Sunday, 10 September 2017

TPF Rakhine-Rohingya Harus Jujur

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Berita-berita tentang kejahatan kemanusiaan di Rakhine, Myanmar terhadap Rohingya beredar kalang kabut bercampur hoax. Kita harus ingat setiap kejadian yang di dalamnya kaum muslimin terllibat adalah berita paling seksi bagi media massa asing dan dapat menarik keuntungan materi yang sangat besar. Oleh sebab itu, sering sekali berita tentang kaum muslimin ditambah-tambahi, dikurangi, atau direkayasa demi kepentingan ekonomi dan politik. Oleh sebab itu, kerja dari Tim Pencari Fakta (TPF) yang dibentuk PBB dan diketuai oleh Marzuki Darusman harus jujur, utuh, lengkap, dan menyeluruh. TPF harus mengumpulkan fakta dan tidak boleh berpihak pada salah satu pihak, baik berpihak pada penguasa Myanmar maupun pada kaum muslim Rohingya. TPF harus netral dan tidak boleh terpengaruh oleh emosinya sendiri.

            Agar TPF dapat bekerja optimal dan maksimal, Indonesia dan dunia harus mendorong tim ini bekerja dengan sangat baik dan mendorong pemerintah Myanmar agar memberikan akses yang penuh untuk diselidiki. Dengan gambaran fakta yang jujur dan utuh, akan dapat dilakukan analisis yang tepat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi sehingga semua pihak dapat diuntungkan, baik dunia, kaum Rohingya, maupun pemerintah dan seluruh warga Myanmar.

            Sekarang ini terjadi saling tuduh antara pemerintah Myanmar dan dunia internasional yang semuanya belum tentu benar. Myanmar belum tentu benar dengan pengakuannya, dunia termasuk Indonesia juga belum tentu benar dengan tuduhannya. Di sinilah celah timbulnya hoax-hoax yang akan memperkeruh suasana, apalagi dengan adanya kelompok-kelompok Islam yang berniat pergi ke Myanmar untuk membela dan berperang bagi Rohingya. Situasi bisa menjadi tambah rumit.

            Semua harus membuka diri bagi kerja-kerja TPF agar seluruh dunia melihat fakta yang terjadi dengan lebih utuh. Dengan demikian, penyelesaian terhadap krisis kemanusiaan tersebut bisa diatasi dengan cara yang saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, bukan lebih cepat, lebih baik, bukan pula lanjutkan. Begitu yang ditulis dalam teks Proklamasi RI.

            Berita atau ceritera yang beredar saat ini belum tentu benar karena tampak sekali setiap orang sudah berpihak, baik kepada Myanmar maupun kepada kaum Rohingya sehingga yang membela Myanmar menyalahkan Rohingya dan yang membela Rohingya menyalahkan Myanmar.

            Hal pertama yang harus dilakukan adalah jelas menghentikan kekerasan terhadap siapa pun dan oleh siapa pun. Akan tetapi, penghentian kekerasan saja sama sekali tidak cukup. Diperlukan upaya lanjutan agar situasi lebih kondusif secara permanen, yaitu Myanmar dapat mengelola negaranya dengan lebih baik dan damai serta kaum muslim Rohingya dapat berperan serta secara positif dalam pembangunan di Myanmar sebagai warga negara yang sah. Di samping itu, setiap kejahatan oleh siapa pun terhadap siapa pun harus dimusuhi bersama, baik oleh kaum muslim Rohingya maupun oleh pemerintah Myanmar. Untuk itulah, diperlukan Tim Pencari Fakta yang jujur dan memiliki akses yang luas agar mendapatkan fakta-fakta yang dapat dijadikan dasar untuk menganalisis situasi sehingga krisis kemanusiaan dan “kesusahan” di Myanmar bisa diatasi.


            Sampurasun

No comments:

Post a Comment