
Tidak pernah
terlintas dipikiran saya bahwa Mirna datang dari keluarga yang siap menekan dan
mengintimidasi siapa pun yang mereka percaya telah berbuat hal yang buruk walau
tanpa penjelasan yang pasti. Itu membuat saya berpikir apakah mereka menjadi
jahat karena kehilangan Mirna atau
apakah mereka kehilangan Mirna karena mereka jahat?
Para pembaca bisa membaca salah satu paragraf dari pledoi
Jessica tersebut. Dalam paragraf tersebut ada yang tidak saya tebalkan dan ada
yang saya tebalkan. Bagian yang tidak saya tebalkan saya ambil dari salah satu
media online. Bagian yang saya tebalkan saya ambil dari siaran langsung stasiun
televisi iNews.
Saya sungguh heran terhadap beberapa media di internet
yang mengutip nota pembelaan Jessica secara tidak lengkap. Padahal, mereka
mengklaim beritanya adalah tentang nota pembelaan Jessica yang lengkap.
Mengapa mereka harus menyembunyikan beberapa kata dan
menulis dengan terang kata yang lainnya?
Mengapa mereka tidak menuliskannya secara utuh?
Apakah mereka sengaja melakukannya untuk membohongi
publik?
Apakah mereka mendapatkan nota pembelaan itu dari sumber
yang telah mengeditnya terlebih dahulu?
Rangkaian kalimat yang hilang atau tidak ada atau tidak
ditulis dalam media-media yang sempat saya baca itu adalah “…atau
apakah mereka kehilangan Mirna karena mereka jahat?”
Saya tidak mengerti
mengapa rangkaian kalimat itu tidak ada di media-media yang saya baca itu?
Saya mendengarnya dengan jelas pada saat siaran langsung.
Saya juga coba cek lagi melalui tayangan di Youtube yang di-upload stasiun televisi tvOne. Saya dengar lagi ketika tvOne mengulangi siaran pembacaan pledoi
itu. Kalimat itu tetap ada dan diucapkan Jessica dengan jelas di depan
pengadilan.
Sungguh, ketika mendengar dan menyaksikan Jessica
mengucapkan kalimat “…atau apakah mereka kehilangan Mirna karena
mereka jahat?”, saya cukup
tersentak.
Mengapa dia harus membuat kalimat itu?
Kalimat itu memang bukan tuduhan kepada keluarga Mirna
sebagai keluarga yang jahat karena diawali dengan kata tanya “apakah”, tetapi
sungguh kalimat tanya itu bisa mengusik keluarga Mirna. Kalimat itu berpotensi
memperluas perseteruan dan permusuhan dengan keluarga Mirna dan itu sangat
kontraproduktif dengan upayanya membebaskan diri dari segala “dakwaan”.
Keluarga Mirna pasti mendengarnya, hakim juga, jaksa, dan
pengacara pun sama. Demikian pula masyarakat.
Coba tanyakan saja kepada keluarga Mirna, apakah mereka
terusik dengan kalimat itu?
Kemungkinan besar mereka terusik. Kalau tidak terusik,
mereka sungguh keluarga yang memiliki kelapangan dada yang luar biasa hebat.
Kalimat itu bisa menjadi bahan analisis para ahli ilmu
jiwa dan akan dikaitkan dengan pribadi Jessica yang telah diuraikan banyak ahli
ilmu jiwa selama dalam persidangan. Masyarakat pun, termasuk saya akan memiliki
hasil analisis pula sesuai kapasitasnya masing-masing.
Kalimat itu menurut saya, sangat tidak perlu diucapkan
karena berpotensi menyulut perang dengan keluarga Mirna. Bisa perang urat
syaraf, perang opini, atau yang lainnya. Itu lumayan merugikan Jessica sendiri.
Seharusnya, Jessica fokus dalam membantah segala tuduhan dengan alasan-alasan
logis dan urutan kronologis yang jelas dan bisa dipahami dengan baik kalau
memang benar-benar tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan. Akan
tetapi, kalau memang benar-benar Jessica melakukan kejahatan itu, sebaiknya dia
mengakui saja karena itu adalah lebih baik. Dia adalah perempuan muda cantik yang
percaya eksistensi Tuhan. Sebagai orang yang percaya Tuhan, mestinya dia
percaya pula bahwa ada pengadilan di akhirat nanti yang akan membuka kedok
seluruh manusia. Tak ada yang bisa lari pada saat itu. Semua benar-benar berada
dalam kekuasaan Tuhan. Jika dia berbohong, kebohongan itu akan terbongkar juga,
bisa di dunia ini atau bisa di akhirat nanti. Hukuman di dunia ini sangat
ringan dan bisa dijalani sampai batas akhir hukuman. Akan tetapi, di akhirat
nanti, hukuman akan lebih berat dan sangat menyiksa. Lebih celakanya lagi,
hukuman itu kekal abadi tanpa batas akhir. Hukuman itu akan terus terjadi
berulang-ulang tanpa pernah berhenti.
Jika Jessica tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan, fokuslah dalam membantah tuduhan itu dan jangan memperluas permusuhan dengan siapa pun karena sangat tidak produktif. Mudah-mudahan bisa berhasil. Akan tetapi, jika benar-benar melakukan kejahatan yang sangat keji itu, akui saja. Semua orang pernah salah, khilaf, dan melakukan hal-hal bodoh. Pengakuan itu lebih baik untuk membebaskan jiwa dan menundukkan hati agar lebih lunak dan tenang dalam menjalani hidup selanjutnya.
No comments:
Post a Comment